Sambut PTM Terbatas, Rektor ITB: Tidak Ada Euforia, Harus Patuhi Prokes
Sabtu, 09 Oktober 2021 - 22:30 WIB
BANDUNG - ITB menyambut baik pembukaan kembali pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di kampus. Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah mengatakan, PTM dipandang penting dalam memaksimalkan kualitas academic atmosphere (atmosfir akademis). Reini mengingatkan agar tidak ada euforia dalam PTM terbatas dan harus mematuhi protokol kesehatan (prokes).
“Berdasarkan introspeksi selama 18 bulan kemarin, capaian learning outcome (hasil pembelajaran) cukup memadai, karena kita relatif siap dalam hal teknologi. Namun academicatmosphere adalah sesuatu yang penting, tapi itu hilang. Jadi harus kita perjuangkan,” kata Reini dalam dialog bertajuk 'Perguruna Tinggi Mulai Pembelajaran Tatap Muka' yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9)-KPCPEN, Kamis (7/10/2021) lalu.
Sebelumnya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka Tahun Akademik 2021/2021.
Reini mengatakan, selain memantau pelaksanaan Prokes melalui sidak berkala, pihaknya mewajibkan mahasiswa mengikuti vaksinasi, setidaknya sekali. “Vaksinasi ini tidak hanya sebagai syarat masuk kampus, melainkan untuk perlindungan diri sendiri dan lingkungan, agar mahasiswa bisa jadi duta vaksin dan duta protokol kesehatan,” tuturnya.
Ilham Subandoro, mahasiswa ITB berprestasi di tingkat nasional, menyanggupi hal tersebut. Ia mengajak sesama mahasiswa yang telah menjalankan PTM terbatas untuk menjadi pionir dan dutabagaimana menerapkan Prokes di kampus agar dapat diikuti para mahasiswa lainnya.
“Kita harus bisa memotivasi diri sendiri dan saling memotivasi dengan kawan lain. Pandemi bukan halangan untuk berprestasi, kuncinya dengan beradaptasi dan memanfaatkan peluang. Misalnyamengikuti kompetisi online yang banyak digelar pada saat pandemi,” tegas Ilham.
Pengamat Pendidikan dari Komnas Pendidikan Andreas Tambah menyatakan bahwa PTM terbatas adalah sebuah kesempatan baik untuk mengoptimalkan pembelajaran, namun harus tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian.
“Harapannya, kalau untuk kampus, mahasiswa lebih paham dan bisa mempersiapkan diri dengan lebih baik. Mahasiswa harus memahami literasi kesehatan, khususnya terkait virus corona, agarmereka dapat menjaga diri dan orang-orang sekitar dari paparan virus,” ujar Andreas.
Terkait perkembangan pelaksanaan program kuliah tatap muka, Sesditjen Dikti Kemdikbudristek Parisyanti Nurwardani mengungkapkan, berdasarkan survei yang dilakukan pada bulan Juli 2021, 63,9 persen perguruan tinggi siap melaksanakan PTM terbatas dengan perkuliahan campuran (hybrid learning) dan sebanyak 82 persen siap melaksanakan PTM.
“Ini berita gembira bagi kita semua, sehingga learning loss (penurunan proses akademik) di perguruan tinggi tidak akan terlalu banyak. Survei berkala memang dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dan memantau situasi di lapangan," tutur Parisyanti. Baca Juga: PTM Mulai Kembali Dibuka, Ini Barang yang Wajib Dibawa Anak
Menurut Paris, hasil survei juga menunjukkan bahwa perguruan tinggi dinilai siap dengan fasilitas penunjang protokol kesehatan (Prokes) serta akses kesehatan dalam persiapan PTM terbatas, diantaranya adalah tempat cuci tangan, disinfektan, juga alat pengecek suhu.
“Termasuk di dalamnya, masker tembus pandang untuk yang disabilitas rungu. Hanya, diketahui, baru 23 persen kampus telah menyiapkan masker tersebut, sehingga pihak kami akan membantuketersediaannya,” tutup Parisyanti.
“Berdasarkan introspeksi selama 18 bulan kemarin, capaian learning outcome (hasil pembelajaran) cukup memadai, karena kita relatif siap dalam hal teknologi. Namun academicatmosphere adalah sesuatu yang penting, tapi itu hilang. Jadi harus kita perjuangkan,” kata Reini dalam dialog bertajuk 'Perguruna Tinggi Mulai Pembelajaran Tatap Muka' yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9)-KPCPEN, Kamis (7/10/2021) lalu.
Sebelumnya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka Tahun Akademik 2021/2021.
Baca Juga
Reini mengatakan, selain memantau pelaksanaan Prokes melalui sidak berkala, pihaknya mewajibkan mahasiswa mengikuti vaksinasi, setidaknya sekali. “Vaksinasi ini tidak hanya sebagai syarat masuk kampus, melainkan untuk perlindungan diri sendiri dan lingkungan, agar mahasiswa bisa jadi duta vaksin dan duta protokol kesehatan,” tuturnya.
Ilham Subandoro, mahasiswa ITB berprestasi di tingkat nasional, menyanggupi hal tersebut. Ia mengajak sesama mahasiswa yang telah menjalankan PTM terbatas untuk menjadi pionir dan dutabagaimana menerapkan Prokes di kampus agar dapat diikuti para mahasiswa lainnya.
“Kita harus bisa memotivasi diri sendiri dan saling memotivasi dengan kawan lain. Pandemi bukan halangan untuk berprestasi, kuncinya dengan beradaptasi dan memanfaatkan peluang. Misalnyamengikuti kompetisi online yang banyak digelar pada saat pandemi,” tegas Ilham.
Pengamat Pendidikan dari Komnas Pendidikan Andreas Tambah menyatakan bahwa PTM terbatas adalah sebuah kesempatan baik untuk mengoptimalkan pembelajaran, namun harus tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian.
“Harapannya, kalau untuk kampus, mahasiswa lebih paham dan bisa mempersiapkan diri dengan lebih baik. Mahasiswa harus memahami literasi kesehatan, khususnya terkait virus corona, agarmereka dapat menjaga diri dan orang-orang sekitar dari paparan virus,” ujar Andreas.
Terkait perkembangan pelaksanaan program kuliah tatap muka, Sesditjen Dikti Kemdikbudristek Parisyanti Nurwardani mengungkapkan, berdasarkan survei yang dilakukan pada bulan Juli 2021, 63,9 persen perguruan tinggi siap melaksanakan PTM terbatas dengan perkuliahan campuran (hybrid learning) dan sebanyak 82 persen siap melaksanakan PTM.
“Ini berita gembira bagi kita semua, sehingga learning loss (penurunan proses akademik) di perguruan tinggi tidak akan terlalu banyak. Survei berkala memang dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dan memantau situasi di lapangan," tutur Parisyanti. Baca Juga: PTM Mulai Kembali Dibuka, Ini Barang yang Wajib Dibawa Anak
Menurut Paris, hasil survei juga menunjukkan bahwa perguruan tinggi dinilai siap dengan fasilitas penunjang protokol kesehatan (Prokes) serta akses kesehatan dalam persiapan PTM terbatas, diantaranya adalah tempat cuci tangan, disinfektan, juga alat pengecek suhu.
“Termasuk di dalamnya, masker tembus pandang untuk yang disabilitas rungu. Hanya, diketahui, baru 23 persen kampus telah menyiapkan masker tersebut, sehingga pihak kami akan membantuketersediaannya,” tutup Parisyanti.
(don)
tulis komentar anda