Waspada Potensi Banjir, Ini Strategi Pemkot Bandung
Rabu, 24 Maret 2021 - 06:40 WIB
BANDUNG - Pemerintah Kota Bandung membuat strategi zero delta Q policy menghadapi potensi terjadinya banjir dan genangan air di sejumlah titik. Konsep ini diharapkan dapat meminimalisir banjir saat debit air hujan cukup tinggi.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung Didi Ruswandi mengatakan, konsep zero delta Q policy atau kebijakan selisih debit nol, artinya penanganan tata kelola air hujan dialirkan sesuai kapasitas saluran yang ada dan tidak boleh meninggalkan genangan.
"Jadi kalau kapasitas untuk 10 maka yang dialirkan 10 dan sisanya diparkir atau diresapkan. Sehingga sejak 2019 program DPU banyak membuat sumur resapan dan parkir air berupa kolam retensi," kata Kepala DPU Kota Bandung, Didi Ruswandi pada acara Bandung Menjawab, di Auditorium Balai Kota Bandung, Selasa (23/3/2021).
Menurut dia, keberadaan kolam retensi dapat bermanfaat pada saat datang musim kemarau. Yakni untuk menambah cadangan air. Selain itu menjadi strategi untuk mengurangi debit air berlebih pada saat musim hujan. "Kita membuat kolam retensi di Cipamulihan Gedebage. Alhmdulliah genangan masih ada tapi tidak memacetkan lalu lintas," jelas dia.
Kemudian pada tahun 2021, jelas Didi, Pemkot Bandung akan melanjutkan pembangunan kolam retensi Bima guna meminimalisir terjadinya genangan di kawasan Pagarsih, namun dengan pola yang alamiah."Jadi kalau air banjir itu sedimen masuk semua ke kolam. Jadi ketika kolam tergenang, kita pompa dan air akan surut. Sehingga ketika air hujan datang kembali kita sudah siap," jelasnya.
Di samping itu, program menabung air hujan dengan teknik drumpori dan sumur resapan (sumur imbuhan dalam) juga terus dilakukan guna menanggulangi permasalahan banjir. Pasalnya selama ini banjir terjadi karena kurangnya resapan, sehingga air yang melimpah kemudian melimpas ke sungai, dan drainase tidak mampu menampung.
"Tahun ini di samping meneruskan program drum pori, kita akan membuat sumur imbuhan dalam di 20 titik. Kemudian kita juga terus menanam pohon. Seperti di Kanhai itu 19 hektar kita tanami. Tahun ini berlanjut untuk penanaman," imbuhnya.
Hasilnya, menurut Didi, sejak 2019 sampai Maret 2021 telah terjadi tren penurunan genangan maupun banjir di Kota Bandung. Di Kopo Citarip misalnya, sepanjang 2020 terjadi genangan sebanyak 24 kali namun hingga Maret 2021 baru 2 kali terjadi genangan.
"Apalagi musim hujan 2020-2021 dari BMKG mengatakan ini musim hujan terbasah ke 5 selama 40 tahun. Jadi alhamdulillah Kota Bandung relatif jauh berkurang di saat musim hujan terbasah," tuturnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung Didi Ruswandi mengatakan, konsep zero delta Q policy atau kebijakan selisih debit nol, artinya penanganan tata kelola air hujan dialirkan sesuai kapasitas saluran yang ada dan tidak boleh meninggalkan genangan.
"Jadi kalau kapasitas untuk 10 maka yang dialirkan 10 dan sisanya diparkir atau diresapkan. Sehingga sejak 2019 program DPU banyak membuat sumur resapan dan parkir air berupa kolam retensi," kata Kepala DPU Kota Bandung, Didi Ruswandi pada acara Bandung Menjawab, di Auditorium Balai Kota Bandung, Selasa (23/3/2021).
Menurut dia, keberadaan kolam retensi dapat bermanfaat pada saat datang musim kemarau. Yakni untuk menambah cadangan air. Selain itu menjadi strategi untuk mengurangi debit air berlebih pada saat musim hujan. "Kita membuat kolam retensi di Cipamulihan Gedebage. Alhmdulliah genangan masih ada tapi tidak memacetkan lalu lintas," jelas dia.
Kemudian pada tahun 2021, jelas Didi, Pemkot Bandung akan melanjutkan pembangunan kolam retensi Bima guna meminimalisir terjadinya genangan di kawasan Pagarsih, namun dengan pola yang alamiah."Jadi kalau air banjir itu sedimen masuk semua ke kolam. Jadi ketika kolam tergenang, kita pompa dan air akan surut. Sehingga ketika air hujan datang kembali kita sudah siap," jelasnya.
Di samping itu, program menabung air hujan dengan teknik drumpori dan sumur resapan (sumur imbuhan dalam) juga terus dilakukan guna menanggulangi permasalahan banjir. Pasalnya selama ini banjir terjadi karena kurangnya resapan, sehingga air yang melimpah kemudian melimpas ke sungai, dan drainase tidak mampu menampung.
"Tahun ini di samping meneruskan program drum pori, kita akan membuat sumur imbuhan dalam di 20 titik. Kemudian kita juga terus menanam pohon. Seperti di Kanhai itu 19 hektar kita tanami. Tahun ini berlanjut untuk penanaman," imbuhnya.
Hasilnya, menurut Didi, sejak 2019 sampai Maret 2021 telah terjadi tren penurunan genangan maupun banjir di Kota Bandung. Di Kopo Citarip misalnya, sepanjang 2020 terjadi genangan sebanyak 24 kali namun hingga Maret 2021 baru 2 kali terjadi genangan.
"Apalagi musim hujan 2020-2021 dari BMKG mengatakan ini musim hujan terbasah ke 5 selama 40 tahun. Jadi alhamdulillah Kota Bandung relatif jauh berkurang di saat musim hujan terbasah," tuturnya.
(don)
tulis komentar anda