Pemutakhiran Data Pemilih Diyakini Lebih Cepat dan Akurat dengan E-Coklit

Senin, 25 Mei 2020 - 20:22 WIB
Petugas dari KPU Kota Makassar melakukan uji coba penggunaan aplikasi E-Coklit. Foto: KPU Makassar
MAKASSAR - Uji coba penggunaan aplikasi E-Coklit di 12 kabupaten dan kota yang melaksanakan pilkada serentak di Sulsel berakhir 14 Mei yang lalu. Sebagai pengembang aplikasi, KPU Kota Makassa r memiliki beberapa catatan terhadap uji coba tersebut.

Komisioner KPU Kota Makassar, Endang Sari menyampaikan, uji coba mengambil sampel di dua tempat pemungutan suara (TPS) di tiap kabupaten dan kota di Sulsel yang berpilkada, atau 24 TPS. Total Jumlah pemilih di semua sampel TPS sesuai formulir model A-KWK 9.678 orang. Adapun yang berhasil didata berjumlah 2.357 orang, atau sekitar 24%.

"Kami menilai bahwa pencapaian angka 24% data pemilih yang berhasil tercoklit dari total pemilih di TPS yang dijadikan sampel tersebut dengan estimasi waktu hanya sekitar 3-5 jam, adalah sebuah hal yang melahirkan rasa optimis terhadap efektivitas aplikasi E-Coklit yang dikembangkan KPU Makassar ini," beber Endang dalam rilisnya belum lama ini.



"Bandingkan dengan kegiatan coklit manual yang membutuhkan waktu sekitar satu bulan dan pengimputannya sering tidak sampai 100%. Dengan adanya aplikasi E-Coklit ini kegiatan pencocokan dan penelitian data pemilih bisa sangat menghemat waktu," sambung dia.

Kesimpulan lain dari uji coba tersebut kata Endang adalah, kemudahan menggunakan aplikasi dan kemampuan adapatasi yang cepat dari sebagian besar petugas di lapangan. Padahal petugas belum menjalani bimbingan teknis (bimtek). Sebaliknya, dengan coklit manual, petugas bisa dibimtek beberapa kali dan memakan waktu 2hingga 3 hari.

Keunggulan lain dari aplikasi E-Coklit ini kata Endang adalah alur pengimputan data yang lebih ringkas, karena hasil unggahan petugas di lapangan langsung masuk ke server sidalih KPU Makassar.

"Jadi alur data tidak lagi sepanjang coklit manual yaitu dari PPDP ke PPS, PPK, baru sampai ke KPU Makassar. Aplikasi E-Coklit juga bisa menjadi kontrol untuk memantau pergerakan petugas PPDP di lapangan karena sistemnya yang seperti GPS sehingga proses pemutahiran data pemilih diharapkan bisa lebih akurat," kata Endang lagi.

Adapun dari sisi kekurangan kata Endang, pihaknya mencatat, masih ada sebagian kecil petugas yang gagap menggunakan aplikasi ini. Meski begitu, hal tersebut kata dia wajar, karena tidak pernah mendapat pelatihan. Kendala tersebut menurut dia, bisa diatasi dengan melakukan proses bimtek ke petugas sebelum turun lapangan.

"Yang menjadi kendala juga adalah jenis smartphone yang harus dimiliki oleh PPDP adalah smartphone dengan spesifikasi minimal android 5, dengan memori ram minimal 3 giga dan space penyimpanan minimal 1 giga sehingga PPDP yang direkrut tidak boleh gaptek. Kendala lain yang ditemukan adalah masih terdapatnya daerah yang tidak memiliki sinyal. akan tetapi hal ini bisa ditaktisi dengan penginputan offline yang dimiliki aplikasi ini. Jadi petugas PPDP menguplod manual dulu dan nanti mengirim ke server ketika sudah dapat sinyal," beber Endang.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content