Pentingnya Memperhatikan Tumbuh Kembang Anak di Masa Pandemi
Minggu, 19 Juli 2020 - 13:52 WIB
MANADO - Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kehidupan orang dewasa saja, tapi juga sangat mempengaruhi kehidupan pada anak anak.
Jika dibiarkan secara terus menerus dikhawatirkan maka akan berdampak pada tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun psikis. (Baca juga: Pandemi Covid-19, Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Harus Terpenuhi )
Dokter spesialis anak Siloam Hospitals Manado dr Johny Lambert Rompis SpA(K) mengatakan, COVID-19 sedang berlangsung di seluruh dunia. Di Indonesia, pertama kali dideteksi 2 Maret 2020 dan saat ini pandemi sudah menyebar ke 34 provinsi di indonesia. Saat ini, Pemerintah Indonesia mulai menerapkan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). (Baca juga: 10 Barang Wajib Dibawa saat Adaptasi New Normal )
“Hal ini tentu saja juga berdampak pada 80 juta anak di Indonesia. Mereka sangat berpotensi mengalami dampak serius akibat beragam dampak sekunder yang timbulkan, baik jangka pendek maupun jangka panjang,” kata dia pada Health Talk melalui daring Siloam Hospitals Manado, seperti siaran pers yang diterima SINDOnews, Minggu (19/7/2020).
Menurut dr Johny, anak memiliki dampak terhadap kesehatan, kesejahteraan, perkembangan dan masa depannya. Tidak hanya itu, dampak sosio-ekonomi terhadap anak, seperti kemiskinan anak, pendidikan, gizi, pengasuhan, dan keamanan. (Baca juga: Akibat Pandemi Covid-19, Sebanyak 265 Juta Orang Terancam Kelaparan )
Hal ini sehubungan dengan terjadinya pelemahan ekonomi, pendapatan orang tua mereka pun mengalami penurunan drastis. Akibatnya, konsumsi rumah tangga atau daya beli jauh menurun. Alhasil, kemampuan untuk menyediakan asupan nutrisi anak dan kemampuan masyarakat untuk memberikan pengobatan kepada anak mereka juga terkendala dan berkurang
Dr Johny mengatakan, malnutrisi dapat mempengaruhi pertumbuhan anak, sekaligus juga memengaruhi perkembangan anak dan performa di sekolah. Dampak jangka panjang, krisis COVID-19 dikhawatirkan akan meningkatkan prevalensi stunting dan obesitas akibat terbatasnya aktivitas fisik dan meningkatnya konsumsi makanan olahan secara terus menerus yang mengandung kadar gula, garam dan lemak yang tinggi.
“Kedua hal ini harus diwaspadai dan akan membahayakan masa depan mereka. Terutama akan meningkatkan resiko penyakit degeneratif yang akan mereka dapatkan di saat anak-anak ini masuk pada usia remaja dan dewasa muda,” kata dia.
Tidak hanya terhadap fisik, dr Johny menambahkan masa pandemi COVID-19 juga berdampak terhadap perkembangan mental anak. Hal ini terjadi karena keterbatasan interaksi dan banyaknya aturan baru juga dapat memberikan dampak tingkat stres pada anak. Misalnya saja tentang tidak boleh bermain di luar bersama teman, dan penggunaan masker. Bahkan pada remaja akan mengalami perasaan terisolasi dan kesepian.
Jika dibiarkan secara terus menerus dikhawatirkan maka akan berdampak pada tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun psikis. (Baca juga: Pandemi Covid-19, Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Harus Terpenuhi )
Dokter spesialis anak Siloam Hospitals Manado dr Johny Lambert Rompis SpA(K) mengatakan, COVID-19 sedang berlangsung di seluruh dunia. Di Indonesia, pertama kali dideteksi 2 Maret 2020 dan saat ini pandemi sudah menyebar ke 34 provinsi di indonesia. Saat ini, Pemerintah Indonesia mulai menerapkan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). (Baca juga: 10 Barang Wajib Dibawa saat Adaptasi New Normal )
“Hal ini tentu saja juga berdampak pada 80 juta anak di Indonesia. Mereka sangat berpotensi mengalami dampak serius akibat beragam dampak sekunder yang timbulkan, baik jangka pendek maupun jangka panjang,” kata dia pada Health Talk melalui daring Siloam Hospitals Manado, seperti siaran pers yang diterima SINDOnews, Minggu (19/7/2020).
Menurut dr Johny, anak memiliki dampak terhadap kesehatan, kesejahteraan, perkembangan dan masa depannya. Tidak hanya itu, dampak sosio-ekonomi terhadap anak, seperti kemiskinan anak, pendidikan, gizi, pengasuhan, dan keamanan. (Baca juga: Akibat Pandemi Covid-19, Sebanyak 265 Juta Orang Terancam Kelaparan )
Hal ini sehubungan dengan terjadinya pelemahan ekonomi, pendapatan orang tua mereka pun mengalami penurunan drastis. Akibatnya, konsumsi rumah tangga atau daya beli jauh menurun. Alhasil, kemampuan untuk menyediakan asupan nutrisi anak dan kemampuan masyarakat untuk memberikan pengobatan kepada anak mereka juga terkendala dan berkurang
Dr Johny mengatakan, malnutrisi dapat mempengaruhi pertumbuhan anak, sekaligus juga memengaruhi perkembangan anak dan performa di sekolah. Dampak jangka panjang, krisis COVID-19 dikhawatirkan akan meningkatkan prevalensi stunting dan obesitas akibat terbatasnya aktivitas fisik dan meningkatnya konsumsi makanan olahan secara terus menerus yang mengandung kadar gula, garam dan lemak yang tinggi.
“Kedua hal ini harus diwaspadai dan akan membahayakan masa depan mereka. Terutama akan meningkatkan resiko penyakit degeneratif yang akan mereka dapatkan di saat anak-anak ini masuk pada usia remaja dan dewasa muda,” kata dia.
Tidak hanya terhadap fisik, dr Johny menambahkan masa pandemi COVID-19 juga berdampak terhadap perkembangan mental anak. Hal ini terjadi karena keterbatasan interaksi dan banyaknya aturan baru juga dapat memberikan dampak tingkat stres pada anak. Misalnya saja tentang tidak boleh bermain di luar bersama teman, dan penggunaan masker. Bahkan pada remaja akan mengalami perasaan terisolasi dan kesepian.
tulis komentar anda