Pemberontakan Ronggolawe, Duel Maut Dua Ksatria Majapahit di Sungai Tambak Beras
Minggu, 10 Oktober 2021 - 17:39 WIB
SURABAYA - Nama Ronggolawe merupakan pemberian Raden Wijaya berkaitan dengan penyediaan 27 ekor kuda dari Sumbawa sebagai kendaraan perang Raden Wijaya dan para pengikutnya dalam perang melawan Jayakatwang raja Kediri.
Ronggolawe sendiri merupakan putra dari Arya Wiraraja, Bupati Songeneb atau Sumenep di Pulau Madura. Ronggolawe dan ayahnya datang membantu Raden Wijaya yang sedang membuka hutan di dekat Sungai Brantas pada 1292. Hutan inilah yang nantinya menjadi lokasi berdirinya Kerajaan Majapahit.
Penyerangan terhadap ibu kota Kediri oleh gabungan pasukan Majapahit dan Mongol terjadi pada tahun 1293. Ronggolawe berada dalam pasukan yang menggempur benteng timur kota Kadiri. ia berhasil menewaskan pemimpin benteng tersebut yang bernama Sagara Winotan.
Dalam kidung Ronggolawe, setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit. Atas jasa-jasanya dalam perjuangan, Ronggolawe diangkat sebagai bupati Tuban yang merupakan pelabuhan utama Jawa Timur saat itu.
Namun, Ronggolawe tidak puas karena merasa ia seharusnya mendapatkan posisi yang lebih tinggi. Ronggolawe semakin kesal setelah Nambi diangkat sebagai rakryan patih, jabatan paling tinggi dalam struktur pemerintahan kerajaan di bawah raja.
Posisi rakryan patih seharusnya diserahkan kepada Lembu Sora yang dinilainya jauh lebih berjasa daripada Nambi. Lembu Sora, yang merupakan paman Ronggolawe, ternyata tidak sepakat demi mematuhi perintah raja. Lembu Sora kemudian menasihati Ronggolawe agar memohon maaf kepada raja. Namun, Ronggolawe enggan dan memilih pulang ke Tuban.
Pararaton menyebut pemberontakan Ronggolawe terjadi pada tahun 1295, namun dikisahkan sesudah kematian Raden Wijaya. Pemberontakan tersebut bersamaan dengan Jayanagara naik tahta.
Dalam Nagarakretagama, Raden Wijaya meninggal dunia, digantikan kedudukannya oleh Jayanagara terjadi pada tahun 1309.
Namun Nagarakretagama juga mengisahkan bahwa pada tahun 1295 Jayanagara diangkat sebagai yuwaraja atau "raja muda" di istana Daha.
Ronggolawe sendiri merupakan putra dari Arya Wiraraja, Bupati Songeneb atau Sumenep di Pulau Madura. Ronggolawe dan ayahnya datang membantu Raden Wijaya yang sedang membuka hutan di dekat Sungai Brantas pada 1292. Hutan inilah yang nantinya menjadi lokasi berdirinya Kerajaan Majapahit.
Penyerangan terhadap ibu kota Kediri oleh gabungan pasukan Majapahit dan Mongol terjadi pada tahun 1293. Ronggolawe berada dalam pasukan yang menggempur benteng timur kota Kadiri. ia berhasil menewaskan pemimpin benteng tersebut yang bernama Sagara Winotan.
Dalam kidung Ronggolawe, setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit. Atas jasa-jasanya dalam perjuangan, Ronggolawe diangkat sebagai bupati Tuban yang merupakan pelabuhan utama Jawa Timur saat itu.
Namun, Ronggolawe tidak puas karena merasa ia seharusnya mendapatkan posisi yang lebih tinggi. Ronggolawe semakin kesal setelah Nambi diangkat sebagai rakryan patih, jabatan paling tinggi dalam struktur pemerintahan kerajaan di bawah raja.
Posisi rakryan patih seharusnya diserahkan kepada Lembu Sora yang dinilainya jauh lebih berjasa daripada Nambi. Lembu Sora, yang merupakan paman Ronggolawe, ternyata tidak sepakat demi mematuhi perintah raja. Lembu Sora kemudian menasihati Ronggolawe agar memohon maaf kepada raja. Namun, Ronggolawe enggan dan memilih pulang ke Tuban.
Pararaton menyebut pemberontakan Ronggolawe terjadi pada tahun 1295, namun dikisahkan sesudah kematian Raden Wijaya. Pemberontakan tersebut bersamaan dengan Jayanagara naik tahta.
Dalam Nagarakretagama, Raden Wijaya meninggal dunia, digantikan kedudukannya oleh Jayanagara terjadi pada tahun 1309.
Namun Nagarakretagama juga mengisahkan bahwa pada tahun 1295 Jayanagara diangkat sebagai yuwaraja atau "raja muda" di istana Daha.
tulis komentar anda