Macam di Daerah Perang
![Macam di Daerah Perang](https://a-cdn.sindonews.net/dyn/732/content/2015/04/28/151/994768/macam-di-daerah-perang-FzA-thumb.jpg)
Macam di Daerah Perang
A
A
A
MEDAN - Suasana di Jalan Sutomo Medan sangat mencekam, kemarin pagi. Suara letusan senjata berulang kali terdengar saat petugas gabungan menghalau ribuan pedagang kaki lima (PKL) yang memblokade jalan itu.
Pedagang dan kuli bongkar muat emosi karena lapak berjualannya dibersihkan dan tidak diperkenankan lagi berada di kawasan Jalan Sutomo sejak pukul 03.00 WIB. Lantas sekitar pukul 06.00 WIB, mereka meluapkan kemarahannya dengan memblokade semua persimpangan jalan akses menuju Jalan Sutomo, mulai dari simpang Jalan Sutomo-Jalan Prof HM Yamin SH, Jalan Prof HM Yamin SH-Jalan Timor, simpang Jalan Perintis Kemerdekaan, hingga ke simpang Jalan Belitung.
Ratusan pedagang terlihat menjaga setiap persimpangan, membakar ban juga memalang jalan dengan kayu, keranjang, serta goni berisi kulit jengkol. Akibatnya, tak satu pun kendaraan dapat melintas. Sejumlah ruko-ruko di kawasan Jalan Sutomo yang biasa buka sejak pukul 08.00 WIB terlihat masih tutup dan tanpa ada aktivitas. Beberapa pemilik ruko tampak memantau situasi dari lantai atas.
Aksi pedagang juga menyebabkan sejumlah pengendara roda empat dan roda dua harus memutar arah. “Balik kalian, putar arah. Tolong kami dimengerti, teriak seorang kuli bongkar muat di persimpangan Jalan Timor kepada pengendara sepeda motor.
Tak hanya memblokade jalan, para pedagang dan kuli bongkar muat juga terlihat merusak fasilitas umum, seperti traffic light di persimpangan Jalan Prof HM Yamin SH-Jalan Sutomo serta persimpangan Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jalan Sutomo. Pedagang terlihat kalap. Mereka berteriak-teriak dan memaki petugas penertiban.
Wartawan yang meliput juga kena sasaran. Kamera milik seorang wartawan televisi, Yusrizal alias Miduk, ikut dirampas. “Pergi kalian wartawan, selama ini tak pernah kalian beritakan penderitaan kami,” teriak pedagang sambil mengejar seorang wartawan televisi di persimpangan Jalan Sutomo-Jalan Prof HM Yamin SH, tepatnya di samping Gedung International Keramik.
Wartawan KORAN SINDO MEDAN juga tak luput dari ancaman pedagang. Ketika masih bertahan di persimpangan Jalan Prof HM Yamin SH-Jalan Sutomo, tiba-tiba segerombolan pedagang yang membawa kayu panjang mendatangi. “Kami peringatkan ya, pergi kau dari sini kalau mau selamat. Kami sudah tidak percaya lagi sama wartawan. Ini sudah kawasan kami,” kata pedagang.
Sekitar pukul 08.30 WIB, turunlah ratusan aparat kepolisian dari Polresta Medan dan Polda Sumut ke sejumlah titik akses masuk ke Jalan Sutomo yang diblokade. Para pedagang dan kuli bongkar muat mulai kocar-kacir membubarkan diri. Namun, pedagang yang memblokade Jalan Sutomo di simpang Jalan Prof HM Yamin SH dan simpang Jalan Perintis Kemerdekaan memilih bertahan.
Kobaran api dan pelang kayu masih belum dibuka. Akibatnya, sekitar pukul 08.45 WIB, puluhan personel kepolisian dengan menggunakan sepeda motor trail menembus ke kerumunan pedagang sembari menggeber-geber suara knalpot. Satu unit mobil water canon yang disiagakan di Jalan Prof HM Yamin SH di simpang Jalan Sutomo ikut menyemprotkan air ke pedagang.
Belasan pedagang dan kuli bongkar muat yang diduga sebagai provokator aksi lari tunggang- langgang dikejar aparat. Mereka akhirnya diamankan di mobil water canon dan mobil tahanan Polresta Medan. “Saya bukan pedagang pak, saya mahasiswa,” ujar seorang pemuda, namun aparat dan tetap menggiringnya ke mobil tahanan.
