Empat Warga Masih Tertimbun

Jum'at, 08 Mei 2015 - 10:33 WIB
Empat Warga Masih Tertimbun
Empat Warga Masih Tertimbun
A A A
BANDUNG - Wiwi, 50; Dedeh, 35; Ayi, 42; dan Asep Juju, 55, empat warga Kampung Cibitung, RT 01/15, Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung masih tertimbun.

Di hari ketiga pencarian pasca - bencana, kemarin, tim evakuasi baru berhasil menemukan satu korban, Nurul, 8, di area pe mancingan sekitar pukul 10.30 WIB. Saat ditemukan jasad korban da lam kondisi utuh mengenakan mengenakan baju merah.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Bandung Marlan mengatakan, setelah je nazah diidentifikasi tim DVI Pol da Jabar telah memastikan korban merupakan salah satu warga yang dikabarkan hilang ter timbun tanah longsor ber nama Nurul. Saat ditemukan wa jah korban sempat sulit dike nali karena tertutup tanah yang cukup tebal.

“Tapi begitu di evakuasi, korban memang yang bersangkut an (Nurul). Jadi saat ini tinggal empat korban lagi yang masih dalam pencarian,” kata Marlan di lokasi kejadian kemarin. Dia mengemukakan, tim gabungan yang kini fokus menyisir tiga titik di area longsoran itu juga akan terus melakukan pencarian setelah korban pertama ini ditemukan karena diduga para korban terseret empasan tanah.

“Selain di lokasi ini, kami juga terus mencari korban yang hingga kini belum ketemu di dua titik lain,” ujar dia. Pantauan KORAN SINDO di lapangan, pada hari ketiga, proses pencarian korban tanah longsor menggunakan dua alat be rat dan cangkul.

Selain itu, seekor anjing pelacak dari Polda Jabar ikut dikerahkan untuk membantu mencari korban yang masih tertimbun tanah yang diperkirakan setebal 8 hing ga lebih dari 10 meter. Hing ga pukul 17.00 WIB, proses pencarian dihentikan.

Pengungsi Butuh Pakaian dan Perlengkapan Bayi

Sudah hampir tiga hari ratus an warga Kampung Ci bitung, Desa Margamukti, Ke camat an Pangalengan, terpaksa mengungsi ke balai desa pas cabencana tanah longsor me nerjang pemukiman mereka pada Selasa (5/5) kemarin. Pengungsi berharap pemerintah segera mendistribusikan bantuan pakai an dan perlengkapan bayi.

Santi Yudianti, 29, seorang pengungsi, mengatakan, dia ter paksa mengungsi bersama putra semata wayangnya Raditia, 17 bulan, karena rumah tertimbun tanah longsor. Lantar an seluruh pakaian ter timbun tanah, Santi telah beberapa hari ini tidak sempat berganti pakaian begitupun Raditia. “Dari awal saya datang ke sini (lokasi pengungsian) sampai sekarang masih tetap memakai baju yang sama. Karena tidak sem pat membawa pakaian termasuk perlengkapan bayi,” kata Santi.

Sejauh ini, tutur dia, di pengungsian belum ada bantuan pakaian dan perlengapan bayi. Hingga hari ketiga pasca bencana, pemerintah baru mem berikan bantuan makanan, tikar, dan selimut. Padahal, warga yang mengungsi sebagian besar memiliki balita. “Kalau untuk pengontrolan kesehatan saat ini rutin kok. Biasanya petugas dari puskesmas dan dinas kesehatan mengecek kesehatan para pengungsi,” tutur dia.

Para pengungsi juga ber harap proses relokasi yang diwacana kan pemerintah dapat segera dilaksanakan dalam waktu dekat. Selain itu yang perlu diperha tikan terkait kemungkinan adanya pemberian kompensasi akibat bencana itu khususnya warga yang rumahnya terimbun longsor.

Gubernur Jabar Ahmad Her yawan meminta ke beberapa instansi agar mendata sejumlah daerah yang sejauh ini diindakasikan rawan bencana agar dapat dievaluasi. Bila perlu, setelah terlihat ada ancaman dan sebelum terjadi bencana, warga harus segera direlokasi.

“Sejumlah wilayah di Jabar memang tergolong daerah rawan bencana. Untuk mengan ti sipasi hal serupa seperti yang terjadi di Cibitung, evakuasi harus dilakukan secepatnya,” tutur Heryawan. Aher mengungkapkan, seandainya ada rekomendari dari geologi di daerah tertentu sudah tidak aman, upaya relokasi sudah selayaknya direa li sasikan. Walaupun belum diketahui secara pasti bencana akan me landa atau tidak.

