Misteri Ramalan Sabda Palon dan Berbagai Malapetaka di Tanah Jawa
Rabu, 14 Juni 2023 - 05:55 WIB
Sabda Palon merupakan tokoh berilmu tinggi penasihat dari Raja Majapahit terakhir Brawijaya V yang memerintah pada 1453-1478.
Namun, saat Prabu Brawijaya memeluk agama Islam dan meninggalkan agama Budha, Sabda Palon menolaknya. Dia mengatakan, setelah Prabu Brawijaya memeluk agama Islam dan meninggalkan agama Budha, maka seluruh keturunannya akan hidup dalam kesusahan. Jawa tinggal menjadi nama, karena jati dirinya telah hilang.
Tidak hanya itu, bangsa Jawa juga hanya bisa membebek kepada bangsa lain. Biji padi akan sulit tumbuh, karena ditolak para dewa. Kalaupun dipaksa tanam, maka hasilnya hanya biji mriyi atau padi kecil untuk dimakan burung.
Dia juga mengatakan, kelak Tanah Jawa akan berubah hawanya. Tanah ini akan terasa lebih panas dan kurang hujan, berkurang hasil pertanian, banyak manusia yang suka berbohong, suka berbuat nista dan mudah berucap janji.
Hujan turun tetapi salah waktu, membuat bingung para petani. Malapetaka yang datang terus-menerus itu adalah hukuman bagi manusia Jawa yang berani pindah keyakinan dan akan berakhir jika kembali memeluk Budha.
"Jika hamba tidur, hamba mampu tidur selama 200 tahun. Selama saya tidur, di Jawa akan banyak terjadi perang antar saudara. Yang kuat akan memangsa sesamanya, menghancurkan sesama bangsanya sendiri," katanya.
Sabda Palon juga mengatakan dirinya adalah Semar. Dalam kepercayaan Jawa, Semar adalah utusan gaib Gusti Kang Murbeng Dumadi atau Tuhan Yang Maha Kuasa, bertugas menjaga manusia untuk menjalankan perintah-Nya.
"Apakah paduka lupa akan arti nama hamba, Sabda Palon? Sabda artinya ucapan, Palon artinya ketetapan. Naya artinya wajah, Genggong artinya langgeng tak berubah. Jadi ucapan hamba ini adalah ketetapan," tambahnya lagi.
Lebih jauh, Sabda Palon mengaku malu kepada bumi dan langit karena tidak bisa menjaga Prabu Brawijaya. Sebelum berpisah untuk selamanya, Sabda Palon mengucapkan bahwa bangsa Jawa akan bangkit setelah 500 tahun dengan agamanya yang lama.
Namun, saat Prabu Brawijaya memeluk agama Islam dan meninggalkan agama Budha, Sabda Palon menolaknya. Dia mengatakan, setelah Prabu Brawijaya memeluk agama Islam dan meninggalkan agama Budha, maka seluruh keturunannya akan hidup dalam kesusahan. Jawa tinggal menjadi nama, karena jati dirinya telah hilang.
Tidak hanya itu, bangsa Jawa juga hanya bisa membebek kepada bangsa lain. Biji padi akan sulit tumbuh, karena ditolak para dewa. Kalaupun dipaksa tanam, maka hasilnya hanya biji mriyi atau padi kecil untuk dimakan burung.
Dia juga mengatakan, kelak Tanah Jawa akan berubah hawanya. Tanah ini akan terasa lebih panas dan kurang hujan, berkurang hasil pertanian, banyak manusia yang suka berbohong, suka berbuat nista dan mudah berucap janji.
Hujan turun tetapi salah waktu, membuat bingung para petani. Malapetaka yang datang terus-menerus itu adalah hukuman bagi manusia Jawa yang berani pindah keyakinan dan akan berakhir jika kembali memeluk Budha.
"Jika hamba tidur, hamba mampu tidur selama 200 tahun. Selama saya tidur, di Jawa akan banyak terjadi perang antar saudara. Yang kuat akan memangsa sesamanya, menghancurkan sesama bangsanya sendiri," katanya.
Sabda Palon juga mengatakan dirinya adalah Semar. Dalam kepercayaan Jawa, Semar adalah utusan gaib Gusti Kang Murbeng Dumadi atau Tuhan Yang Maha Kuasa, bertugas menjaga manusia untuk menjalankan perintah-Nya.
"Apakah paduka lupa akan arti nama hamba, Sabda Palon? Sabda artinya ucapan, Palon artinya ketetapan. Naya artinya wajah, Genggong artinya langgeng tak berubah. Jadi ucapan hamba ini adalah ketetapan," tambahnya lagi.
Lebih jauh, Sabda Palon mengaku malu kepada bumi dan langit karena tidak bisa menjaga Prabu Brawijaya. Sebelum berpisah untuk selamanya, Sabda Palon mengucapkan bahwa bangsa Jawa akan bangkit setelah 500 tahun dengan agamanya yang lama.
tulis komentar anda