Kisah Mayjen Iwan Setiawan Jadi Orang Pertama yang Kibarkan Merah Putih di Gunung Everest
Minggu, 06 Oktober 2024 - 13:22 WIB
Pada tahun 1997, Mayjen TNI Iwan Setiawan mencetak sejarah yang mengesankan dengan mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Gunung Everest , gunung tertinggi di dunia. Dalam perjalanan yang penuh risiko ini, Iwan dan timnya menghadapi tantangan luar biasa yang hampir merenggut nyawa mereka.
Ekspedisi ini dikenang sebagai momen heroik, bukan sekadar menaklukkan puncak, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap alam. Di balik kisah ini, terdapat pesan penting dari mantan Danjen Kopassus, Prabowo Subianto, yang mengingatkan bahwa keberhasilan sejati berarti menghargai keagungan alam, bukan hanya mengejar ambisi pribadi.
“Tugas kita ke sana adalah untuk menziarahi. Menaklukkan terkesan sombong, karena ini adalah alam yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Kuasa. Banyak hal yang tampaknya mustahil terjadi di luar akal manusia,” ungkapnya di Podcast Deddy Corbuzier dikutip SINDOnews, Minggu (6/10/2023).
Mayjen Iwan Setiawan yang kini menjabat sebagai Pangdam XII/Tanjungpura menjelaskan bahwa ekspedisi ke Mount Everest ini diprakarsai oleh Danjen Kopassus, Prabowo Subianto. Ide ini muncul ketika Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohammad mengumumkan rencana untuk mendaki gunung tersebut.
Mendengar rencana itu, Prabowo langsung mencari prajurit terbaik dari Kopassus untuk melaksanakan pendakian ini. “Waktu itu, Pak Mahathir sudah memproklamirkan bahwa Malaysia ingin mengibarkan bendera Asia pertama di puncak Everest. Pak Prabowo terpanggil oleh semangat nasionalisme. Jangan sampai bangsa yang besar kalah,” tuturnya.
Dalam seleksi tersebut, Iwan yang baru lulus dari Akademi Militer (Akmil) dan berpangkat Letnan Satu berhasil terpilih sebagai Duta Kopassus untuk ekspedisi ini. Dia membawa harapan besar untuk mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
Meskipun menyadari risiko besar dari pendakian setinggi 8.884 meter ini, Iwan menganggap tugas tersebut sebagai kehormatan yang harus dijalani sebaik mungkin. Ia berlatih selama tiga bulan di Mako Kopassus Cijantung dan Gunung Gede Pangrango, Bogor, Jawa Barat—waktu yang relatif singkat untuk persiapan mendaki gunung es di Nepal dan Tibet.
“Mendaki Mount Everest butuh latihan selama 3 sampai 5 tahun, itu harus pernah mendaki gunung ketinggian 3.000, 4.000, beberapa gunung es, ketinggian 6.000, 7.000 terakhir 8.000 Mount Everest. Sedangkan kita dari negara tropis, belum berpengalaman, dan belum pernah lihat es,” paparnya.
Ekspedisi ini dikenang sebagai momen heroik, bukan sekadar menaklukkan puncak, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap alam. Di balik kisah ini, terdapat pesan penting dari mantan Danjen Kopassus, Prabowo Subianto, yang mengingatkan bahwa keberhasilan sejati berarti menghargai keagungan alam, bukan hanya mengejar ambisi pribadi.
Baca Juga
“Tugas kita ke sana adalah untuk menziarahi. Menaklukkan terkesan sombong, karena ini adalah alam yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Kuasa. Banyak hal yang tampaknya mustahil terjadi di luar akal manusia,” ungkapnya di Podcast Deddy Corbuzier dikutip SINDOnews, Minggu (6/10/2023).
Mayjen Iwan Setiawan yang kini menjabat sebagai Pangdam XII/Tanjungpura menjelaskan bahwa ekspedisi ke Mount Everest ini diprakarsai oleh Danjen Kopassus, Prabowo Subianto. Ide ini muncul ketika Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohammad mengumumkan rencana untuk mendaki gunung tersebut.
Mendengar rencana itu, Prabowo langsung mencari prajurit terbaik dari Kopassus untuk melaksanakan pendakian ini. “Waktu itu, Pak Mahathir sudah memproklamirkan bahwa Malaysia ingin mengibarkan bendera Asia pertama di puncak Everest. Pak Prabowo terpanggil oleh semangat nasionalisme. Jangan sampai bangsa yang besar kalah,” tuturnya.
Dalam seleksi tersebut, Iwan yang baru lulus dari Akademi Militer (Akmil) dan berpangkat Letnan Satu berhasil terpilih sebagai Duta Kopassus untuk ekspedisi ini. Dia membawa harapan besar untuk mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
Meskipun menyadari risiko besar dari pendakian setinggi 8.884 meter ini, Iwan menganggap tugas tersebut sebagai kehormatan yang harus dijalani sebaik mungkin. Ia berlatih selama tiga bulan di Mako Kopassus Cijantung dan Gunung Gede Pangrango, Bogor, Jawa Barat—waktu yang relatif singkat untuk persiapan mendaki gunung es di Nepal dan Tibet.
“Mendaki Mount Everest butuh latihan selama 3 sampai 5 tahun, itu harus pernah mendaki gunung ketinggian 3.000, 4.000, beberapa gunung es, ketinggian 6.000, 7.000 terakhir 8.000 Mount Everest. Sedangkan kita dari negara tropis, belum berpengalaman, dan belum pernah lihat es,” paparnya.
tulis komentar anda