Kisah Jenderal Kopassus Prabowo Subianto Merayap di Tengah Desingan Peluru Dalam Operasi Seroja di Timtim
Rabu, 23 Oktober 2024 - 08:32 WIB
Baca Juga
Setelah 10 menit menyeberangi sungai atau sekitar pukul 19.00 malam, tiba-tiba dari arah barat kelompok bersenjata Fretilin menyerang secara mendadak.
Sontak terjadi kontak tembak antara pasukan Unit C Pasukan Nanggala 10 dengan para pemberontak.
Baku tembak yang terjadi di tengah gelapnya malam itu mengakibatkan Lettu Sudaryanto yang berada di garis depan tertembak.
Serangan tersebut juga membuat Unit C Pasukan Nanggala 10 dipukul mundur hingga beberapa meter dan bertahan di parit. Sudaryanto yang dalam kondisi terluka memanggil anak buahnya termasuk Prabowo.
"Saya putuskan, saya sendiri yang merayap ke depan walaupun berbahaya karena musuh banyak di depan dan kontak tembak masih terjadi. Tetapi kalau tidak diambil berarti kami mengecewakan komandan dan moril pasukan akan turun,” kenang Prabowo yang kini resmi menjabat Presiden Republik Indonesia.
Namun, upaya penyelamatan yang dilakukan Prabowo menemui kesulitan karena medan yang ekstreem dan beratnya badan Sudaryanto. Evakuasi baru berhasil setelah beberapa prajurit bergabung.
Sudaryanto pun ditarik ke garis belakang. Di tengah desingan peluru, Prabowo kemudian melaporkan kondisi tersebut kepada pimpinan. Namun situasi yang gelap gulita, tidak ada satupun helikopter yang berani turun.
”Beliau bertahan sampai pukul 03.00 tetapi akhirnya beliau gugur dalam pelukan saya. Saya tidak bisa lupa komandan saya menghembuskan napas terakhir dalam pelukan saya,” tutur Prabowo.
Tak hanya kehilangan Komandannya, Prabowo juga harus kehilangan prajurit terbaiknya yakni, Letnan Satu TNI Anumerta Siprianus Gebo, prajurit Batalyon Infanteri Lintas Udara 328/Dirgahayu (Yonif Linud 328/Dirgahayu), atau yang saat ini bernama Yonif Para Raider 328/Dirgahayu dalam Operasi Seroja.
tulis komentar anda