Petugas dari Sabhara Polresta Medan menyisir lokasi itu dan 21 orang diduga sebagai provokator diamankan. “Aksi pedagang ini sudah meresahkan pengguna jalan dengan memblokade perempatan jalan,” kata Kepala Bagian Operasional Polresta Medan Komisaris Polisi (Kompol) Sugeng Riyadi.
Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol Wahyu Bram Isnanto mengatakan, ke-21 orang tersebut sedang men-jalani pemeriksaan. Namun, dia belum memastikan apakah orang-orang itu akan dijerat dengan tindak pidana. “Mereka merusak beberapa fasilitas jalan umum. Sekarang masih dalam pemeriksaan,” tuturnya.
Berdasarkan pantauan KORAN SINDO MEDAN , kericuhan dimulai sekitar pukul 03.30 WIB, ketika ratusan personel dari tim gabungan terdiri atas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), aparat kecamatan dan kelurahan, Polresta Medan bersama aparat TNI mulai membersihkan PKL dari Jalan Sutomo dan sekitarnya.
Kehadiran petugas gabungan kembali menyulut kemarahan pedagang. Apalagi saat pedagang mulai membersihkan jalanan dengan mengangkut barang dagangan pedagang ke truk Satpol PP. Pedagang yang didominasi kaum ibu separuh baya itu melempari petugas dengan batu dan benda keras lainnya. “Enggak ada otak kalian memang. Mau kalian bawa ke mana cabai aku? Balikan cabai aku!” Teriak seorang pedagang.
Namun, petugas tak peduli dan tetap menyasar pedagang dengan mengangkut barang dagangan yang digelar di badan jalan. Geram melihat sikap petugas, seorang pedagang perempuan separuh baya mengenakan baju tanpa lengan berwarna pink dan celana legging selutut berwarna hitam, memaki-maki dan langsung buang air kecil di depan aparat Satpol PP. “Ini sama kaliaaan..,” teriaknya.
Kali ini tim penertiban tidak memedulikan perlawanan pedagang karena sudah berulang kali ditertibkan, namun kawasan Jalan Sutomo tetap tidak bisa steril. Tim tidak hanya mengangkut barang dagangan, tapi menghalau pedagang yang bertahan di kawasan itu. “Kami tidak bisa lagi duduk di lapak kami berjualan. Kami diusir, kawan-kawan kami yang melawan dipukuli,” kata pedagang di Jalan Seram bernama Mamak Ella Tarigan sambil menangis.
Sikap represif petugas membuat pedagang bersama Mamak David yang berjualan di Jalan Seram jatuh pingsan. Dia dilarikan rekan-rekannya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan untuk mendapatkan perawatan.
Pedagang dan kuli bongkar muat di kawasan itu menutup jalan akses di setiap persimpangan menuju ke lapak mereka berjualan. Sebanyak 21 orang diduga sebagai provokator ditangkap petugas Kepolisian Resor Kota (Polresta) Medan.
Lia anggia nasution/ Dody ferdiansyah
Pedagang dan kuli bongkar muat emosi karena lapak berjualannya dibersihkan dan tidak diperkenankan lagi berada di kawasan Jalan Sutomo sejak pukul 03.00 WIB. Lantas sekitar pukul 06.00 WIB, mereka meluapkan kemarahannya dengan memblokade semua persimpangan jalan akses menuju Jalan Sutomo, mulai dari simpang Jalan Sutomo-Jalan Prof HM Yamin SH, Jalan Prof HM Yamin SH-Jalan Timor, simpang Jalan Perintis Kemerdekaan, hingga ke simpang Jalan Belitung.
Ratusan pedagang terlihat menjaga setiap persimpangan, membakar ban juga memalang jalan dengan kayu, keranjang, serta goni berisi kulit jengkol. Akibatnya, tak satu pun kendaraan dapat melintas. Sejumlah ruko-ruko di kawasan Jalan Sutomo yang biasa buka sejak pukul 08.00 WIB terlihat masih tutup dan tanpa ada aktivitas. Beberapa pemilik ruko tampak memantau situasi dari lantai atas.
Aksi pedagang juga menyebabkan sejumlah pengendara roda empat dan roda dua harus memutar arah. “Balik kalian, putar arah. Tolong kami dimengerti, teriak seorang kuli bongkar muat di persimpangan Jalan Timor kepada pengendara sepeda motor.
Tak hanya memblokade jalan, para pedagang dan kuli bongkar muat juga terlihat merusak fasilitas umum, seperti traffic light di persimpangan Jalan Prof HM Yamin SH-Jalan Sutomo serta persimpangan Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jalan Sutomo. Pedagang terlihat kalap. Mereka berteriak-teriak dan memaki petugas penertiban.
