Ini Tiga Penyebab Utama Henti Jantung Mendadak

Sabtu, 25 Juli 2020 - 08:26 WIB
dr Benny Mulyanto Setiadi SpJP(K) FIHA. Foto/Ist
MANADO - Angka kejadian henti jantung mendadak atau Sudden Cardiac Arrest (SCA) di Indonesia tergolong tinggi. Data Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) pada 2016 menyebutkan, angka kejadian henti jantung mendadak berkisar antara 300.000 hingga 350.000 kasus.

Seiring tingginya angka kejadian henti jantung mendadak, angka keselamatan pasien yang mengalami henti jantung mendadak pun rendah dan berujung pada kematian. Satu satunya jalan, kejadian henti jantung mendadak dapat dicegah dengan mengetahui penyebab dan faktor risikonya. (Baca juga: Henti Jantung Bisa Terjadi Tanpa Peringatan, Kenali Gejalanya! )

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Siloam (Siloam Hospitals) Manado, dr Benny Mulyanto Setiadi SpJP(K) FIHA menjelaskan, henti jantung mendadak bisa terjadi pada orang tua maupun orang muda. Meski demikian, ada sedikit perbedaan henti jantung mendadak pada orang tua dan orang muda.



"Sebuah laporan di Inggris menyebutkan tingkat keselamatan akibat henti jantung mendadak yang dikarenakan masalah elektrik pada jantung sangatlah kecil, yaitu hanya sekitar 8%," kata Benny. (Baca juga: Meski Berbeda, Serangan dan Henti Jantung Bisa Saling Terkait )

Bahkan, kata dia, jika dibandingkan serangan jantung yang merupakan masalah saluran jantung angka keselamatannya mampu mencapai 80%.

"Ini menunjukan, kejadian henti jantung itu lebih berbahaya dibandingkan serangan jantung. Mengingat tingkat keselamatannya hanya sepersepuluh dari serangan jantung,” kata Benny di sela Health Talk Siloam Hospitals Manado, Jumat (24/7/2020).

Menurut Benny, berdasarkan kategori usia, penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama dan sering kali disertai faktor risiko penyakit jantung, seperti hipertensi, diabetes, dan kegemukan. "Henti jantung pada orang tua terjadi pada saat mereka beraktivitas, misalnya saat berolahraga," jelas dia.

Sedangkan pada orang muda, lanjut Benny, gangguan irama dan kelainan struktural merupakan penyebab utama. Seringkali tanpa faktor risiko penyakit jantung. "Pada orang muda, henti jantung mendadak terjadi saat beristirahat dan tidur," kata dia.

Menurut Benny, penyebab pertama dan terbanyak henti jantung mendadak adalah kelainan irama jantung atau disebut aritmia yang merupakan kondisi dimana detak jantung tidak teratur. Ada tiga kemungkinan membuat jantung tidak teratur, bisa terlalu lambat maupun terlalu cepat dari detak jantung normal sebesar 60-100 detak per menit pada saat istirahat.

"Jika terlalu lambat itu, di bawah dari 60 detak per menit, sedangkan terlalu tinggi diatas 100 per menit. Ada pula irama tambahan yang terjadi pada 1-4% populasi. Pada detak jantung terlalu lambat angka kejadiannya satu setiap 1.000 orang per tahun, terlalu cepat terjadi pada 3% populasi.

Sedangkan penyebab henti jantung kedua adalah penyakit jantung koroner. Ketiga, kelainan struktural pada jantung, dan terakhir genetika. "Dengan demikian, yang harus dilakukan adalah pencegahan dan skrining atau pemeriksaan awal merupakan tatalaksana paling penting, kenali tanda dan gejala awal, kenali individu yang termasuk risiko tinggi,” pungkas Benny.
(nth)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content