Dicurhati Remaja dari Aceh hingga Papua, Ganjar Ingin Lebih Banyak Orang Dengar Suara Anak-anak
Jum'at, 21 Juli 2023 - 14:18 WIB
SEMARANG - Tiga anak remaja dari Aceh, Papua, dan Jawa Tengah curhat kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat pembukaan Forum Anak Nasional 2023 di Kompleks BPSDMD Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang, Kamis (20/7/2023). Ketiganya bersuara tentang kekerasan atau pelecehan seksual terhadap anak, pendidikan layak, dan perkawinan usia dini.
Tiga remaja itu adalah Celya asal Takengon Nangroe Aceh Darussalam, Darwis Eka Setiadi asal Merauke Papua Selatan, dan Nayla asal Purworejo, Jawa Tengah.
Di hadapan Ganjar, Celya menyampaikan persoalan kekerasan atau pelecehan seksual yang masih terjadi di daerah Aceh. Ironisnya berdasarkan data yang ia dapat, masih banyak pelecehan seksual yang dilakukan oleh anak di bawah umur.
"Kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh anak-anak meningkat. Jadi korbannya anak, pelakunya juga anak. Sebagian (dilakukan) antarteman, sebagian (dilakukan) orang tidak dikenal atau jumpa di jalan," ujar Celya yang merupakan pelajar SMAN 1 Takengon itu kepada Ganjar.
Curhatan berikutnya datang dari putra Merauke, Papua Selatan, bernama Darwis Eka Setiadi. Ia menyampaikan kepada Ganjar, berdasarkan data yang ada, Papua Pegunungan, Papua Tengah, dan Papua Selatan menjadi provinsi atau daerah dengan tingkat penyelesaian pendidikan SD-SMA terendah se-Indonesia.
"Anak putus sekolah itu disebabkan pertama masalah ekonomi, lalu yang kedua adalah kurang dorongan dari keluarga. Saya lihat di Papua itu anak tidak sekolah dibiarkan oleh orang tuanya. Mau sekolah atau tidak terserah, yang penting orang tua mau membiayai. Ini perlu pendekatan, mungkin dari Pemprov bisa mengirimkan kepada ketua suku di Papua untuk sosialisasi bahwa pendidikan itu penting," ujar pelajar SMAN 3 Merauke itu.
Terakhir anak asal Purworejo, Jawa Tengah, bernama Nayla yang menyampaikan bahwa kasus perkawinan dini di Purworejo masih tinggi.
Tiga remaja itu adalah Celya asal Takengon Nangroe Aceh Darussalam, Darwis Eka Setiadi asal Merauke Papua Selatan, dan Nayla asal Purworejo, Jawa Tengah.
Di hadapan Ganjar, Celya menyampaikan persoalan kekerasan atau pelecehan seksual yang masih terjadi di daerah Aceh. Ironisnya berdasarkan data yang ia dapat, masih banyak pelecehan seksual yang dilakukan oleh anak di bawah umur.
"Kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh anak-anak meningkat. Jadi korbannya anak, pelakunya juga anak. Sebagian (dilakukan) antarteman, sebagian (dilakukan) orang tidak dikenal atau jumpa di jalan," ujar Celya yang merupakan pelajar SMAN 1 Takengon itu kepada Ganjar.
Curhatan berikutnya datang dari putra Merauke, Papua Selatan, bernama Darwis Eka Setiadi. Ia menyampaikan kepada Ganjar, berdasarkan data yang ada, Papua Pegunungan, Papua Tengah, dan Papua Selatan menjadi provinsi atau daerah dengan tingkat penyelesaian pendidikan SD-SMA terendah se-Indonesia.
Baca Juga
"Anak putus sekolah itu disebabkan pertama masalah ekonomi, lalu yang kedua adalah kurang dorongan dari keluarga. Saya lihat di Papua itu anak tidak sekolah dibiarkan oleh orang tuanya. Mau sekolah atau tidak terserah, yang penting orang tua mau membiayai. Ini perlu pendekatan, mungkin dari Pemprov bisa mengirimkan kepada ketua suku di Papua untuk sosialisasi bahwa pendidikan itu penting," ujar pelajar SMAN 3 Merauke itu.
Terakhir anak asal Purworejo, Jawa Tengah, bernama Nayla yang menyampaikan bahwa kasus perkawinan dini di Purworejo masih tinggi.
tulis komentar anda