Agar Tidak Terjadi Tsunami COVID-19, Perketat Protokol Kesehatan

Rabu, 05 Mei 2021 - 13:25 WIB
Melonggarnya prokes, terutama pada perayaan keagamaan menyebabkan terjadinya ledakan kasus yang cukup besar di India. Untuk itu, setiap orang tetap menerapan protokol kesehatan. Foto istimewa
BOGOR - Melonggarnya protokol kesehatan (Prokes), terutama pada perayaan keagamaan menyebabkan terjadinya ledakan kasus yang cukup besar di India . Untuk itu, setiap orang tetap menerapan protokol kesehatan, jangan terlena dengan penurunan curva apa lagi jenuh karenapandemi sudah berjalan lebih dari satu tahun.

Imbauan tersebut kembali disampaikan dalam Dialog Produktif bertema Waspada Peningkatan Klaster Baru, yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) -Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) yang ditayangkan FMB9ID_IKP, Selasa (4/5/2021).

Dokter Siti Nadia Tarmizi M.Epid, Juru Bicara Vaksinasi COVID19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun, faktor utama pemicu meningkatnya kasus COVID-19 adalah kelalaian menegakkan protokol kesehatan di beberapa tempat. Ini menciptakan klaster penularan baru seperti di perkantoran, klaster saalat tarawih, takziah, dan mudik ke kampung halaman.



“Kita melihat kasus konfirmasi positif COVID-19 meningkat. Kita melihat juga sampai minggukeempat April 2021 kematian akibat COVID-19 juga meningkat, ada juga peningkatan kasus yangdirawat di rumah sakit,” terang dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid. Baca juga: Indonesia Bukan India, Pilkada Serentak 2020 Sudah Membuktikan

Kondisi tersebut, lanjut dia, perlu dikhawatirkan. Apalagi pada akhir bulan Ramadhan masyarakat Indonesia memiliki tradisi mudik setiap tahun. “Kita bisa melihat masyarakat masih ada yang mulai mudik terlebih dulu. Padahal kalau berkaca kejadian di India, melonggarnya protokol kesehatan,terutama pada perayaan keagamaan menyebabkan terjadinya ledakan kasus yang cukup besar,”terang dr. Nadia.

"Jangan sampai kita menjadi sumber penularan atau korban penularan dari orang lain. Sehinggamenyambut Idul Fitri nanti kita harus perketat protokol kesehatan demi terhindar dari kesakitandan kematian,” imbuhnya.

Saat ini Indonesia masih dalam proses panjang membentuk herd immunity bagi 181,5 juta penduduknya. Program vaksinasi pemerintah yang menyentuh angka 20,4 juta pada 3 Mei lalu masih belum saatnya untuk dirayakan atau memberikan rasa aman berlebihan kepada masyarakat sehingga mengabaikan protokol kesehatan.

“Euforia vaksinasi terus kita tekan, dan selalu kita informasikan kepada setiap orang yang divaksinasi bahwa kita masih dalam masa pandemi, sehingga vaksinasi saja tidak cukup memberikan perlindungan. Tentunya harus melaksanakan protokol kesehatan,” tambah dr. Nadia.

Dokter Fala Adinda, Anggota Satgas Penanganan COVID-19 Subbidang Mitigasi, jugamengingatkan bahwa pandemi ini belum berakhir. Terlebih lagi dengan adanya mutasi virusbaru.

"Jangan sampai kita mengikuti negara tetangga yang sudah memasuki gelombang ketiga,dan diikuti dengan kasus baru yang melonjak. Longgarnya protokol kesehatan yang terjadi di sekeliling kita sebenarnya menjadi semacam lampu merah. Walaupun sudah ada program vaksinasi jangan sampai protokol kesehatan ini menjadi longgar,” terang dr. Fala.

Untuk, dia mengimbau, semua elemen bangsa terus menerus mengingatkan sesamanya agar tidak jenuh dengan kondisi saat ini, “Kita harus kembali lagi kepada individu masing-masing. Maukah terusmenjalankan protokol kesehatan, jangan terlena dengan penurunan curva atau kejenuhan karenapandemi sudah berjalan lebih dari satu tahun,” tutup dr. Fala.
(don)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content