Berwisata Sambil Belajar di Liang Bua
Jum'at, 25 September 2020 - 05:08 WIB
Dari sudut ilmu geologi, Liang Bua merupakan bentukan endokars yang berkembang pada batu gamping. Bentukan endokars itu berselingan dengan batu gamping pasiran. Batuan gamping itu diperkirakan berasal dari periode miosen tengah atau sekitar 15 juta tahun yang lampau. (Baca: Mistis Kampung Pitu, Hanya Bisa Dihuni 7 KK di Timur Gunung Nglanggeran )
Hasil analisis sampel sediman, para ahli menyimpulkan gua Liang Bua terbentuk dari bebatuan yang terbawa arus sungai hingga terbentuk gundukan bukit yang diperkirakan berlangsung dari 190.000 tahun silam. Bukti bahwa ini merupakan bentukan endokarst adalah adanya stalaktit yang menjuntai di langit-langit gua.
Gua ini menjadi tempat tinggal bagi manusia Homo Floresiensis. Ini terlihat dengan ditemukan potongan rangka, rahang bawah, perkakas berburu, serta sisa-sisa tulang stegodon (gajah purba) kerdil, tikus besar, serta biawak raksasa. Temuan yang tersingkap tahun 2003 itu bukan proses seketika. Sejak 1930-an para arkeolog telah melakukan penelitian di gua sejuk ini.
Kini Liang Bua menjadi salah satu destinasi wisata yang banyak diminati. Selain keindahan yang bisa dinikmati di tempat ini, pengunjung juga bisa menelusuri evolusi manusia sejak ribuan tahun silam. Pengunjung juga bisa menelusuri evolusi bumi lewat gua bentukan endokrast dari jutaan tahun silam.
Untuk sampai ke tempat manusia purba ini, pengunjung bisa menggunakan penerbangan langsung ke Labuan Bajo , Flores. Dari Labuan Bajo, perjalanan dilanjutkan menuju Kota Ruteng dengan menggunakan angkutan umum atau bus travel. Dari Ruteng, pengunjung bisa melanjutkan perjalanan menuju Rampasasa, tempat Liang Bua berada. Jauhnya tidak lebih dari 13 kilometer dari Ruteng.
Hasil analisis sampel sediman, para ahli menyimpulkan gua Liang Bua terbentuk dari bebatuan yang terbawa arus sungai hingga terbentuk gundukan bukit yang diperkirakan berlangsung dari 190.000 tahun silam. Bukti bahwa ini merupakan bentukan endokarst adalah adanya stalaktit yang menjuntai di langit-langit gua.
Gua ini menjadi tempat tinggal bagi manusia Homo Floresiensis. Ini terlihat dengan ditemukan potongan rangka, rahang bawah, perkakas berburu, serta sisa-sisa tulang stegodon (gajah purba) kerdil, tikus besar, serta biawak raksasa. Temuan yang tersingkap tahun 2003 itu bukan proses seketika. Sejak 1930-an para arkeolog telah melakukan penelitian di gua sejuk ini.
Kini Liang Bua menjadi salah satu destinasi wisata yang banyak diminati. Selain keindahan yang bisa dinikmati di tempat ini, pengunjung juga bisa menelusuri evolusi manusia sejak ribuan tahun silam. Pengunjung juga bisa menelusuri evolusi bumi lewat gua bentukan endokrast dari jutaan tahun silam.
Untuk sampai ke tempat manusia purba ini, pengunjung bisa menggunakan penerbangan langsung ke Labuan Bajo , Flores. Dari Labuan Bajo, perjalanan dilanjutkan menuju Kota Ruteng dengan menggunakan angkutan umum atau bus travel. Dari Ruteng, pengunjung bisa melanjutkan perjalanan menuju Rampasasa, tempat Liang Bua berada. Jauhnya tidak lebih dari 13 kilometer dari Ruteng.
(don)
tulis komentar anda