Belanda Dukung Pengembangan Sekolah Lapang Digital untuk Petani Enrekang
Sabtu, 16 Januari 2021 - 05:53 WIB
ENREKANG - Dalam rentang waktu Januari sampai Mei 2021, gabungan staf Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Enrekang bersama Universitas Muhammadiyah Enrekang (UNIMEN), Sulawesi Selatan mendapatkan beasiswa StuNed dari Pemerintah Belanda. Yakni untuk mengikuti pelatihan Desain dan Penyusunan Sekolah Lapang Digital.
Penyerahan beasiswa secara daring disampaikan oleh Direktur Nuffic Neso Indonesia, Peter van Tuijl, bersamaan dengan pembukaan pelatihan oleh Bupati Enrekang, Muslimin Bando, secara luring. Turut hadir di acara tersebut Rektor UNIMEN, Yunus Busa; serta Direktur Riset Universitas Van Hall Larenstein, Saskia Heins; beserta staf jajarannya serta Dinas-dinas Pemkab Enrekang, pada hari Rabu (13/1/2021). (Baca juga: Ekonomi Tumbuh, Sulsel Berhasil Raup Investasi Rp3,8 Triliun )
Sejak 2018, Pemkab Enrekang sudah menginisiasi pengembangan sekolah lapang digital, dengan menggandeng UNIMEN dan Van Hall Larenstein, university of applied science-Belanda. Untuk merealisasikan proses dan pengembangan aplikasi, Pemkab bersama UNIMEN berhasil meraih beasiswa StuNed untuk subsidi dana pelatihan ini. (Baca juga: Muslim Technopreneur Jadi Wadah Mahasiswa UMJ Geluti Kewirausahaan )
Tujuan pelatihan ini terutama untuk memberikan pendekatan inovatif yang berorientasi pada praktik dan alat serta metodologi langsung kepada tim Enrekang di bidang Design and Development of Digital Farmer Field School (DFFS). Van Hall Larenstein mengapresiasi semangat peserta untuk menuntut ilmu meskipun di masa pandemi, sebagai sarana berbagi pengetahuan untuk ekonomi pedesaan yang berkelanjutan.
Dalam sambutannya, Muslimin Bando menyatakan, pelatihan ini wujud kemitraan segiempat emas, yang terjalin antara Pemerintah Kabupaten Enrekang, Pemerintah Belanda, UNIMEN dan Universitas Van Hall Larenstein, serta warga Enrekang.
Peserta pelatihan terdiri dari 20 orang yang merupakan gabungan staf Pemda Kabupaten Enrekang dan staf UNIMEN. Mengingat situasi saat ini sedang pandemi COVID-19, pelatihan dilaksanakan secara daring dan luring.
“UNIMEN, sebagai satu-satunya universitas di Enrekang, berkomitmen untuk turut andil memajukan Enrekang, termasuk petani,” kata Yunus Busa.
Dalam kesempatan yang sama UNIMEN juga meresmikan pusat riset bernama Communication Social Ecological Learning and Sustainable Environment (CoSeLSe) untuk menangani pengembangan DFFS, serta menyerahkan sabak computer (tablet) secara simbolis kepada petani, sebagai penerima manfaat DFFS.
Sebagai salah satu alumni StuNed, Nurdahlia Lairing yang juga merupakan dosen UNIMEN dan penggagas proposal pelatihan ini mengatakan, pelatihan DFFS ini harus serius dikembangkan, diuji dan memberikan manfaat bagi petani. ”Karena kita tidak boleh mengecewakan petani,” ujar dia.
Peter van Tuijl mengatakan, beasiswa ini merupakan sarana kerja sama antar kedua negara, khususnya di bidang pertanian. Program yang berfokus pada pertanian merupakan program penting di tengah situasi pandemi, yang memberikan kontribusi yang krusial bagi pengembangan ekonomi Indonesia.
“Belanda memang salah satu kiblat kemajuan teknologi internet dan pertanian. Van Hall Larenstein punya banyak pakar pertanian, dan Belanda, meskipun negara kecil, tetapi merupakan pengekspor hasil pertanian terbesar di dunia setelah Amerika,” pungkas dia.
