Menanti Tetes Hujan di Masa Panen Kopi Pungkasan Petani Blitar Lereng Kawi

Senin, 02 Agustus 2021 - 01:52 WIB
Biji-biji kopi dijemur petani di lereng Gunung Kawi di Desa Sumberurip, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar. Foto/SINDOnews/Solichan Arif
BLITAR - Hujan yang mengguyur selama dua hari terakhir, adalah hujan yang sudah ditunggu-tunggu para petani kopi di Desa Sumberurip, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar. Hari Jumat (30/7/2021), hujan tiba-tiba turun.



Begitu juga pada Sabtu pagi (31/7/2021). Guyuran air hujan lumayan deras. Melihat tetesan air yang merontokkan bunga kopi robusta , para petani merasa lega. "Dari bunga yang rontok itu akan tumbuh buah kopi baru," tutur Kinan (45) warga setempat kepada SINDOnews, Minggu (1/8/2021).



Kecamatan Doko berada pada sisi barat lereng Gunung Kawi . Tepat di sebelah Kecamatan Wlingi, dan Kecamatan Kesamben. Sementara pada sisi timur gunung stratovulcano setinggi 2.551 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut, masuk wilayah Kabupaten Malang.



Di wilayah Doko, sebagian besar medan jalan yang dilalui, cukup ekstrim. Naik turun serta banyak ditemui kelokan tajam. Hutan, semak belukar, kabut, serta rumah-rumah warga, menjadi pemandangan di sepanjang perjalanan. Terlihat juga aliran sungai dengan arus air yang lumayan deras. Di atas permukaan air, batu-batu berbagai ukuran menyembul tidak beraturan.

Warga menyebutnya Sungai Genjong. Bermata air dari Gunung Kawi. Di sebelahnya mengalir anak sungai Cici, dan Sungai Ngalijo. Deretan bukit yang menjulang memisahkan posisi ketiga sungai. Sejak tahun 2018, air sungai yang jernih sering tiba-tiba keruh, berbusa sekaligus berbau busuk. Lalu pada batu-batu sungai, menempel kotoran sapi yang tidak ikut terseret arus air.

Kotoran yang diduga berasal dari limbah kotoran sapi milik PT Greenfields Indonesia. Menurut Kinan, selain cengkeh, kopi menjadi tanaman utama warga Desa Sumberurip. Luas perkebunan kopi milik warga mencapai 160 hektar. Perkebunan yang sudah ada sejak era kolonial Belanda. Sejak tahun 2012. Melalui jalan panjang reforma agraria, tanah negara seluas 280 hektar dengan 160 hektar diantaranya perkebunan kopi , menjadi milik 350 kepala keluarga.

Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content