Waspada La Nina, Musim Hujan Diprediksi Datang Lebih Awal dan Lama
Kamis, 01 Oktober 2020 - 19:53 WIB
SEMARANG - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi bakal terjadi fenomena La Nina yang menyebabkan musim hujan datang lebih awal dan berlangsung lama.
Provinsi Jawa Tengah yang dikenal sebagai supermarket bencana alam bersiap menghadapi bencana hidrometeorologi.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menyiapkan segala kemungkinan bencana alam akibat masuknya musim hujan. Selain menyusun peta bencana dan langkah-langkah antisipatif, juga menyiapkan posko bencana yang dioperasikan mulai Oktober 2020 hingga Maret tahun depan.
"Kami sudah menggelar rapat koordinasi terkait antisipasi itu. Mulai BPBD, BBWS, PSDA dan pihak terkait sudah membicarakan terkait skenario kemungkinan debit hujan tinggi, antisipasi teknis dan penyusunan peta rawan bencana," kata Ganjar, Kamis (1/10/2020).
Peta bencana sangat penting untuk mengantisipasi apabila terjadi bencana alam seperti banjir dan tanah longsor selama musim hujan. Dengan peta bencana itu, maka tindakan antisipatif bisa dilakukan sebaik mungkin.
"Misalnya peta rawan banjir di Jateng, itu ada Brebes dengan luasan bencana 5.796 hektare, Pemalang ada 7.296 hektare, Tegal 1.011 hektare. Ada juga Kendal, Kudus, dan lainnya. Termasuk peta lokasi mulai nama sungai, kondisi tanggul, dan sebagainya sudah dipetakan secara rigid," jelasnya.
Dirinya mencontohkan, di Brebes kemungkinan bencana banjir terjadi akibat luapan Sungai Cisanggarung. Selain itu, ada juga potensi tanggul jebol di Sungai Pemali.
"Di Pekalongan itu ada potensi banjir dan rob di Sungai Bremi dan seterusnya. Kita inventarisir satu-satu berbasis pada masing-masing daerah aliran sungai, termasuk menyiapkan sistem pengendaliannya," ucapnya.
Selain pemetaan dan langkah antisipatif, pihaknya juga telah menyiapkan posko siaga banjir yang akan dioperasikan mulai 1 Oktober tahun ini, hingga akhir Maret 2021. Selain itu, penyiapan tempat pengungsian dengan protokol kesehatan ketat juga sudah dilakukan. (Baca juga: Pandemi, RSI Bantu 30 Karamba untuk Masyarakat Waduk Kedung Ombo)
"Jadi semua siap, termasuk persiapan tempat pengungsian seandainya ada pengungsi. Kita atur dari sekarang, untuk mengantisipasi kerumunan. Sudah ada contohnya di Jepang itu, jadi tempat pengungsian di kaveling kecil-kecil, dibatasi kardus, dan satu kaveling satu keluarga," tegasnya. (Baca juga: Bea Cukai Surakarta Musnahkan BNM Senilai Rp1,1 Miliar)
Ganjar juga meminta seluruh bupati/wali kota gencar melakukan edukasi tentang pengurangan risiko bencana kepada masyarakat. Desa-desa tangguh bencana dan relawan harus dihidupkan kembali.
Provinsi Jawa Tengah yang dikenal sebagai supermarket bencana alam bersiap menghadapi bencana hidrometeorologi.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menyiapkan segala kemungkinan bencana alam akibat masuknya musim hujan. Selain menyusun peta bencana dan langkah-langkah antisipatif, juga menyiapkan posko bencana yang dioperasikan mulai Oktober 2020 hingga Maret tahun depan.
"Kami sudah menggelar rapat koordinasi terkait antisipasi itu. Mulai BPBD, BBWS, PSDA dan pihak terkait sudah membicarakan terkait skenario kemungkinan debit hujan tinggi, antisipasi teknis dan penyusunan peta rawan bencana," kata Ganjar, Kamis (1/10/2020).
Peta bencana sangat penting untuk mengantisipasi apabila terjadi bencana alam seperti banjir dan tanah longsor selama musim hujan. Dengan peta bencana itu, maka tindakan antisipatif bisa dilakukan sebaik mungkin.
"Misalnya peta rawan banjir di Jateng, itu ada Brebes dengan luasan bencana 5.796 hektare, Pemalang ada 7.296 hektare, Tegal 1.011 hektare. Ada juga Kendal, Kudus, dan lainnya. Termasuk peta lokasi mulai nama sungai, kondisi tanggul, dan sebagainya sudah dipetakan secara rigid," jelasnya.
Dirinya mencontohkan, di Brebes kemungkinan bencana banjir terjadi akibat luapan Sungai Cisanggarung. Selain itu, ada juga potensi tanggul jebol di Sungai Pemali.
"Di Pekalongan itu ada potensi banjir dan rob di Sungai Bremi dan seterusnya. Kita inventarisir satu-satu berbasis pada masing-masing daerah aliran sungai, termasuk menyiapkan sistem pengendaliannya," ucapnya.
Selain pemetaan dan langkah antisipatif, pihaknya juga telah menyiapkan posko siaga banjir yang akan dioperasikan mulai 1 Oktober tahun ini, hingga akhir Maret 2021. Selain itu, penyiapan tempat pengungsian dengan protokol kesehatan ketat juga sudah dilakukan. (Baca juga: Pandemi, RSI Bantu 30 Karamba untuk Masyarakat Waduk Kedung Ombo)
"Jadi semua siap, termasuk persiapan tempat pengungsian seandainya ada pengungsi. Kita atur dari sekarang, untuk mengantisipasi kerumunan. Sudah ada contohnya di Jepang itu, jadi tempat pengungsian di kaveling kecil-kecil, dibatasi kardus, dan satu kaveling satu keluarga," tegasnya. (Baca juga: Bea Cukai Surakarta Musnahkan BNM Senilai Rp1,1 Miliar)
Ganjar juga meminta seluruh bupati/wali kota gencar melakukan edukasi tentang pengurangan risiko bencana kepada masyarakat. Desa-desa tangguh bencana dan relawan harus dihidupkan kembali.
(boy)
tulis komentar anda