Animo Tinggi, Anak Muda Jabar Ramai-ramai Daftar Program Petani Milenial
Jum'at, 12 Februari 2021 - 11:53 WIB
"Selain itu, budidaya penggemukan domba, ayam boiler, ayam petelur dan ternak puyuh. Sedangkan di sektor perikanan yakni budidaya ikan tawar lewat kolam plastik," kata Benny.
Sementara itu, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jabar menyatakan, akan mengarahkan petani milenial untuk mengembangkan burung puyuh.
Menurut Kepala DKPP Jabar, Jafar Ismail, burung puyuh dipilih karena hanya membutuhkan lahan 50 meter persegi dengan waktu pemeliharaan hanya 60 menit per hari.
Satu unit peternakan dengan 1.000 ekor burung puyuh membutuhkan investasi Rp22 juta. Dengan perhitungan kasar, kata Jafar, keberhasilan bertelur mencapai 70-80 persen dimana telur yang dapat diproduksi sekitar 800 butir per hari dengan nilai jual Rp240.000.
"Setelah dipotong biaya produksi, keuntungan bersih Rp80.000 per hari atau Rp2,4 juta per bulan. Itu dari 1.000 ekor, kalau dua kali lipatnya tentu keuntungan bertambah," terang dia.
Jafar menyebutkan, berdasarkan pengalaman, para petani burung puyuh dapat mencapai balik modal (break event point) pada bulan ke sembilan.
"Petani milenial ini peluang di masa pandemi. Pertanian sangat dibutuhkan dalam situasi apapun karena urusan makan tidak bisa ditunda- tunda," ujarnya.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jabar, Ajat Sudrajat menuturkan, salah satu persyaratan teknis yang harus dipenuhi calon petani milenial, yakni harus memiliki pengalaman dalam bidang pertanian minimal empat bulan.
"Karena ini kaitanya dengan kredit, risikonya akan tinggi jika modal disalurkan ke orang yang belum pernah mengenal pertanian sama sekali," jelasnya.
Menurut Ajat, untuk tahap awal, pihaknya akan mengarahkan petani milenial untuk membudidayakan jagung dan ubi jepang. Jagung dan ubi jepang dipilih sebagai komoditas andalan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Sementara itu, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jabar menyatakan, akan mengarahkan petani milenial untuk mengembangkan burung puyuh.
Menurut Kepala DKPP Jabar, Jafar Ismail, burung puyuh dipilih karena hanya membutuhkan lahan 50 meter persegi dengan waktu pemeliharaan hanya 60 menit per hari.
Satu unit peternakan dengan 1.000 ekor burung puyuh membutuhkan investasi Rp22 juta. Dengan perhitungan kasar, kata Jafar, keberhasilan bertelur mencapai 70-80 persen dimana telur yang dapat diproduksi sekitar 800 butir per hari dengan nilai jual Rp240.000.
"Setelah dipotong biaya produksi, keuntungan bersih Rp80.000 per hari atau Rp2,4 juta per bulan. Itu dari 1.000 ekor, kalau dua kali lipatnya tentu keuntungan bertambah," terang dia.
Jafar menyebutkan, berdasarkan pengalaman, para petani burung puyuh dapat mencapai balik modal (break event point) pada bulan ke sembilan.
"Petani milenial ini peluang di masa pandemi. Pertanian sangat dibutuhkan dalam situasi apapun karena urusan makan tidak bisa ditunda- tunda," ujarnya.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jabar, Ajat Sudrajat menuturkan, salah satu persyaratan teknis yang harus dipenuhi calon petani milenial, yakni harus memiliki pengalaman dalam bidang pertanian minimal empat bulan.
"Karena ini kaitanya dengan kredit, risikonya akan tinggi jika modal disalurkan ke orang yang belum pernah mengenal pertanian sama sekali," jelasnya.
Menurut Ajat, untuk tahap awal, pihaknya akan mengarahkan petani milenial untuk membudidayakan jagung dan ubi jepang. Jagung dan ubi jepang dipilih sebagai komoditas andalan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
tulis komentar anda