Simpatisan H2D Dipukul dan Sempat Diculik usai Ikrar PSU Damai Pilgub Kalsel

Senin, 24 Mei 2021 - 15:20 WIB
Simpatisan Haji Denny – Difri (H2D) sempat diculik, dipukuli hingga diancam untuk dibunuh oleh orang tidak dikenal saat mensosialisasikan gerakan melawan politik uang. Foto korban saat melapor/Ist
BANJARMASIN - Belum 1 minggu ikrar Pemungutan Suara Ulang (PSU) damai pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Selatan ( Pilgub Kalsel ) diucapkan, simpatisan Haji Denny – Difri (H2D) sempat diculik, dipukuli hingga diancam untuk dibunuh oleh orang tidak dikenal saat mensosialisasikan gerakan melawan politik uang. Kejadian tersebut terjadi pada empat orang pemuda berinisial A, R, K, dan D sesaat setelah mereka selesai memasang spanduk dan menempel stiker anti politik uang di sekitar wilayah Kelayan Timur, Kota Banjarmasin siang hari sekitar pukul 14.00 WIB beberapa hari yang lalu.

Menurut keterangan para korban, mereka berempat dihampiri oleh lima orang tidak dikenal yang datang menggunakan sepeda motor. Kelima orang tersebut mengaku sebagai anggota pengawas Pilgub Kalsel dan mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan rapat serta mengkaji spanduk dan stiker anti politik uang tersebut yang dituduh telah menyalahi aturan.



“Kami kaget ketika dihampiri mereka. Salah satunya menghubungi teman-temannya dan mengajak untuk datang. Tidak lama kemudian, mereka datang lebih banyak sekitar 15an lalu memojokkan kami,” cerita salah satu korban yang selamat berinisial K saat didampingi oleh tim hukum H2D, Muhammad Isrof Parhani dalam pernyataan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (24/5/2021).

Setelah merasa sangat terpojok dan terintimidasi, mereka berempat memutuskan untuk pergi. Namun sayangnya, A dan R yang berboncengan motor tertinggal di tempat sehingga ditarik oleh orang tidak dikenal tersebut dan dibawa pergi.





Masing-masing dari mereka berdua dibawa secara terpisah menggunakan sepeda motor berboncengan tiga orang dalam posisi diapit di tengah-tengah. Tak luput handphone mereka berdua disita dan diakses tanpa izin oleh orang-orang tersebut.

“Saya dipaksa menyerahkan handphone dan membuka kunci nya. Mereka cek WhatsApp dan saya lihat mereka sempat screenshot dan kirim foto-foto ke handphone milik mereka,” ungkap A kepada tim hukum H2D.

A mengaku dibawa ke sebuah jalan sepi di sekitar Banjar Indah, menerima ancaman dengan senjata tajam berupa celurit kecil yang dikeluarkan oleh seseorang dari tas selempang kecilnya dan dipukul oleh sekitar 15 orang. Akibat penganiayaan itu meninggalkan luka-luka benjolan pada bagian belakang telinga kanan, sobek pada bagian bibir atas, dan luka-luka lainnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More