Gubernur Khofifah Ajak Generasi Milenial Geluti Sektor Pertanian
Kamis, 24 September 2020 - 20:32 WIB
SURABAYA - Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa mengajak generasi millenial menggeluti sektor pertanian. Orang nomor satu di Jatim itu yakin, sentuhan teknologi, inovasi dan kreativitas, serta luasnya akses pasar dapat memajukan pertanian di provinsi berpenduduk 40 juta jiwa ini.
Khofifah menyebut sektor pertanian merupakan komponen penting yang dapat menyelamatkan ekonomi negara. Terlebih di era pandemi COVID-19 seperti sekarang ini. Sektor tersebut, kata Khofifah bisa menguatkan ketahanan pangan, menyediakan lapangan kerja dan bisa menanggulangi kemiskinan di masyarakat.
“Kita semua tahu mayoritas petani kita didominasi petani berusia tua, masih sedikit anak muda yang mau menekuni sektor pertanian karena dianggapnya kurang prospek dan kurang bergengsi. Padahal, dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ditambah situasi global kekinian sektor ini sangatlah strategis,” kata Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Kamis (24/9/2020).
Menurut Khofifah, regenerasi menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Jika hal ini diabaikan, dalam kurun waktu 10 - 15 tahun mendatang, Indonesia, khususnya Jatim akan kekurangan petani.
(Baca juga: Pilwali Surabaya, Eri-Armuji Nomor 1 dan Machfud-Mujiaman Nomor 2 )
Padahal, Jatim sendiri merupakan lumbung pangan nasional untuk support 16 provinsi di wilayah Indonesia Timur. “Saat ini mencari kerja bukanlah hal yang mudah. Tidak seimbangnya industri dengan pencari kerja membuat persaingan menjadi sangat ketat,” ujarnya.
Belum lagi ditambah situasi ekonomi global dimana banyak negara masuk ke jurang resesi. Karenanya, dia mendorong generasi millenial mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, salah satunya di sektor pertanian. “Peluang bisnis sektor pertanian masih sangat luas untuk digarap kaum milenial. Semangat mereka saya yakin mampu membawa pembaharuan dalam pembangunan pertanian di Jatim,” imbuhnya.
Khofifah mengatakan, jika jumlah petani milenial kian bertambah maka juga akan mendongkrak perekonomian di daerah dan mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Dengan begitu, perekonomian di Jatim bisa berkembang dan mengurangi urbanisasi pemuda ke kota.
“Baru sedikit petani di Indonesia yang memanfaatkan teknologi dan internet. Dari data BPS, angkanya masih berkisar 15 persenan. Nah, jika ruang-ruang ini kita manfaatkan secara optimal maka sektor pertanian menjadi usaha yang sangat menjanjikan untuk masa depan,” pungkasnya
Khofifah menyebut sektor pertanian merupakan komponen penting yang dapat menyelamatkan ekonomi negara. Terlebih di era pandemi COVID-19 seperti sekarang ini. Sektor tersebut, kata Khofifah bisa menguatkan ketahanan pangan, menyediakan lapangan kerja dan bisa menanggulangi kemiskinan di masyarakat.
“Kita semua tahu mayoritas petani kita didominasi petani berusia tua, masih sedikit anak muda yang mau menekuni sektor pertanian karena dianggapnya kurang prospek dan kurang bergengsi. Padahal, dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ditambah situasi global kekinian sektor ini sangatlah strategis,” kata Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Kamis (24/9/2020).
Menurut Khofifah, regenerasi menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Jika hal ini diabaikan, dalam kurun waktu 10 - 15 tahun mendatang, Indonesia, khususnya Jatim akan kekurangan petani.
(Baca juga: Pilwali Surabaya, Eri-Armuji Nomor 1 dan Machfud-Mujiaman Nomor 2 )
Padahal, Jatim sendiri merupakan lumbung pangan nasional untuk support 16 provinsi di wilayah Indonesia Timur. “Saat ini mencari kerja bukanlah hal yang mudah. Tidak seimbangnya industri dengan pencari kerja membuat persaingan menjadi sangat ketat,” ujarnya.
Belum lagi ditambah situasi ekonomi global dimana banyak negara masuk ke jurang resesi. Karenanya, dia mendorong generasi millenial mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, salah satunya di sektor pertanian. “Peluang bisnis sektor pertanian masih sangat luas untuk digarap kaum milenial. Semangat mereka saya yakin mampu membawa pembaharuan dalam pembangunan pertanian di Jatim,” imbuhnya.
Khofifah mengatakan, jika jumlah petani milenial kian bertambah maka juga akan mendongkrak perekonomian di daerah dan mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Dengan begitu, perekonomian di Jatim bisa berkembang dan mengurangi urbanisasi pemuda ke kota.
“Baru sedikit petani di Indonesia yang memanfaatkan teknologi dan internet. Dari data BPS, angkanya masih berkisar 15 persenan. Nah, jika ruang-ruang ini kita manfaatkan secara optimal maka sektor pertanian menjadi usaha yang sangat menjanjikan untuk masa depan,” pungkasnya
(msd)
tulis komentar anda