Musim Nyekar, Waktunya Petani Bunga Selasih Untung Besar
Minggu, 24 Mei 2020 - 09:54 WIB
CIREBON - Idul Fitri bagi sebagian masyarakat Indonesia, terutama di Pulau Jawa, terasa kurang lengkap tanpa berziarah ke makam keluarga. Tradisi ini pun masih bertahan hingga kini, termasuk di Kabupaten Cirebon .
Di kabupaten ini, musim ziarah selalu dinanti para petani bunga selasih. Bagi para petani bunga selasih di Desa Palir, Kecamatan Tengah Tani misalnya, inilah momentum untuk meraup untung. Sebab di hari Lebaran bunga selasih pasti banyak dicari orang.
Maklum, tanaman ini memang yang dikenal sebagai bunga khas untuk ziarah makam. ”Setahun kami menanam dua atau tiga kali,” ujar Kastari, salah satu petani bunga selasih di Desa Palir.
Istri Kastari menjual bunga selasih dalam ikatan-ikatan. Foto: SINDOnews/toiskandar
Baca: Belasan Pemuda-Pemudi Rayakan Malam Takbiran dengan Pesta Miras)
Kastari dan keluarganya merupakan petani musiman bunga selasih di desa itu. Dia mengaku sudah tiga tahun bertani bunga selasih dengan memanfaatkan lahan pesawahan miliknya seluas satu hektar lebih.
Dia mengaku sudah tiga tahun menanam bunga selasih di lahan miliknya yang tak begitu luas. Hasilnya dirasakan Kastari cukup lumayan. Dalam sekali panen dia bisa memperoleh uang antara Rp2-3 juta.
Kastari menghitung waktu tanam supaya saat panen tepat pada momentum Lebaran. Dengan begitu, harga jual bunga selasih bisa bertahan di kisaran tinggi karena banyak orang membutuhkan. Satu ikat bunga selasih harganya Rp5.000.
(Baca: Hendak Mudik, 8.013 Kendaraan Putar Balik di Gerbang Tol Cikarang Barat)
Kastari sangat mengandalkan pembeli dari luar daerah yang biasanya membeli dalam jumlah banyak. Tapi, dia juga dibantu sang istri yang menjual eceran di tepi jalan. Lapak dagangnya biasanya ramai setelah salat id karena banyak pembeli yang mampir sebelum berziarah.
”Khasnya ya bunga selasih kalau orang Cirebon berziarah kubur,” kata Ita, seorang pembeli siang itu.
Di kabupaten ini, musim ziarah selalu dinanti para petani bunga selasih. Bagi para petani bunga selasih di Desa Palir, Kecamatan Tengah Tani misalnya, inilah momentum untuk meraup untung. Sebab di hari Lebaran bunga selasih pasti banyak dicari orang.
Maklum, tanaman ini memang yang dikenal sebagai bunga khas untuk ziarah makam. ”Setahun kami menanam dua atau tiga kali,” ujar Kastari, salah satu petani bunga selasih di Desa Palir.
Istri Kastari menjual bunga selasih dalam ikatan-ikatan. Foto: SINDOnews/toiskandar
Baca: Belasan Pemuda-Pemudi Rayakan Malam Takbiran dengan Pesta Miras)
Kastari dan keluarganya merupakan petani musiman bunga selasih di desa itu. Dia mengaku sudah tiga tahun bertani bunga selasih dengan memanfaatkan lahan pesawahan miliknya seluas satu hektar lebih.
Dia mengaku sudah tiga tahun menanam bunga selasih di lahan miliknya yang tak begitu luas. Hasilnya dirasakan Kastari cukup lumayan. Dalam sekali panen dia bisa memperoleh uang antara Rp2-3 juta.
Kastari menghitung waktu tanam supaya saat panen tepat pada momentum Lebaran. Dengan begitu, harga jual bunga selasih bisa bertahan di kisaran tinggi karena banyak orang membutuhkan. Satu ikat bunga selasih harganya Rp5.000.
(Baca: Hendak Mudik, 8.013 Kendaraan Putar Balik di Gerbang Tol Cikarang Barat)
Kastari sangat mengandalkan pembeli dari luar daerah yang biasanya membeli dalam jumlah banyak. Tapi, dia juga dibantu sang istri yang menjual eceran di tepi jalan. Lapak dagangnya biasanya ramai setelah salat id karena banyak pembeli yang mampir sebelum berziarah.
”Khasnya ya bunga selasih kalau orang Cirebon berziarah kubur,” kata Ita, seorang pembeli siang itu.
(muh)
tulis komentar anda