Melepas Penat di Wisata Situs Kuno Mataram Tomboan Ngawonggo Malang

Minggu, 26 Mei 2024 - 08:42 WIB
Suasana asri dan sejuk di Wisata Tomboan Ngawonggo situs kuno peninggalan Mataram kuno. Foto/Avirista Midaada/Sindonews
MALANG - Perpaduan wisata budaya dan alam dapat dinikmati di Tomboan Ngawonggo Malang. Wisata ini menggabungkan situs kuno peninggalan Hindu Kerajaan Mataram Kuno periode Medang (929-947 M) dengan keasrian alam pepohonan bambu, serta menonjolkan kearifan lokal melalui jamuan khas warga pedesaan.

Berlokasi di Dusun Nanasan, RT 3 RW 4 Desa Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Tomboan Ngawonggo hanya berjarak 30 menit dari Kota Malang. Akses jalan yang mudah membuat tempat ini menjadi pilihan tepat untuk rekreasi keluarga atau bersama rekan-rekan.

Pada hari libur panjang Waisak, Rabu (25/5/2024), wisata Tomboan Ngawonggo dipadati pengunjung. Mereka datang untuk menikmati perpaduan sejarah dan keindahan alam yang ditawarkan.

Di awal pembukaannya, wisata ini sempat viral dan pengunjung dibatasi karena pandemi Covid-19, sehingga pendaftaran dilakukan maksimal H-1 sebelum kunjungan. Kini, dengan situasi yang lebih tenang, pengelola tidak lagi menerapkan sistem registrasi tersebut, sehingga pengunjung bisa menikmati suasana khas pedesaan dengan nyaman di tengah rerimbunan pohon.





Tomboan Ngawonggo memadukan situs budaya berupa petirtaan dan yoni peninggalan Mpu Sindok dari masa Kerajaan Mataram Kuno dengan suasana pedesaan yang asri di bawah pepohonan bambu. Suasana yang sejuk dan kuliner khas pedesaan dijamin mampu menyegarkan pikiran dan tenaga dari rutinitas sehari-hari.

Pengelola Rahmat Yasin menjelaskan bahwa situs kuno Ngawonggo berupa petirtaan dan yoni telah lama ada, tetapi baru disadari sebagai peninggalan bersejarah pada 24 April 2017 setelah ia dan teman-temannya memotret dan mengunggahnya di media sosial. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur kemudian melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa situs tersebut merupakan peninggalan Mpu Sindok. Petirtaan itu kemudian dikelola warga dan dibersihkan untuk dijadikan tempat wisata.

"Awalnya ada situs, Situs Ngawonggo. Situs ini berupa petirtaan yang diketahui sudah turun-temurun oleh warga sini, tapi mereka tidak tahu dulu itu tempat apa. BPCB datang, meneliti, dan ternyata tempat ini adalah situs suci umat Hindu-Buddha. Kami kemudian membangun prasarana ini untuk menjamu para tamu yang datang ke petirtaan," ungkap Rahmat Yasin.

Nama Tomboan diambil dari bahasa Jawa yang berarti tumbuhan, mengingat bahan-bahan sajian makanan yang digunakan berasal dari tumbuhan dan alam sekitar Desa Ngawonggo. "Tomboan ini karena olahannya semua dari tumbuhan, jadi pakai tomboan dan situsnya Situs Ngawonggo," jelasnya.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content