Budidaya Maggot Solusi Atasi Masalah Sampah di Bandung
Rabu, 13 November 2024 - 15:59 WIB
JAKARTA - Budidaya maggot saat ini menjadi solusi mengurangi pasok sampah organik guna memberantas darurat sampah di Kota Bandung. Selain itu, budidaya maggot juga berpotensi menghasilkan uang.
Salah satunya di Kelurahan Mengger, Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung. Maggot yang hanya dikenal sebagai pengurai sampah ternyata berpotensi menghasilkan cuan jika dibudidayakan dengan baik.
Melihat itu, Universitas Pasundan (Unpas) melalui hibah Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Dirjendikti Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset Dan Teknologi Tahun Anggaran 2024, per Juli 2024 melaksanakan PKM “Penerapan Optimalisasi Sirkular Ekonomi Rumah Maggot” di Kelurahan Mengger, Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung, dalam upaya mitigasi darurat sampah.
Salah satu dari tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Unpas yang berfokus pada sirkular ekonomi maggot Popo Suryana menjelaskan, selain untuk menyelesaikan permasalahan sampah, maggot juga berpotensi untuk menghasilkan keuntungan.
Menurutnya, maggot bisa diproduksi menjadi pelet yang bisa dijadikan pakan untuk hewan ternak, ikan, ataupun burung. “Saya lihat dari hasil produksi ada maggot pelet, maggot kering, juga maggot tepung dapat dijadikan pakan ternak dan sudah kita ujicoba pada ayam dan ikan. Hasil olahan maggot ini berpotensi untuk dijual yang nantinya dapat menambah kesejahteraan masyarakat khususnya di Kelurahan Mengger ini,”jelas Popo.
Popo menambahkan, saat ini hasil olahan maggot di Kelurahan Mengger akan dipasarkan secara online di marketplace dengan nama @maggotmakmurmengger. Sebelum dipasarkan, tim ekonomi PKM Unpas sudah melakukan survey pasar untuk membandingkan dan mencari harga yang tepat.
“Kami sudah survey ke pasar burung, pasar ikan, dan peternak-peternak. Kami juga benchmark ke rumah maggot lain dan benchmark juga ke rumah maggot yang sudah memasarkan secara online. Sehingga bisa kita jadikan pembanding harga, kemasan, dan lainnya. Untuk harga produk maggot mengger ini ada di kisaran 35.000-45.000,” jelas Popo.
Melihat hal itu, Camat Bandung Kidul Budhi Rukmana menuturkan, sebelum berkolaborasi dengan Tim PKM Unpas, Rumah Maggot Mengger hanya mampu menjual maggot mentah dengan umur jual yang pendek dan nilai jual yang rendah.
Berkat kolaborasi ini, maggot diubah menjadi pelet, dengan pengemasan yang lebih baik untuk menambah umur jual maggot dan memiliki nilai jual yang tinggi.
“Maggot di Mengger selama ini hanya dijual basah (mentah-red) dengan harga yang sangat rendah, hanya Rp 4.000. Sekarang setelah berkolaborasi, maggot-maggot ini diproduksi menjadi maggot kering, maggot pelet, dan maggot tepung yang umurnya lebih panjang serta nilai jualnya lebih tinggi,” tutupnya.
Salah satunya di Kelurahan Mengger, Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung. Maggot yang hanya dikenal sebagai pengurai sampah ternyata berpotensi menghasilkan cuan jika dibudidayakan dengan baik.
Melihat itu, Universitas Pasundan (Unpas) melalui hibah Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Dirjendikti Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset Dan Teknologi Tahun Anggaran 2024, per Juli 2024 melaksanakan PKM “Penerapan Optimalisasi Sirkular Ekonomi Rumah Maggot” di Kelurahan Mengger, Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung, dalam upaya mitigasi darurat sampah.
Salah satu dari tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Unpas yang berfokus pada sirkular ekonomi maggot Popo Suryana menjelaskan, selain untuk menyelesaikan permasalahan sampah, maggot juga berpotensi untuk menghasilkan keuntungan.
Menurutnya, maggot bisa diproduksi menjadi pelet yang bisa dijadikan pakan untuk hewan ternak, ikan, ataupun burung. “Saya lihat dari hasil produksi ada maggot pelet, maggot kering, juga maggot tepung dapat dijadikan pakan ternak dan sudah kita ujicoba pada ayam dan ikan. Hasil olahan maggot ini berpotensi untuk dijual yang nantinya dapat menambah kesejahteraan masyarakat khususnya di Kelurahan Mengger ini,”jelas Popo.
Popo menambahkan, saat ini hasil olahan maggot di Kelurahan Mengger akan dipasarkan secara online di marketplace dengan nama @maggotmakmurmengger. Sebelum dipasarkan, tim ekonomi PKM Unpas sudah melakukan survey pasar untuk membandingkan dan mencari harga yang tepat.
“Kami sudah survey ke pasar burung, pasar ikan, dan peternak-peternak. Kami juga benchmark ke rumah maggot lain dan benchmark juga ke rumah maggot yang sudah memasarkan secara online. Sehingga bisa kita jadikan pembanding harga, kemasan, dan lainnya. Untuk harga produk maggot mengger ini ada di kisaran 35.000-45.000,” jelas Popo.
Melihat hal itu, Camat Bandung Kidul Budhi Rukmana menuturkan, sebelum berkolaborasi dengan Tim PKM Unpas, Rumah Maggot Mengger hanya mampu menjual maggot mentah dengan umur jual yang pendek dan nilai jual yang rendah.
Berkat kolaborasi ini, maggot diubah menjadi pelet, dengan pengemasan yang lebih baik untuk menambah umur jual maggot dan memiliki nilai jual yang tinggi.
“Maggot di Mengger selama ini hanya dijual basah (mentah-red) dengan harga yang sangat rendah, hanya Rp 4.000. Sekarang setelah berkolaborasi, maggot-maggot ini diproduksi menjadi maggot kering, maggot pelet, dan maggot tepung yang umurnya lebih panjang serta nilai jualnya lebih tinggi,” tutupnya.
(cip)
tulis komentar anda