Literasi Sejuta Pemirsa, Ganjar Sebut Konsumsi Media di Jawa Tengah Dikuasai Televisi
Senin, 29 Maret 2021 - 19:53 WIB
Literasi diharapkan dapat menambah sikap kritis masyarakat khususnya terhadap siaran TV dan radio. Gibran juga mengajak masyarakat untuk kritis terhadap siaran sehingga siaran menjadi cerdas dan martabat. "Harus digaungkan secara masif gerakan literasi untuk menghindari hoaks, hate speech dan kekerasan," ucapnya.
Sedangkan Direktur Program MNC Uut Endah Hari Utari menyatakan, kekuatan televisi ada di dalam pembuatan konten atau tayangan itu sendiri. Selama konten yang diproduksi digemari masyarakat, maka televisi tidak akan ditinggalkan para penontonnya.
Uut mencontohkan sinetron Ikatan Cinta yang ditayangkan RCTI. Sinetron ini dalam ratingnya mampu memecahkan rekor dalam jumlah penonton. Dengan kata lain, ungkap Uut, selama televisi itu mampu membuat konten yang digemari, maka televisi tidak akan ditinggalkan para penontonnya.
"Selama televisi itu mampu membuat konten yang digemari, maka televisi tidak akan ditinggalkan para penontonnya. Contohnya Ikatan Cinta yang mampu meraih rating tertinggi dalam jumlah penonton," ungkapnya.
Hal serupa juga diungkapkan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Agung Supriyo. Menurut Agung, KPI dibuat atas dasar UU No 32 Tahun 2002 bertugas menciptakan generasi yang beriman, takwa dan cerdas. Hal itu karena TV dan radio dianggap berpengaruh besar pada masyarakat.
"Tugas KPI sangat berat maha berat. TV punya pengaruh sangat kuat. Tidak hanya info yang disajikan namun juga tontonan lainnya. Siaran bisa berdampak buruk jika tidak diawasi. KPI bertugas mengawasi siaran TV dan radio selama 24 jam. KPI juga membuat literasi namanya Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa. Karena kita ingin bentuk penonton yang cerdas," ungkapnya.
Pembukaan Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa dengan tema Cerdas Bermedia di Era Penyiaran Digital ini juga dihadiri Wakil Ketua Komisi I DPR Abdul Kharis Almashyari, Komisioner KPI Yuliandre Darwis, serta pemenang KDI 2020 Baiq Gita Febiliani. Kegiatan ini merupakan rangkaian Hari Penyiaran Nasional ke-88.
Sedangkan Direktur Program MNC Uut Endah Hari Utari menyatakan, kekuatan televisi ada di dalam pembuatan konten atau tayangan itu sendiri. Selama konten yang diproduksi digemari masyarakat, maka televisi tidak akan ditinggalkan para penontonnya.
Uut mencontohkan sinetron Ikatan Cinta yang ditayangkan RCTI. Sinetron ini dalam ratingnya mampu memecahkan rekor dalam jumlah penonton. Dengan kata lain, ungkap Uut, selama televisi itu mampu membuat konten yang digemari, maka televisi tidak akan ditinggalkan para penontonnya.
"Selama televisi itu mampu membuat konten yang digemari, maka televisi tidak akan ditinggalkan para penontonnya. Contohnya Ikatan Cinta yang mampu meraih rating tertinggi dalam jumlah penonton," ungkapnya.
Hal serupa juga diungkapkan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Agung Supriyo. Menurut Agung, KPI dibuat atas dasar UU No 32 Tahun 2002 bertugas menciptakan generasi yang beriman, takwa dan cerdas. Hal itu karena TV dan radio dianggap berpengaruh besar pada masyarakat.
"Tugas KPI sangat berat maha berat. TV punya pengaruh sangat kuat. Tidak hanya info yang disajikan namun juga tontonan lainnya. Siaran bisa berdampak buruk jika tidak diawasi. KPI bertugas mengawasi siaran TV dan radio selama 24 jam. KPI juga membuat literasi namanya Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa. Karena kita ingin bentuk penonton yang cerdas," ungkapnya.
Pembukaan Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa dengan tema Cerdas Bermedia di Era Penyiaran Digital ini juga dihadiri Wakil Ketua Komisi I DPR Abdul Kharis Almashyari, Komisioner KPI Yuliandre Darwis, serta pemenang KDI 2020 Baiq Gita Febiliani. Kegiatan ini merupakan rangkaian Hari Penyiaran Nasional ke-88.
(shf)
tulis komentar anda