Kisah Perlawanan Ken Dedes, Gadis Cantik Anak Pendeta saat Diculik Penguasa Tumapel

Rabu, 24 Juli 2024 - 07:53 WIB
Kolase patung dan potret Ken Dedes versi AI. Foto/Ilustrasi/Instagram @ainusantara
Pada suatu masa di kerajaan Tumapel, hidup seorang gadis cantik bernama Ken Dedes , putri seorang pendeta bernama Mpu Purwa. Kecantikannya tersohor hingga ke pelosok kerajaan, dan bahkan sampai ke telinga penguasa Tumapel, Tunggul Ametung. Kisah dramatis ini dimulai ketika Mpu Purwa, ayah Ken Dedes, pergi untuk bertapa di hutan belantara, meninggalkan putrinya sendirian di rumah.

Tunggul Ametung, yang telah terpesona oleh kecantikan Ken Dedes, melihat ini sebagai kesempatan emas. Tanpa rasa takut atau malu, ia mendatangi rumah Ken Dedes dan dengan paksa menculik gadis itu. Ken Dedes, yang terkejut dan marah, meronta dan melawan sekuat tenaga. Namun, Tunggul Ametung, dengan genggaman yang kuat, tidak memberi celah bagi Ken Dedes untuk melarikan diri.

“Sekali aku menangkapmu, tak akan ada yang bisa menyelamatkanmu,” kata Tunggul Ametung dengan penuh nafsu.



Ken Dedes, dalam keadaan terdesak, melontarkan kutukan dan sumpah serapah kepada Tunggul Ametung. “Kau akan menerima pembalasan atas perbuatanmu ini! Para dewa akan mengutukmu!” teriaknya dengan penuh amarah.



Namun, Tunggul Ametung tidak gentar. Dengan nada sarkasme, ia menantang Ken Dedes untuk melontarkan semua kutukan yang diinginkannya. Baginya, kutukan dari seorang brahmana hanyalah omong kosong belaka.

“Lontarkanlah semua kutukanmu! Aku akan buktikan bahwa para brahmana tidak berdaya menghadapi kekuatan seorang ksatria,” ujar Tunggul Ametung dengan senyum sinis. “Aku akan menjadikanmu permaisuri di singgasana Tumapel, dan tidak ada yang bisa menghentikanku.”

Ken Dedes tidak tinggal diam. Perlawanan yang ia lakukan semakin kuat, dengan kecaman dan kutukan yang terus mengalir. Namun, setiap kata-kata keras yang keluar dari mulutnya hanya membuat Tunggul Ametung semakin keras dan penuh tantangan.

“Kau dan kaum brahmana-mu terlalu pongah. Kalian merasa berada di atas, tetapi nyatanya selalu merangkak di hadapan kami, para ksatria,” ejek Tunggul Ametung. “Masyarakat Tumapel tidak butuh dewa-dewa khayalanmu. Mereka hanya perlu menyembah Dewa Wisnu yang maha pemurah dan penyayang. Dan kaum brahmana bisa hidup nyaman karena kemurahan hatiku sebagai penguasa.”
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content