Pemberontakan Jadi Penyebab Putri dan Abdi Dalem Cantik Mataram Diculik
Sabtu, 21 Januari 2023 - 07:01 WIB
Kemegahan istana Kerajaan Mataram hancur berkeping-keping akibat pemberontakan Trunajaya. Bahkan para pemberontak ini tak cukup merusak bangunan istana megah, tapi juga putri-putri dan abdi dalem kerajaan yang cantik jelita.
Kehancuran Istana Mataram dicatat sejarah pada tahun 1677 usai Pemberontakan Trunajaya, asal Madura. Bangunan - bangunan mewah dan megah luluh lantah, banyak pasukan Mataram yang tewas.
Para pemberontak yang digerakkan oleh Trunajaya dan beberapa kaum bangsawan Jawa Timur dan Madura berhasil menguasai Ibu Kota Mataram, Plered. Dikutip dari buku "Tuah Bumi Mataram : Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II" tulisan Peri Mardiyono, pemberontakan besar ini memang diotaki oleh Trunajaya.
Sebenarnya pasukan Trunajaya telah terdesak dan kalah perang oleh VOC, yang dikomandoi oleh Laksamana Cornelis Speelman. Armada VOC sendiri mendapat permintaan Amangkurat I yang memiliki hubungan diplomatik dengan VOC Belanda. Dikisahkan pada April 1677 armada VOC berlayar ke Surabaya, tempat pangkalan Trunajaya. Terjadilah perundingan VOC Mataram dengan Trunajaya, tetapi gagal berbuah hasil.
Peperangan pun terjadi, hingga akhirnya pasukan Trunajaya bisa dipukul mundur. Bahkan pasukan VOC berhasil menguasai Madura, pulau asal Trunajaya, dan menghancurkan kediamannya di sana. Trunajaya dan pasukannya pun melarikan dari Madura ke Surabaya, kemudian lari lagi ke Kediri, dan mendirikan ibu kota di sana.
Pasukan Trunajaya pun menghimpun kekuatan, apalagi didukung dengan adanya pemberontakan di pedalaman Jawa Timur dan Jawa Tengah ternyata lebih berhasil. Masa - masa kelam di Ibu Kota Mataram Plered pun tiba, pada Juni 1677, keraton yang baru dibangun dengan susah payah dengan mengerahkan puluhan ribu rakyat, porak-poranda karena amukan para kaum pemberontak.
Jatuhnya Plered oleh pasukan pemberontak di bawah pimpinan Trunajaya, membuat Amangkurat I melarikan diri dalam kondisi sakit. Selain itu, dalam situasi genting dan mengerikan ini, Amangkurat I dilanda krisis kepercayaan dari para pangeran kerajaan. Alih - alih membantu raja untuk menghalau serangan para pemberontak, para pangeran yang mulai berani menujukkan sikap tidak sukanya terhadap Amangkurat I, itu justru menghalangi perlawanan dengan baik.
Baca juga: MNC Peduli Beri Bantuan Tenda Tempat Belajar SDN Jambudipa, Guru: Sangat Bermanfaat
Pemberontakan lima hari mulai 28 Juni hingga 3 Juli 1677, membuat Ibu Kota Plered porak-poranda. Bangunan - bangunan megah Istana Mataram yang dibangun oleh puluhan ribu rakyat Mataram sia - sia karena dihancurkan pasukan pemberontak.
Danau buatan, istana megah dari batu bata, hingga kompleks Ibu kota Plered, yang dibuat selama kurang 20 hancur. Pasukan pemberontak juga merampas sejumlah harta benda Kerajaan Mataram dari ibu kotanya. Tak hanya barang dan harta benda yang dirampas oleh pemberontak, para putri - putri dari abdi dalem keraton perempuan yang cantik - cantik turut dibawa kaum pemberontak.
