Kisah Skandal Panembahan Senopati Muda, Antara Cinta Terlarang dan Konsekuensi Berat
Minggu, 04 Februari 2024 - 06:54 WIB
Panembahan Senopati , Raja Mataram Islam pertama, mengukir sejarah dengan kepemimpinan uniknya yang memadukan mistik dan politik Jawa. Namun, dibalik prestasinya yang gemilang, terdapat kisah kontroversial tentang masa muda Panembahan Senopati yang menciptakan skandal besar.
Sutawijaya, nama asli Panembahan Senopati adalah anak dari Ki Ageng Pamanahan dan diwarisi tanah Mentaok, yang menjadi cikal bakal Mataram di bawah Sultan Hadiwijaya dari Kesultanan Pajang.
Sebagai seorang pemimpin dan penguasa, Sutawijaya memadukan mistik dan politik Jawa sebagai pedoman dalam memandu alam pikiran Jawa. Perjalanan kerajaan Mataram tidak terlepas dari garis haluan yang diramu oleh Sutawijaya.
Dalam tahap pemahaman tertinggi, Sutawijaya mencapai manggalih, yang artinya mengetahui hal-hal yang esensial. Ini dicapai setelah melewati tahap manah, di mana dia membidikkan anak panah batin kepada persoalan-persoalan yang bergemuruh di jantung kehidupan, pusat lingkaran yang dikenal sebagai jangka (waktu).
Namun, kisah lain muncul dari "Tuah Bumi Mataram: Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II". Ketika Sutawijaya masih muda, dia terlibat dalam skandal besar dengan Sultan Hadiwijaya, yang menganggapnya sebagai anak angkat.
Sutawijaya melakukan skandal berat dengan meniduri gadis selir Sultan Pajang. Gadis ini, yang berasal dari kampung Kalinyamat, Jepara, dianggap sebagai tahanan dan ditempatkan di bawah asuhan Ki Ageng Pamanahan. Awalnya, gadis itu akan dinikahi oleh Sultan Hadiwijaya setelah dewasa.
Namun, Sutawijaya, anak Ki Ageng Pamanahan, justru mencintai gadis tersebut, menciptakan skandal besar di antara mereka. Calon istri Sultan diambil oleh pemuda yang seharusnya menjaga dan merawatnya.
Ki Ageng Pamanahan, yang mengetahui fakta ini, merasa pasrah dan menganggap dirinya gagal mendidik anaknya. Namun, dia tetap mempertanggungjawabkan skandal tersebut kepada Sultan Hadiwijaya.
Ki Ageng Pamanahan bersama anaknya menghadap Sultan Hadiwijaya, mengutarakan skandal yang dilakukan Sutawijaya. Meski penuh penyesalan, mereka siap menerima segala konsekuensi yang mungkin diberikan oleh Sultan Hadiwijaya.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
Sutawijaya, nama asli Panembahan Senopati adalah anak dari Ki Ageng Pamanahan dan diwarisi tanah Mentaok, yang menjadi cikal bakal Mataram di bawah Sultan Hadiwijaya dari Kesultanan Pajang.
Sebagai seorang pemimpin dan penguasa, Sutawijaya memadukan mistik dan politik Jawa sebagai pedoman dalam memandu alam pikiran Jawa. Perjalanan kerajaan Mataram tidak terlepas dari garis haluan yang diramu oleh Sutawijaya.
Dalam tahap pemahaman tertinggi, Sutawijaya mencapai manggalih, yang artinya mengetahui hal-hal yang esensial. Ini dicapai setelah melewati tahap manah, di mana dia membidikkan anak panah batin kepada persoalan-persoalan yang bergemuruh di jantung kehidupan, pusat lingkaran yang dikenal sebagai jangka (waktu).
Namun, kisah lain muncul dari "Tuah Bumi Mataram: Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II". Ketika Sutawijaya masih muda, dia terlibat dalam skandal besar dengan Sultan Hadiwijaya, yang menganggapnya sebagai anak angkat.
Sutawijaya melakukan skandal berat dengan meniduri gadis selir Sultan Pajang. Gadis ini, yang berasal dari kampung Kalinyamat, Jepara, dianggap sebagai tahanan dan ditempatkan di bawah asuhan Ki Ageng Pamanahan. Awalnya, gadis itu akan dinikahi oleh Sultan Hadiwijaya setelah dewasa.
Namun, Sutawijaya, anak Ki Ageng Pamanahan, justru mencintai gadis tersebut, menciptakan skandal besar di antara mereka. Calon istri Sultan diambil oleh pemuda yang seharusnya menjaga dan merawatnya.
Ki Ageng Pamanahan, yang mengetahui fakta ini, merasa pasrah dan menganggap dirinya gagal mendidik anaknya. Namun, dia tetap mempertanggungjawabkan skandal tersebut kepada Sultan Hadiwijaya.
Ki Ageng Pamanahan bersama anaknya menghadap Sultan Hadiwijaya, mengutarakan skandal yang dilakukan Sutawijaya. Meski penuh penyesalan, mereka siap menerima segala konsekuensi yang mungkin diberikan oleh Sultan Hadiwijaya.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
(hri)
tulis komentar anda