Polrestabes Surabaya Bongkar Sindikat Uang Palsu Senilai Rp16 Miliar
Kamis, 05 November 2020 - 18:36 WIB
SURABAYA - Satreskrim Polrestabes Surabaya berhasil membongkar sindikat pengedar uang palsu (upal) dengan mengamankan 11 orang tersangka. Mereka adalah SWD (53) asal Griya permata Merie Kranggan, Mojokerto, UMW (34) asal Jalan Bukit Palma blok C4 Surabaya, SYF (41)] asal Cakraningrat, Kaliwungu Jombang, SUG, asal Mangga Besar IV-S Tamansari Jakarta Barat.
NSTM (62) asal Jalan Kapuk Rawa Gabus, Jakarta Barat, HRDS asal Taman Pinang Idah, Tangerang, SMRD, SMRJ, SRKM, mereka ditangkap dan ditahan Polres Ngawi.(Baca juga: Belajar Dari Internet, Residivis Asal Mojokerto Produksi Sabu di Kamar )
Lalu, OLN ditangkap dan ditahan di Polres Lamongan, AG ditangkap dan ditahan di Polres Mojokerto Kota. Sementara dua DPO, HD dan ED masih dalam pengejaran dan berperan sebagai Pengedar. Dalam kasus ini, polisi mengamankan barang bukti Rp16 miliar upal.
Wakapolrestabes Surabaya AKBP Hartoyo mengungkapkan, sejak awal bulan Nopember 2019, SGY berencana untuk membuat upal. Kemudian pertengahan Nopember 2019 menghubungi SYF untuk mencari rumah kontrakan di Jombang untuk produksi uang palsu. "SGY juga menghubungi tersangka HRDS untuk menyiapkan gambar atau sablon," katanya di Mapolrestabes Surabaya, Kamis (5/11/2020).
Selanjutnya bulan April 2020, komplotan ini mulai membeli mesin berikut peralatan lainnya untuk mencetak upal secara bertahap. Biaya pengadaan mesin tersebut menghabiskan biaya kurang lebih sebesar Rp100 juta.(Baca juga: 4,23 Juta Penduduk Usia Kerja di Jawa Timur Terdampak COVID-19 )
Pada bulan Mei 2020, SGY mulai mencetak upal nominal Rp100.000 sejumlah Rp10 miliar. "Dalam pengedaran uang palsu tersebut, tersangka SGY bekerja sama dengan tersangka lainnya," ungkap Hartoyo.
Tersangka NSTM yang ada di Jakarta membawa sebanyak Rp1 miliar, tersangka SMJ dan SMD di Jombang sebesar Rp1 miliar. Selanjutnya upal tersebut oleh SMJ diserahkan kepada tersangka SIS sebesar Rp400 juta.
Kepada tersangka AG di Mojokerto Rp23 juta, tersangka UW di Bukit Palma Surabaya Rp6 juta, tersangka OLN di Lamongan Rp10 juta, tersangka HD dan ED di Bungurasih Rp14 juta dan tersangka MSTF di Sidoarjo Rp10 juta.(Baca juga: Pandemi COVID-19, Pernikahan Dini di Kediri Melonjak )
“Menurut mereka, rencananya uang palsu tersebut akan diedarkan dengan cara memasukkan kedalam mesin ATM Bank. Ada juga yang dibelanjakan namun belum ada yang berhasil,” imbuh Hartoyo.
AKBP Hartoyo menambahkan, tersangka SGY membuat upal hanya untuk mendapatkan penghasilan karena tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dia dulunya pernah bekerja di percetakan sehingga berpengalaman.
“Kasus ini berhasil diungkap berawal dari Polres Ngawi yang juga mengungkap peredaran uang palsu. Kemudian dikembangkan jaringannya yang diketahui uang beredar di Ngawi, Jombang, Surabaya, Sidoarjo dan Jakarta,” pungkas Hartoyo.
NSTM (62) asal Jalan Kapuk Rawa Gabus, Jakarta Barat, HRDS asal Taman Pinang Idah, Tangerang, SMRD, SMRJ, SRKM, mereka ditangkap dan ditahan Polres Ngawi.(Baca juga: Belajar Dari Internet, Residivis Asal Mojokerto Produksi Sabu di Kamar )
Lalu, OLN ditangkap dan ditahan di Polres Lamongan, AG ditangkap dan ditahan di Polres Mojokerto Kota. Sementara dua DPO, HD dan ED masih dalam pengejaran dan berperan sebagai Pengedar. Dalam kasus ini, polisi mengamankan barang bukti Rp16 miliar upal.
Wakapolrestabes Surabaya AKBP Hartoyo mengungkapkan, sejak awal bulan Nopember 2019, SGY berencana untuk membuat upal. Kemudian pertengahan Nopember 2019 menghubungi SYF untuk mencari rumah kontrakan di Jombang untuk produksi uang palsu. "SGY juga menghubungi tersangka HRDS untuk menyiapkan gambar atau sablon," katanya di Mapolrestabes Surabaya, Kamis (5/11/2020).
Selanjutnya bulan April 2020, komplotan ini mulai membeli mesin berikut peralatan lainnya untuk mencetak upal secara bertahap. Biaya pengadaan mesin tersebut menghabiskan biaya kurang lebih sebesar Rp100 juta.(Baca juga: 4,23 Juta Penduduk Usia Kerja di Jawa Timur Terdampak COVID-19 )
Pada bulan Mei 2020, SGY mulai mencetak upal nominal Rp100.000 sejumlah Rp10 miliar. "Dalam pengedaran uang palsu tersebut, tersangka SGY bekerja sama dengan tersangka lainnya," ungkap Hartoyo.
Tersangka NSTM yang ada di Jakarta membawa sebanyak Rp1 miliar, tersangka SMJ dan SMD di Jombang sebesar Rp1 miliar. Selanjutnya upal tersebut oleh SMJ diserahkan kepada tersangka SIS sebesar Rp400 juta.
Kepada tersangka AG di Mojokerto Rp23 juta, tersangka UW di Bukit Palma Surabaya Rp6 juta, tersangka OLN di Lamongan Rp10 juta, tersangka HD dan ED di Bungurasih Rp14 juta dan tersangka MSTF di Sidoarjo Rp10 juta.(Baca juga: Pandemi COVID-19, Pernikahan Dini di Kediri Melonjak )
“Menurut mereka, rencananya uang palsu tersebut akan diedarkan dengan cara memasukkan kedalam mesin ATM Bank. Ada juga yang dibelanjakan namun belum ada yang berhasil,” imbuh Hartoyo.
AKBP Hartoyo menambahkan, tersangka SGY membuat upal hanya untuk mendapatkan penghasilan karena tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dia dulunya pernah bekerja di percetakan sehingga berpengalaman.
“Kasus ini berhasil diungkap berawal dari Polres Ngawi yang juga mengungkap peredaran uang palsu. Kemudian dikembangkan jaringannya yang diketahui uang beredar di Ngawi, Jombang, Surabaya, Sidoarjo dan Jakarta,” pungkas Hartoyo.
(msd)
tulis komentar anda