Jutaan Liter Air Tanah DAS Rejoso Terbuang Percuma, Sumur Bor Harus Tepat

Jum'at, 19 Maret 2021 - 15:31 WIB
Pembuatan sumur bor masih membuang banyak air secara percuma. Butuh konstruksi yang tepat untuk bisa melakukan penghematan air.SINDOnews/Aan Haryono
PASURUAN - Belum adanya aturan yang jelas terkait jumlah maupun jarak sumur bor yang boleh dibangun oleh masyarakat di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Rejoso, Kabupaten Pasuruan, menyebabkan pemanfaatan air tanah oleh masyarakat menjadi tidak tepat.

Country Coordinator World Agroforestry (ICRAF) Indonesia Dr. Sonya Dewi menuturkan, petani di hilir DAS Rejoso di Kabupaten Pasuruan mendapatkan anugerah berupa melimpahnya persediaan air tanah. Mereka membuat sumur bor (artesis) untuk irigasi pertanian. Dengan mengebor antara 60 sampai 90 meter, air keluar sendiri tanpa perlu pompa karena adanya tekanan positif dari akuifer bawah tanah. Sehingga sudah sepatutnya sumur bor dikelola dengan benar.

Saat ini kondisi sumur bor yang ada di masyarakat sebagian besar tanpa kran, sehingga air mengalir selama 24 jam tanpa henti. Selain itu konstruksi pipa menggantung yang tidak sampai pada dasar sumber air, ditambah dinding sumur bor tanpa pelindung kerap menyebabkan dinding sumur mudah runtuh dan menyumbat aliran air. Baca juga: Imam Masjid di Pasuruan Dibacok usai Salat Subuh, Motifnya hanya Gara-gara Ayam



“Makanya sumur tidak berumur panjang. Biasanya cuma dua sampai tiga tahun saja, karena debit sumur artesis mengecil atau bahkan berhenti mengeluarkan air, masyarakat kemudian membangun sumur baru untuk memenuhi air,” kata Lisa Tanika, Program Officer Kegiatan Percontohan Sumur Bor World Agroforestry (ICRAF) Indonesia saat memberikan penjelasan pada kegiatan bincang media secara daring, dengan topik Bijak Memakai Air Tanah Melalui Konstruksi dan Pengelolaan Sumur Bor yang Tepat, Jumat (19/3/2021).

Ia melanjutkan, misalkan 1 sumur bor mempunyai debit 5 liter/detik, maka selama 3 bulan musim hujan air sumur bor dibiarkan mengalir, maka dalam setahun kisaran 39,7 juta liter air berpotensi terbuang percuma dari setiap sumur bor.

“Ini sama artinya ada dua juta galon air kapasitas 19 liter yang setiap tahun bakal terbuang dan tak bisa dimanfaatkan, hanya dari 1 sumur bor. Padahal dari data yang berhasil kami himpun, sampai akhir tahun 2019 saja terdapat setidaknya lebih dari enam ratus sumur bor yang sudah dibangun oleh masyarakat. Bisa dihitung sendiri berapa air tanah yang terbuang sia-sia,” jelasnya.

Koordinator Gerakan Rejoso Kita, Dr. Ni’matul Khasanah mengatakan, penelitian yang dilakukan antara 2015-2019 menyebutkan 600 sumur bor tersebut tersebar di enam kecamatan di hilir DAS Rejoso. Jumlah sumur bor terbanyak dijumpai di Kecamatan Gondang Wetan dan Winongan. Diskusi kelompok terfokus bersama masyarakat yang dilakukan oleh World Agroforestry (ICRAF) pada akhir tahun 2019 memastikan bahwa jumlah sumur bor saat ini telah bertambah.

Ia melanjutkan, DAS Rejoso yang didominasi oleh hortikultura dan hutan di bagian hulu, agroforestri di bagian tengah, dan persawahan di bagian hilir DAS terus mendapatkan tekanan dari kegiatan antropogenik sebagai akibat dari meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dan desakan kebutuhan ekonomi serta rendahnya kesadaran lingkungan.

“DAS Rejoso dengan mata air Umbulan, memainkan peran dan fungsi strategis sebagai penyedia air bersih, tidak hanya bagi Kabupaten Pasuruan, namun juga bagi wilayah sekitarnya, seperti Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya, dan Kabupaten Gresik,” jelasnya. Debit mata air Umbulan turun dari ± 5000 liter/detik di tahun 1980 menjadi 3500 liter/detik di tahun 2020
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content