30 Perusahaan Karet Terancam Tutup

Jum'at, 08 Mei 2015 - 09:08 WIB
30 Perusahaan Karet Terancam Tutup
30 Perusahaan Karet Terancam Tutup
A A A
MEDAN - Sebanyak 30 perusahaan karet di Sumatera Utara (Sumut) terancam gulung tikar menyusul harga karet yang belum membaik hingga kuartal I 2015. Kondisi terakhir, penurunan harga bahkan sampai di bawah USD1 per kilogram (kg).

“Sampai sekarang 30 perusahaan karet di Sumut berusaha bertahan di tengah menurunnya pasokan karena petani banyak beralih akibat harga rendah ini. Jika tidak juga membaik sampai akhir tahun, semua (perusahaan) pasti gulung tikar,” kata Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Kamis (7/5).

Saat ini harga karet di pasar internasional masih bertahan USD1,5 per kg, jauh dibawah biaya produksi yang mencapai USD2 per kg. Gapkindo berharap ada peningkatan harga hingga ke titik yang disebut aman tersebut sehingga petani kembali bergairah memanen karet. Saat ini banyak petani tidak mau lagi ke kebun karet karena merugi.

“Kalau terus begini, otomatis pabrik semakin kekurangan produksi yang berarti harus tutup. Jadi kalau harga ada naik sedikit, mudah-mudahan petani mau lagi kembali ke kebun,” ucapnya. Pengusaha sudah berupaya mendongkrak harga dengan tidak lagi mengambil kontrak jangka panjang. Dengan begitu akan terjadi kekurangan pasokan di tingkat internasional yang mendorong harga kembali naik.

Di luar pengusaha, Gapkindo berharap ada upaya pemerintah meniru langkah Vietnam yang membantu petani mempertahankan, bahkan menambah luas tanaman meski harga sedang anjlok. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut pada kuartal I 2015, devisa dari karet dan barang dari karet turun 35,48% menjadi USD- 292,83 juta dari periode sama 2014 sebesar USD453,89 juta.

Kepala Bidang Statistik dan Distribusi BPS Sumut, Bismark S Pardamean mengatakan, keseluruhan komoditas unggulan Sumut terutama karet dan barang dari karet masih belum bisa mendongkrak nilai ekspor. Hingga kuartal I hanya buahbuahan, kopi, teh, dan rempahrempah, yang mengalami kenaikan meski tidak terlalu tinggi.

“Seperti yang kita tahu, rendahnya harga minyak mentah masih membuat harga komoditas berbasis sumber daya alam (SDA) sulit naik,” katanya.

Jelia amelida
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6206 seconds (0.1#10.140)