Acara pembukaan pelatihan ini diakhiri dengan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Pusat Penelitian CoSeLSe dan Van Hall Larenstein.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
Penyerahan beasiswa secara daring disampaikan oleh Direktur Nuffic Neso Indonesia, Peter van Tuijl, bersamaan dengan pembukaan pelatihan oleh Bupati Enrekang, Muslimin Bando, secara luring. Turut hadir di acara tersebut Rektor UNIMEN, Yunus Busa; serta Direktur Riset Universitas Van Hall Larenstein, Saskia Heins; beserta staf jajarannya serta Dinas-dinas Pemkab Enrekang, pada hari Rabu (13/1/2021). (Baca juga: Ekonomi Tumbuh, Sulsel Berhasil Raup Investasi Rp3,8 Triliun )
Sejak 2018, Pemkab Enrekang sudah menginisiasi pengembangan sekolah lapang digital, dengan menggandeng UNIMEN dan Van Hall Larenstein, university of applied science-Belanda. Untuk merealisasikan proses dan pengembangan aplikasi, Pemkab bersama UNIMEN berhasil meraih beasiswa StuNed untuk subsidi dana pelatihan ini. (Baca juga: Muslim Technopreneur Jadi Wadah Mahasiswa UMJ Geluti Kewirausahaan )
Tujuan pelatihan ini terutama untuk memberikan pendekatan inovatif yang berorientasi pada praktik dan alat serta metodologi langsung kepada tim Enrekang di bidang Design and Development of Digital Farmer Field School (DFFS). Van Hall Larenstein mengapresiasi semangat peserta untuk menuntut ilmu meskipun di masa pandemi, sebagai sarana berbagi pengetahuan untuk ekonomi pedesaan yang berkelanjutan.
Dalam sambutannya, Muslimin Bando menyatakan, pelatihan ini wujud kemitraan segiempat emas, yang terjalin antara Pemerintah Kabupaten Enrekang, Pemerintah Belanda, UNIMEN dan Universitas Van Hall Larenstein, serta warga Enrekang.
Peserta pelatihan terdiri dari 20 orang yang merupakan gabungan staf Pemda Kabupaten Enrekang dan staf UNIMEN. Mengingat situasi saat ini sedang pandemi COVID-19, pelatihan dilaksanakan secara daring dan luring.
“UNIMEN, sebagai satu-satunya universitas di Enrekang, berkomitmen untuk turut andil memajukan Enrekang, termasuk petani,” kata Yunus Busa.
Dalam kesempatan yang sama UNIMEN juga meresmikan pusat riset bernama Communication Social Ecological Learning and Sustainable Environment (CoSeLSe) untuk menangani pengembangan DFFS, serta menyerahkan sabak computer (tablet) secara simbolis kepada petani, sebagai penerima manfaat DFFS.
Sebagai salah satu alumni StuNed, Nurdahlia Lairing yang juga merupakan dosen UNIMEN dan penggagas proposal pelatihan ini mengatakan, pelatihan DFFS ini harus serius dikembangkan, diuji dan memberikan manfaat bagi petani. ”Karena kita tidak boleh mengecewakan petani,” ujar dia.
Peter van Tuijl mengatakan, beasiswa ini merupakan sarana kerja sama antar kedua negara, khususnya di bidang pertanian. Program yang berfokus pada pertanian merupakan program penting di tengah situasi pandemi, yang memberikan kontribusi yang krusial bagi pengembangan ekonomi Indonesia.
“Belanda memang salah satu kiblat kemajuan teknologi internet dan pertanian. Van Hall Larenstein punya banyak pakar pertanian, dan Belanda, meskipun negara kecil, tetapi merupakan pengekspor hasil pertanian terbesar di dunia setelah Amerika,” pungkas dia.
Acara pembukaan pelatihan ini diakhiri dengan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Pusat Penelitian CoSeLSe dan Van Hall Larenstein.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
(nth)
tulis komentar anda