Kisah Kepemimpinan Tribhuwana Wijayatunggadewi, Rapat Kabinetnya Diwarnai Pertumpahan Darah karena Ambisi Gaja Mada
Minggu, 13 Agustus 2023 - 06:29 WIB
MOJOKERTO - Pertumpahan darah mewarnai rapat kabinet Tribhuwana Wijayatunggadewi, penguasa perempuan di Kerajaan Majapahit . Konon usai pelantikan Gajah Mada menjadi Mahapatih Majapahit di masa raja Tribhuwana Wijayatunggadewi.
Saat itu Gajah Mada baru dilantik menjadi pejabat utama pembantu raja atau setara perdana menteri dalam sistem sebuah negara. Di kala rapat besar pertamanya menjadi Mahapatih Majapahit usai dilantik.
Saat itu rapat diikuti para perwira tinggi dan pejabat istana lainnya sebagaimana dikutip dari "Gayatri Rajapatni : Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit". Gajah Mada mengumumkan kebijakannya yang berani untuk memperluas wilayah kerajaan, yang bahkan lebih ambisius ketimbang yang pernah diajukan Kertanagara.
Saat itu Gajah Mada menyampaikan keinginan menyatukan nusantara, dari Maluku hingga Lombok, seluruh Jawa termasuk Sunda, sampai ke Sumatra dan Pahang, yang masuk wilayah Malaysia saat ini. Menurutnya, jika keinginan itu tidak terlaksana maka tidak akan dapat menikmati hidup dengan tenang.
Dalam narasi yang tercatat dalam dokumen pada waktu itu, para rekannya terkejut dan menentang rencana Gajah Mada, yang akhirnya ditanggapi dengan kekerasan. Saat rapat kabinet kala itu seluruh menteri hadir di aula sidang.
Kembar pejabat istana mengkritik dan menghina Gajah Mada, habis-habisan, Banak pun ikut-ikutan. Waktu itu, Jabu-Terewes dan Lembu-peten tertawa. Gajah Mada turun dari panggung dan memberikan penjelasan kepada sang ratu.
Ratu Tribhuwana sedemikian marahnya atas kelakuan para pengkritik itu, demikian pula dengan Arya Tadah. Kesalahan Kembar amatlah besar, sehingga ia lalu dibunuh.
Begitu berita tantang kehebohan ini sampai ke telinga Gayatri, ia segera meminta Gajah Mada menghadap. Ia mencemaskan siasat Gajah Mada dalam mempresentasikan rencananya itu dengan tiba-tiba, maupun reaksi negatif di majelis yang muncul setelah presentasi tersebut.
Gayatri memberi selamat kepada Gajah Mada yang setia mendukung kebijakan lama Kertanagara untuk menyatukan seluruh negeri di Nusantara di bawah Majapahit.
Namun, setelah itu ia meminta dengan selembut dan sesantun mungkin, agar Gajah Mada menjelaskan mengapa ia terlalu lugas dan keras dalam presentasi pertamanya sebagai mahapatih.
Lihat Juga: Kisah Kedekatan Prabowo Subianto dan Gus Dur, Pernah Masuk Kamar Tidur dan Jadi Tukang Pijatnya
Saat itu Gajah Mada baru dilantik menjadi pejabat utama pembantu raja atau setara perdana menteri dalam sistem sebuah negara. Di kala rapat besar pertamanya menjadi Mahapatih Majapahit usai dilantik.
Saat itu rapat diikuti para perwira tinggi dan pejabat istana lainnya sebagaimana dikutip dari "Gayatri Rajapatni : Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit". Gajah Mada mengumumkan kebijakannya yang berani untuk memperluas wilayah kerajaan, yang bahkan lebih ambisius ketimbang yang pernah diajukan Kertanagara.
Saat itu Gajah Mada menyampaikan keinginan menyatukan nusantara, dari Maluku hingga Lombok, seluruh Jawa termasuk Sunda, sampai ke Sumatra dan Pahang, yang masuk wilayah Malaysia saat ini. Menurutnya, jika keinginan itu tidak terlaksana maka tidak akan dapat menikmati hidup dengan tenang.
Dalam narasi yang tercatat dalam dokumen pada waktu itu, para rekannya terkejut dan menentang rencana Gajah Mada, yang akhirnya ditanggapi dengan kekerasan. Saat rapat kabinet kala itu seluruh menteri hadir di aula sidang.
Kembar pejabat istana mengkritik dan menghina Gajah Mada, habis-habisan, Banak pun ikut-ikutan. Waktu itu, Jabu-Terewes dan Lembu-peten tertawa. Gajah Mada turun dari panggung dan memberikan penjelasan kepada sang ratu.
Ratu Tribhuwana sedemikian marahnya atas kelakuan para pengkritik itu, demikian pula dengan Arya Tadah. Kesalahan Kembar amatlah besar, sehingga ia lalu dibunuh.
Begitu berita tantang kehebohan ini sampai ke telinga Gayatri, ia segera meminta Gajah Mada menghadap. Ia mencemaskan siasat Gajah Mada dalam mempresentasikan rencananya itu dengan tiba-tiba, maupun reaksi negatif di majelis yang muncul setelah presentasi tersebut.
Gayatri memberi selamat kepada Gajah Mada yang setia mendukung kebijakan lama Kertanagara untuk menyatukan seluruh negeri di Nusantara di bawah Majapahit.
Namun, setelah itu ia meminta dengan selembut dan sesantun mungkin, agar Gajah Mada menjelaskan mengapa ia terlalu lugas dan keras dalam presentasi pertamanya sebagai mahapatih.
Lihat Juga: Kisah Kedekatan Prabowo Subianto dan Gus Dur, Pernah Masuk Kamar Tidur dan Jadi Tukang Pijatnya
(hri)
tulis komentar anda