PN Cirebon Diminta Berikan Hukuman Setimpal untuk Pelaku Investasi Bodong
Rabu, 25 November 2020 - 05:33 WIB
CIREBON - Majelis Hakim Pengadilan Negeri Cirebon diminta untuk segera memberikan hukuman seberat-beratnya terdakwa atas nama Rechi Putra Sutisna putra dari Ade Sutisna.
Kuasa Hukum Korban Veronica Yulia Arista, Heri Perdana Tarigan mengatakan, pihaknya meminta majelis hakim untuk segera mejatuhkan hukuman seberat-beratnya terhdap terdakwa. Kasus yang menimpa terdakwa adalah terkait dengan tindak Pidana Penipuan dan Penggelapan dengan menggunakan motif investasi sarang burung walet yang kemudian diketahui adalah fiktif. hingga merugikan Korban kliennya sebanyal Rp. 1.500.000.000. “Ada yang menarik dalam fakta persidangan, terdakwa tidak menunjukan penyesalan dengan apa yang dilakukan kepada kilen saya,” katanya.
Dia menegaskan, ada pengakuan utang atas kerugian investasi tersebut sehingga tidak bisa dilakukan penuntutan secara Pidana dalam Perkara ini. Menurutnya, Peristiwa Pidana dalam Perkara 243/Pid.B/2020/PN.Crn sudah selesai ketika fakta investasi sarang burung walet tersebut terkonfirmasi fiktif. "Karena terbukti pelaku membujuk korban untuk berinvestasi dengan dirinya," katanya.
Menurutnya, ada alat bukti Surat berupa keterangan resmi perbankan yang menyatakan bahwa benar telah terjadi pemindahan pencatatan dan penguasaan keuangan dari korban kepada Terdakwa pada tanggal 08 Oktober 2018, 28 November 2018, dan 04 Desember 2018 yang juga telah diterangkan saksi korban. (Baca: Rapid Test, 488 Penyelenggara Pilkada Jambi di Kabupaten Merangin Reaktif).
Transfer tersebut diakui Korban sebagai buah dari bujuk rayu atas pengembalian keuntungan Investasi yang dijanjikan oleh korban melalui proposal investasi. Korban mengaku percaya untuk berinvestasi kepada terdakwa, karena, terdakwa adalah sahabatnya sendiri.
Selain itu dalam fakta persidangan, terdapat keterangan saksi Nurul Fahmi yang mengatakan bahwa pernah melakukan pengecekan ke lokasi yang dimaksud oleh terdakwa sebagai area penangkaran sarang burung walet di Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Februari 2020, dan hasilnya adalah fiktif karena tidak ada pihak perusahaan dimaksud mengenal identitas terdakwa, sehingga terdapat cukup fakta, bukti, dan unsur kesalahan agar terdakwa bisa diberikan hukuman seberat-beratnya. (Baca: Kasus Positif Meningkat, Wisma Isolasi Bersama COVID-19 di Cilegon Penuh).
Modus Penipuan dan Penggelapan yang diduga dilakukan terdakwa telah meresahkan masyarakat Cirebon, Jawa Barat. Terlebih terdakwa bersama-sama terdakwa lainnya Henry Wijaya Sucipto [berkas terpisah] telah melakukan dugaan aksi penipuan dan penggelapan di Wilayah Cirebon terhadap puluhan orang dan kerugian yang ditaksir sampai lebih kurang Rp. 25.000.000.000. dari kasus tersebut, terdakwa diancam dengan ancaman hukuman selama empat Tahun. “Kita mau kasus ini tidak ada intervensi dari manapun," pungkasnya.
Kuasa Hukum Korban Veronica Yulia Arista, Heri Perdana Tarigan mengatakan, pihaknya meminta majelis hakim untuk segera mejatuhkan hukuman seberat-beratnya terhdap terdakwa. Kasus yang menimpa terdakwa adalah terkait dengan tindak Pidana Penipuan dan Penggelapan dengan menggunakan motif investasi sarang burung walet yang kemudian diketahui adalah fiktif. hingga merugikan Korban kliennya sebanyal Rp. 1.500.000.000. “Ada yang menarik dalam fakta persidangan, terdakwa tidak menunjukan penyesalan dengan apa yang dilakukan kepada kilen saya,” katanya.
Dia menegaskan, ada pengakuan utang atas kerugian investasi tersebut sehingga tidak bisa dilakukan penuntutan secara Pidana dalam Perkara ini. Menurutnya, Peristiwa Pidana dalam Perkara 243/Pid.B/2020/PN.Crn sudah selesai ketika fakta investasi sarang burung walet tersebut terkonfirmasi fiktif. "Karena terbukti pelaku membujuk korban untuk berinvestasi dengan dirinya," katanya.
Menurutnya, ada alat bukti Surat berupa keterangan resmi perbankan yang menyatakan bahwa benar telah terjadi pemindahan pencatatan dan penguasaan keuangan dari korban kepada Terdakwa pada tanggal 08 Oktober 2018, 28 November 2018, dan 04 Desember 2018 yang juga telah diterangkan saksi korban. (Baca: Rapid Test, 488 Penyelenggara Pilkada Jambi di Kabupaten Merangin Reaktif).
Transfer tersebut diakui Korban sebagai buah dari bujuk rayu atas pengembalian keuntungan Investasi yang dijanjikan oleh korban melalui proposal investasi. Korban mengaku percaya untuk berinvestasi kepada terdakwa, karena, terdakwa adalah sahabatnya sendiri.
Selain itu dalam fakta persidangan, terdapat keterangan saksi Nurul Fahmi yang mengatakan bahwa pernah melakukan pengecekan ke lokasi yang dimaksud oleh terdakwa sebagai area penangkaran sarang burung walet di Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Februari 2020, dan hasilnya adalah fiktif karena tidak ada pihak perusahaan dimaksud mengenal identitas terdakwa, sehingga terdapat cukup fakta, bukti, dan unsur kesalahan agar terdakwa bisa diberikan hukuman seberat-beratnya. (Baca: Kasus Positif Meningkat, Wisma Isolasi Bersama COVID-19 di Cilegon Penuh).
Modus Penipuan dan Penggelapan yang diduga dilakukan terdakwa telah meresahkan masyarakat Cirebon, Jawa Barat. Terlebih terdakwa bersama-sama terdakwa lainnya Henry Wijaya Sucipto [berkas terpisah] telah melakukan dugaan aksi penipuan dan penggelapan di Wilayah Cirebon terhadap puluhan orang dan kerugian yang ditaksir sampai lebih kurang Rp. 25.000.000.000. dari kasus tersebut, terdakwa diancam dengan ancaman hukuman selama empat Tahun. “Kita mau kasus ini tidak ada intervensi dari manapun," pungkasnya.
(nag)
tulis komentar anda