85 Peselancar Yunior Uji Nyali di Pantai Krakal
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Ombak besar pantai selatan Gunungkidul menjadi surga bagi para surfer atau peselancar.
Kemarin, sebanyak 85 peselancar yunior ikut andil dalam ajang Rip Curl Grom Search yang digelar di Pantai Krakal, Tanjungsari. Kegiatan ini sengaja digelar Rip Curl Indonesia untuk mengajak peselancar Indonesia mengasah diri untuk bisa bersaing dengan peselancar asing. Dengan demikian, kemampuan atlet selancar bisa terasah diikuti dengan skill yang mumpuni dan daya tahan tubuh yang kuat.
Event Manager Rip Curl Indonesia Dhanny menjelaskan, Pantai Krakal sengaja dipilih lantaran memiliki potensi besar dikembangkan sebagai lokasi surfing. Selain pantainya indah, kondisi ombak juga hampir sama dengan lokasi-lokasi surfing seperti pantai-pantai di Bali. ”Lokasinya juga di pusat Jawa yaitu di DIY, saya mengetahui ini dari internet dan dari cerita-cerita para boardriders (pegiat selancar) dan ternyata benar,” ujarnya di selasela agenda Rip Curl Grom Search di Pantai Krakal, kemarin.
Dalam kompetisi yang diikuti 85 peserta tersebut juga melombakan tiga kelas. Masingmasing untuk kelas yunior kategori laki-lakiusia 16tahun, 14 tahun, dan 12 tahun. Kemudian untuk yunior perempuan dengan kategori usia 16 tahun dan 14 tahun. “Kami memang fokus ke peserta anak untuk memberikan pelajaran kebersamaan dan berkenalan dengan para surfer lainnya. Mereka juga dilatih mengetahui aturan kompetisi,” katanya.
Dari pengamatannya, daya saing peselancar di Indonesia masih jauh di bawah peselancar asing. Dia menunjuk dari segi power atau kekuatan, serta teknik berselancar yang masih harus banyak dibenahi.
“Peselancar asing itu rutin mengonsumsi vitamin dan menjaga kebugaran tubuh, kalau peselancar kita masih ada sejumlah keterbatasan. Maka, kami berupaya untuk tetap mendukung mereka karena kalau dilihat secara potensi, di Indonesia maupun di Jawa, semakin tahun semakin meningkat jumlah peselancar yang ada,” katanya.
Diakuinya tidak sedikit para peselancar yang memiliki semangat tinggi. Mereka bisa berselancar meski tidak memiliki peralatan sendiri. Selancar juga menunjukkan perkembangan pesat dengan banyaknya board riders lokal yang mulai berani menjajal olahraga ekstrem di tengah laut ini. ”Ini yang harus didorong para peselancar senior, sehingga peselancar potensial bisa berkembang maksimal,” kata dia.
Dalam event ini, beberapa peselancar seperti Garut Widiarta, Darma Putra Tonjo, Pepen Hendrik juga dilibatkan sebagai juri bersama satu juri lokal. “Kami juga akan gelar evant yang lebih besar lagi. Kami membutuhkan dukungan dari para board riders,” ucapnya. Salah satu peselancar asal Pacitan, Supriyanto menjelaskan, ajang kompetisi selancar di Jawa sangat minim digelar.
Untuk itu diperlukan agenda-agenda kejuaraan selancar lokal guna mengakomodasi surfer lokal. ”Ombak di sini sangat bagus, di tempat kami latihan di Pacitan juga hampir sama,” katanya.
Suharjono
Kemarin, sebanyak 85 peselancar yunior ikut andil dalam ajang Rip Curl Grom Search yang digelar di Pantai Krakal, Tanjungsari. Kegiatan ini sengaja digelar Rip Curl Indonesia untuk mengajak peselancar Indonesia mengasah diri untuk bisa bersaing dengan peselancar asing. Dengan demikian, kemampuan atlet selancar bisa terasah diikuti dengan skill yang mumpuni dan daya tahan tubuh yang kuat.
Event Manager Rip Curl Indonesia Dhanny menjelaskan, Pantai Krakal sengaja dipilih lantaran memiliki potensi besar dikembangkan sebagai lokasi surfing. Selain pantainya indah, kondisi ombak juga hampir sama dengan lokasi-lokasi surfing seperti pantai-pantai di Bali. ”Lokasinya juga di pusat Jawa yaitu di DIY, saya mengetahui ini dari internet dan dari cerita-cerita para boardriders (pegiat selancar) dan ternyata benar,” ujarnya di selasela agenda Rip Curl Grom Search di Pantai Krakal, kemarin.
Dalam kompetisi yang diikuti 85 peserta tersebut juga melombakan tiga kelas. Masingmasing untuk kelas yunior kategori laki-lakiusia 16tahun, 14 tahun, dan 12 tahun. Kemudian untuk yunior perempuan dengan kategori usia 16 tahun dan 14 tahun. “Kami memang fokus ke peserta anak untuk memberikan pelajaran kebersamaan dan berkenalan dengan para surfer lainnya. Mereka juga dilatih mengetahui aturan kompetisi,” katanya.
Dari pengamatannya, daya saing peselancar di Indonesia masih jauh di bawah peselancar asing. Dia menunjuk dari segi power atau kekuatan, serta teknik berselancar yang masih harus banyak dibenahi.
“Peselancar asing itu rutin mengonsumsi vitamin dan menjaga kebugaran tubuh, kalau peselancar kita masih ada sejumlah keterbatasan. Maka, kami berupaya untuk tetap mendukung mereka karena kalau dilihat secara potensi, di Indonesia maupun di Jawa, semakin tahun semakin meningkat jumlah peselancar yang ada,” katanya.
Diakuinya tidak sedikit para peselancar yang memiliki semangat tinggi. Mereka bisa berselancar meski tidak memiliki peralatan sendiri. Selancar juga menunjukkan perkembangan pesat dengan banyaknya board riders lokal yang mulai berani menjajal olahraga ekstrem di tengah laut ini. ”Ini yang harus didorong para peselancar senior, sehingga peselancar potensial bisa berkembang maksimal,” kata dia.
Dalam event ini, beberapa peselancar seperti Garut Widiarta, Darma Putra Tonjo, Pepen Hendrik juga dilibatkan sebagai juri bersama satu juri lokal. “Kami juga akan gelar evant yang lebih besar lagi. Kami membutuhkan dukungan dari para board riders,” ucapnya. Salah satu peselancar asal Pacitan, Supriyanto menjelaskan, ajang kompetisi selancar di Jawa sangat minim digelar.
Untuk itu diperlukan agenda-agenda kejuaraan selancar lokal guna mengakomodasi surfer lokal. ”Ombak di sini sangat bagus, di tempat kami latihan di Pacitan juga hampir sama,” katanya.
Suharjono
(ftr)