Candi Kalasan Alami Pelapukan

Senin, 04 Mei 2015 - 12:44 WIB
Candi Kalasan Alami Pelapukan
Candi Kalasan Alami Pelapukan
A A A
YOGYAKARTA - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta mulai bulan Mei ini melakukan studi teknis terhadap Candi Kalasan. Sebab bebatuan candinya mengalami pelapukan dan keretakan pada dindingnya.

Kepala BPCB Yogyakarta Tri Hartono mengungkapkan, pelapukan pada batu candi tersebut sudah berlangsung lama. Upaya BPCB menghentikan pelapukan tak berhasil. "Kondisi candi mengalami pelapukan. Upaya penghentian yang sudah berjalan tak berhasil," katanya, kemarin. Pihaknya lalu mengintensifkan observasi terhadap pelapukan batu tersebut.

Selain itu, dirinya juga mewaspadai keretakan pada dinding candi. "Melalui kajian komprehensif ini dapat diperoleh cara menghentikan pelapukan batu. Serta dapat melestarikan bangunan dengan relief yang paling indah (master piece) masa klasik," tutur Hartono. Dia menambahkan, BPCB turut melakukan pengumpulan data dengan penggalian dan pembukaan struktur bangunan candi.

"Dari hasil kajian sementara, bangunan candi tersebut masih terpendam sekitar satu meter," katanya. Terkait kenyamanan wisatawan, BPCB Yogyakarta menjamin agenda studi teknis tidak akan mengganggu wisatawan yang datang. Malah, lanjut Tri, dapat menjadi salah satu objek yang menarik bagi pengunjung.

Sementara itu, Kepala Seksi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan, BPCB Yogyakarta Wahyu Astuti menginformasikan studi teknis Candi Kalasan tak berbeda jauh dengan Candi Perwara. Yakni bangunannya masih tertimbun di dalam tanah. "Sama dengan Perwara," katanya. Struktur bangunan lantai Candi Kalasan masih satu meter di dalam tanah.

Untuk itu, diperlukan adanya penggalian agar bangunan bisa terlihat secara utuh. Namun ada beberapa kendala yang dihadapi saat ini jika melakukan penggalian. Struktur tanah di sekitar candi yang berada di Dusun Kalibening, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman itu merupakan daerah rendaman air.

"Kami gali sedalam 20 sentimeter saja, sudah keluar airnya," ungkap Wahyu. Karena itu, ucap dia, jika pemugaran akan terus dilakukan membutuhkan penelitian lebih lanjut. "Dari studi teknis itu kan nantinya menghasilkan rekomendasi. Apakah memungkinkan digali atau tidak. Setelah studi teknis ini, baru kami tindak lanjuti," ucapnya.

Ridho hidayat
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7980 seconds (0.1#10.140)