Amangkurat I yang sudah tua saat itu memutuskan melarikan diri. Ia dan sejumlah pengikutnya terseok - seok menuju kompleks makam Imogiri untuk melarikan diri dari kejaran pemberontak, yang dipimpin Trunajaya. Amangkurat I kemudian melanjutkan pelariannya hingga akhirnya meninggal di Bumiayu.
Kehancuran Istana Mataram dicatat sejarah pada tahun 1677 usai Pemberontakan Trunajaya, asal Madura. Bangunan - bangunan mewah dan megah luluh lantah, banyak pasukan Mataram yang tewas.
Para pemberontak yang digerakkan oleh Trunajaya dan beberapa kaum bangsawan Jawa Timur dan Madura berhasil menguasai Ibu Kota Mataram, Plered. Dikutip dari buku "Tuah Bumi Mataram : Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II" tulisan Peri Mardiyono, pemberontakan besar ini memang diotaki oleh Trunajaya.
Sebenarnya pasukan Trunajaya telah terdesak dan kalah perang oleh VOC, yang dikomandoi oleh Laksamana Cornelis Speelman. Armada VOC sendiri mendapat permintaan Amangkurat I yang memiliki hubungan diplomatik dengan VOC Belanda. Dikisahkan pada April 1677 armada VOC berlayar ke Surabaya, tempat pangkalan Trunajaya. Terjadilah perundingan VOC Mataram dengan Trunajaya, tetapi gagal berbuah hasil.
Peperangan pun terjadi, hingga akhirnya pasukan Trunajaya bisa dipukul mundur. Bahkan pasukan VOC berhasil menguasai Madura, pulau asal Trunajaya, dan menghancurkan kediamannya di sana. Trunajaya dan pasukannya pun melarikan dari Madura ke Surabaya, kemudian lari lagi ke Kediri, dan mendirikan ibu kota di sana.
Pasukan Trunajaya pun menghimpun kekuatan, apalagi didukung dengan adanya pemberontakan di pedalaman Jawa Timur dan Jawa Tengah ternyata lebih berhasil. Masa - masa kelam di Ibu Kota Mataram Plered pun tiba, pada Juni 1677, keraton yang baru dibangun dengan susah payah dengan mengerahkan puluhan ribu rakyat, porak-poranda karena amukan para kaum pemberontak.
Jatuhnya Plered oleh pasukan pemberontak di bawah pimpinan Trunajaya, membuat Amangkurat I melarikan diri dalam kondisi sakit. Selain itu, dalam situasi genting dan mengerikan ini, Amangkurat I dilanda krisis kepercayaan dari para pangeran kerajaan. Alih - alih membantu raja untuk menghalau serangan para pemberontak, para pangeran yang mulai berani menujukkan sikap tidak sukanya terhadap Amangkurat I, itu justru menghalangi perlawanan dengan baik.
Baca juga: MNC Peduli Beri Bantuan Tenda Tempat Belajar SDN Jambudipa, Guru: Sangat Bermanfaat
Pemberontakan lima hari mulai 28 Juni hingga 3 Juli 1677, membuat Ibu Kota Plered porak-poranda. Bangunan - bangunan megah Istana Mataram yang dibangun oleh puluhan ribu rakyat Mataram sia - sia karena dihancurkan pasukan pemberontak.
Danau buatan, istana megah dari batu bata, hingga kompleks Ibu kota Plered, yang dibuat selama kurang 20 hancur. Pasukan pemberontak juga merampas sejumlah harta benda Kerajaan Mataram dari ibu kotanya. Tak hanya barang dan harta benda yang dirampas oleh pemberontak, para putri - putri dari abdi dalem keraton perempuan yang cantik - cantik turut dibawa kaum pemberontak.
Amangkurat I yang sudah tua saat itu memutuskan melarikan diri. Ia dan sejumlah pengikutnya terseok - seok menuju kompleks makam Imogiri untuk melarikan diri dari kejaran pemberontak, yang dipimpin Trunajaya. Amangkurat I kemudian melanjutkan pelariannya hingga akhirnya meninggal di Bumiayu.
(msd)
tulis komentar anda