Kisah Soeharto Serbu Markas Pasukan Belanda di Yogyakarta saat Terlelap Tidur di Waktu Subuh

Selasa, 13 Agustus 2024 - 15:34 WIB
Selama era Orde Baru, peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 sering kali dikaitkan dengan Letkol Soeharto, yang disebut-sebut sebagai penggagas utama serangan tersebut. Foto/Repro Museum Purna Bhakti Pertiwi
Di tengah kegelapan malam yang perlahan memudar oleh fajar, suasana tenang Yogyakarta mendadak berubah menjadi medan pertempuran yang bergemuruh. Pada 1 Maret 1949, sebuah serangan besar-besaran dilancarkan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai respons terhadap pendudukan Belanda di Yogyakarta. Serangan ini, yang dikenal sebagai Serangan Umum 1 Maret, menjadi momentum penting yang menunjukkan bahwa semangat perlawanan Indonesia belum padam di hadapan dunia internasional.

Selama era Orde Baru, peristiwa ini sering kali dikaitkan dengan Letnan Kolonel Soeharto, yang disebut-sebut sebagai penggagas utama serangan tersebut. Dalam otobiografinya, Soeharto menyebutkan bahwa ide serangan ini muncul setelah mendengar klaim Belanda melalui siaran radio bahwa TNI sudah tidak ada lagi. Namun, peran Soeharto sebagai inisiator serangan ini telah menjadi bahan perdebatan di kalangan sejarawan.

Beberapa sumber lain justru mengarahkan pandangan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai otak di balik serangan ini. Sultan, yang prihatin dengan menurunnya semangat juang rakyat, merasa perlu untuk menggerakkan kembali perlawanan dengan serangan mendadak yang bisa mengguncang mental Belanda. Sultan kemudian berkomunikasi dengan Jenderal Sudirman dan Letkol Soeharto untuk menyusun rencana serangan ini.







Komandan WK III Yogyakarta Letkol Soeharto menggelar perlawanan gerilya terhadap Belanda di Yogyakarta dari Desember 1948 hingga Juni 1949. Foto/IPPHOS

Pada pagi yang masih gelap, ketika pasukan Belanda belum sepenuhnya terjaga, serangan dilancarkan dari berbagai penjuru kota. Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai komandan gerilya di wilayah Yogyakarta, memimpin pasukannya untuk merebut kembali bagian-bagian penting kota, termasuk Jalan Malioboro. Sementara itu, ada cerita menarik yang diungkapkan oleh Kolonel Abdul Latief, salah satu anak buah Soeharto, tentang bagaimana Soeharto tampak tenang menikmati soto babat di markasnya, sementara di luar, pertempuran sengit sedang berlangsung.

Meskipun peran Soeharto dalam serangan ini sering kali ditonjolkan, sejarah mencatat bahwa inisiatif serangan ini tidaklah sepenuhnya berasal dari dirinya. Presiden Joko Widodo, melalui Keputusan Presiden No. 2 tahun 2022, menempatkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai penggagas utama Serangan Umum 1 Maret 1949, dengan Jenderal Sudirman sebagai panglima yang memerintahkan serangan tersebut.

Serangan Umum 1 Maret 1949 tidak hanya berhasil mengguncang Belanda, tetapi juga membawa pesan kuat ke dunia internasional bahwa perjuangan Indonesia masih jauh dari kata selesai. Bendera merah putih yang berkibar di Yogyakarta pagi itu menjadi simbol bahwa kemerdekaan Indonesia masih tegak berdiri.
(hri)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content