Pihak terkait juga harus memiliki ketegas an jika terdapat wilayah yang berindikasi rawan bencana. “War ga juga harus mematuhi jika diperintahkan untuk di relo kasi. Jangan sampai menolak dan kembali ke lokasi yang sudah ditetapkan rawan,” . Terkait bencana longsor Cibitung, Pangalengan, menurut Aher, warga telah di pe ri ngatkan agar mengungsi tetapi bebe rapa di antara mereka justru kembali ke rumah. Untuk re lokasi korban longsor Cibitung, akan dilaksanakan setelah evakuasi berakhir.

Polisi Periksa Star Energy

Kapolda Jabar Irjen Pol Mochamad Iriawan mengatakan, pihaknya telah mengumpulkan bukti dan keterangan dari PT Star Energy serta sejumlah saksi ahli dari Badan Geologi. Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri juga akan ikut memeriksa tempat ke jadian perkara (TKP) bencana untuk mendalami penyebab tanah longsor. “Kami sedang mendalami beberap saksi. Keterangan dari Star Energy juga sudah didapatkan. Nanti hasilnya akan diketahui,” kata Iriawan di lokasi kejadian kemarin.

Meski begitu, Kapolda belum bisa memastikan penyebab utama terjadinya longsor karena harus disinkronkan dengan data dari lapangan dan keterangan saksi ahli yang kini tengah dalam pendalaman. Dari pemeriksaan ini dapat di ke tahui penyebab ledakan pipa panas bumi itu disebabkan per geser an atau hantaman tanah long sor atau sebaliknya ledakan pipa yang memicu bencana tanah longsor. “Mohon sabar kami perlu waktu untuk me nye lidiki. Apakah longsor ini ka rena ledakan atau longsor yang menghantam pipa,” tutur Kapolda.

Iriawan mengemukakan, tim Puslabfor Mabes Polri yang akan datang ke lokasi kejadian beranggotakan 11 personel. Tim Inafis Polda Jabar juga sudah hadir dua unit di hari ketiga pencarian guna membantu penye lidikan. “Nah kalau untuk penyelidikan tentunya tidak ada batas waktu, seiring dengan proses evukuasi hal itu berjalan. Konsentrasi kasus ini perlu kami cek siapa yang memberi informasi peringatan,” ungkap Iriawan.

Pemprov Jabar juga akan berkoordinasi dengan PTPN VIII karena rumah para korban berada di lokasi perke bun an. ”Untuk urusan pipa juga akan di selesaikan dengan PT Star Energy. Aliran pipa juga sudah diputus. Nanti akan ada eva - luasi apakah ada unsur-unsur yang lain,” ujarnya.

Administratur PT Perke bunan Nusantara VIII (Persero) Desa Kertamanah, Kecamatan Panga lengan Kabupaten Ban dung Iwan Muliawansyah me nga takan, pihaknya sudah men da - patkan informasi ter aku rat mengenai timbulnya re takan tanah sejak 2013 silam. “Bahkan sejak dua tahun lalu atau 2013 itu, kami sudah me ngumpulkan sejum lah pihak seperti para kepala desa dan Star Energy untuk membahas dan menindak lanjuti tim bul nya retakan tersebut,” ungkap Iwan.

Tindaklanjutnya antara lain, menanami lahan seputar kawasan PTPN VIII dengan tanaman keras dan berakar dalam, serta membuat saluran air. Menanggapi saran dari pihak Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) ITB, pihak Star Energy pun mengan tisipa si retakan tanah itu dengan membuat angkur besi atau pe nyangga pipa panas bumi sepanjang 15 meter agar tidak terpengaruh dengan gerakan tanah.

“Di tengah upaya antisipasi tersebut, memasuki April 2014 itu goncangan tanah makin hari makin kering sifatnya. Bahkan angkur penyangga pipa pun sudah bergeser dari posisi semula. Bersama Koramil Pangalengan, sampai pada H-1 kejadian, kami sudah berupaya mengevakuasi warga dan bisa mengajak 20 kepala keluarga atau se kitar 110 jiwa dari total 52 KK untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman,” ujar Iwan.

Dila nashear/ Iwa ahmad sugriwa
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1131 seconds (0.1#10.140)