Masyarakat Maluku Tak Rasakan Guncangan Saat Gempa M6,3 Terjadi
Minggu, 01 November 2020 - 14:02 WIB
JAKARTA - Kendati terjadi gempa dengan magnitudo 6,3 Minggu (1/11/2020) pagi, namun masyarakat Maluku Barat Daya (MBD) tidak panik.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten MBD menginformasikan warganya tidak merasakan gempa pada pukul 10.43 WIB tersebut.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis parameter gempa terjadi dengan M6,3 dengan titik gempa di laut atau 54 km barat laut Tepa, MBD. Gempa tersebut berada pada kedalaman 196 km. Berdasarkan pemodelan, gempa tidak memicu terjadinya tsunami. Berdasarakan peta guncangan yang diukur dengan skala MMI, gempa berdampak II MMI di Dobo dan II hingga III MMI di Saumlaki.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, Kabupaten MBD merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Maluku. "Kabupaten ini berupa kepulauan dengan jumlah 17 kecamatan," ujarnya. (Baca juga: Gempa Guguran Merapi Kembali Terdengar dari Pos Babadan )
Menurutnya, Tim Wave dari Universitas Brigham Young (BYU) melakukan kajian paleotsunami di kawasan ini pada dua tahun lalu. Berdasarkan catatan dari tim ini, beberapa kejadian gempa bumi pernah terjadi di MBD, yakni pada tahun 1917, 1793, 1814, 1815, 1836, 1852, 1857 dan 1975.
Dari rentetan kejadian tersebut, secara statistik gempa terjadi 1 kali dalam kurun periode 37 tahun. Namun demikian setelah 42 tahun belum lagi terjadi fenomena alam tersebut sehingga kondisi ini mendorong perlunya perhatian dan kewaspadaan semua pihak, khususnya pemerintah dan masyarakat. (Baca juga: Sempat Viral, Kakek Sarna Nikahi ABG di Subang Kini Bercerai )
Sementara itu, tsunami pernah tercatat pada 1629, 1657, 1674, 1659, 1710, 1711, 1754, 1763, 1815, 1820, 1837, 1841, 1852, 1857, 1859, 1882, 1885, 1891, 1899, 1914 dan 1938. Tsunami pada kurun waktu tersebut dipicu oleh gempa bumi di beberapa sumber seperti palung Timor, Banda dan sumber lain.
Saat melakukan kajian tsunami, Tim Wave memilih beberapa tempat untuk melihat hasil endapan, seperti dari lubang trenching di Pulau Moa dan Letti. Dari hasil kajian, tim menemukan fosil organisme laut yang berada di dalam gua, Gua Raitawun, Desa Nuwewang, Kecamatan Letti, yang jaraknya 100 meter dari garis pantai. Lalu pada pinggir pantai juga ditemukan bongkahan batuan dasar laut yang terangkat.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten MBD menginformasikan warganya tidak merasakan gempa pada pukul 10.43 WIB tersebut.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis parameter gempa terjadi dengan M6,3 dengan titik gempa di laut atau 54 km barat laut Tepa, MBD. Gempa tersebut berada pada kedalaman 196 km. Berdasarkan pemodelan, gempa tidak memicu terjadinya tsunami. Berdasarakan peta guncangan yang diukur dengan skala MMI, gempa berdampak II MMI di Dobo dan II hingga III MMI di Saumlaki.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, Kabupaten MBD merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Maluku. "Kabupaten ini berupa kepulauan dengan jumlah 17 kecamatan," ujarnya. (Baca juga: Gempa Guguran Merapi Kembali Terdengar dari Pos Babadan )
Menurutnya, Tim Wave dari Universitas Brigham Young (BYU) melakukan kajian paleotsunami di kawasan ini pada dua tahun lalu. Berdasarkan catatan dari tim ini, beberapa kejadian gempa bumi pernah terjadi di MBD, yakni pada tahun 1917, 1793, 1814, 1815, 1836, 1852, 1857 dan 1975.
Dari rentetan kejadian tersebut, secara statistik gempa terjadi 1 kali dalam kurun periode 37 tahun. Namun demikian setelah 42 tahun belum lagi terjadi fenomena alam tersebut sehingga kondisi ini mendorong perlunya perhatian dan kewaspadaan semua pihak, khususnya pemerintah dan masyarakat. (Baca juga: Sempat Viral, Kakek Sarna Nikahi ABG di Subang Kini Bercerai )
Sementara itu, tsunami pernah tercatat pada 1629, 1657, 1674, 1659, 1710, 1711, 1754, 1763, 1815, 1820, 1837, 1841, 1852, 1857, 1859, 1882, 1885, 1891, 1899, 1914 dan 1938. Tsunami pada kurun waktu tersebut dipicu oleh gempa bumi di beberapa sumber seperti palung Timor, Banda dan sumber lain.
Saat melakukan kajian tsunami, Tim Wave memilih beberapa tempat untuk melihat hasil endapan, seperti dari lubang trenching di Pulau Moa dan Letti. Dari hasil kajian, tim menemukan fosil organisme laut yang berada di dalam gua, Gua Raitawun, Desa Nuwewang, Kecamatan Letti, yang jaraknya 100 meter dari garis pantai. Lalu pada pinggir pantai juga ditemukan bongkahan batuan dasar laut yang terangkat.
(msd)
tulis komentar anda