Wartawan yang meliput juga kena sasaran. Kamera milik seorang wartawan televisi, Yusrizal alias Miduk, ikut dirampas. “Pergi kalian wartawan, selama ini tak pernah kalian beritakan penderitaan kami,” teriak pedagang sambil mengejar seorang wartawan televisi di persimpangan Jalan Sutomo-Jalan Prof HM Yamin SH, tepatnya di samping Gedung International Keramik.
Wartawan KORAN SINDO MEDAN juga tak luput dari ancaman pedagang. Ketika masih bertahan di persimpangan Jalan Prof HM Yamin SH-Jalan Sutomo, tiba-tiba segerombolan pedagang yang membawa kayu panjang mendatangi. “Kami peringatkan ya, pergi kau dari sini kalau mau selamat. Kami sudah tidak percaya lagi sama wartawan. Ini sudah kawasan kami,” kata pedagang.
Sekitar pukul 08.30 WIB, turunlah ratusan aparat kepolisian dari Polresta Medan dan Polda Sumut ke sejumlah titik akses masuk ke Jalan Sutomo yang diblokade. Para pedagang dan kuli bongkar muat mulai kocar-kacir membubarkan diri. Namun, pedagang yang memblokade Jalan Sutomo di simpang Jalan Prof HM Yamin SH dan simpang Jalan Perintis Kemerdekaan memilih bertahan.
Kobaran api dan pelang kayu masih belum dibuka. Akibatnya, sekitar pukul 08.45 WIB, puluhan personel kepolisian dengan menggunakan sepeda motor trail menembus ke kerumunan pedagang sembari menggeber-geber suara knalpot. Satu unit mobil water canon yang disiagakan di Jalan Prof HM Yamin SH di simpang Jalan Sutomo ikut menyemprotkan air ke pedagang.
Belasan pedagang dan kuli bongkar muat yang diduga sebagai provokator aksi lari tunggang- langgang dikejar aparat. Mereka akhirnya diamankan di mobil water canon dan mobil tahanan Polresta Medan. “Saya bukan pedagang pak, saya mahasiswa,” ujar seorang pemuda, namun aparat dan tetap menggiringnya ke mobil tahanan.
Petugas dari Sabhara Polresta Medan menyisir lokasi itu dan 21 orang diduga sebagai provokator diamankan. “Aksi pedagang ini sudah meresahkan pengguna jalan dengan memblokade perempatan jalan,” kata Kepala Bagian Operasional Polresta Medan Komisaris Polisi (Kompol) Sugeng Riyadi.
Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol Wahyu Bram Isnanto mengatakan, ke-21 orang tersebut sedang men-jalani pemeriksaan. Namun, dia belum memastikan apakah orang-orang itu akan dijerat dengan tindak pidana. “Mereka merusak beberapa fasilitas jalan umum. Sekarang masih dalam pemeriksaan,” tuturnya.
Berdasarkan pantauan KORAN SINDO MEDAN , kericuhan dimulai sekitar pukul 03.30 WIB, ketika ratusan personel dari tim gabungan terdiri atas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), aparat kecamatan dan kelurahan, Polresta Medan bersama aparat TNI mulai membersihkan PKL dari Jalan Sutomo dan sekitarnya.
Kehadiran petugas gabungan kembali menyulut kemarahan pedagang. Apalagi saat pedagang mulai membersihkan jalanan dengan mengangkut barang dagangan pedagang ke truk Satpol PP. Pedagang yang didominasi kaum ibu separuh baya itu melempari petugas dengan batu dan benda keras lainnya. “Enggak ada otak kalian memang. Mau kalian bawa ke mana cabai aku? Balikan cabai aku!” Teriak seorang pedagang.
Namun, petugas tak peduli dan tetap menyasar pedagang dengan mengangkut barang dagangan yang digelar di badan jalan. Geram melihat sikap petugas, seorang pedagang perempuan separuh baya mengenakan baju tanpa lengan berwarna pink dan celana legging selutut berwarna hitam, memaki-maki dan langsung buang air kecil di depan aparat Satpol PP. “Ini sama kaliaaan..,” teriaknya.
Kali ini tim penertiban tidak memedulikan perlawanan pedagang karena sudah berulang kali ditertibkan, namun kawasan Jalan Sutomo tetap tidak bisa steril. Tim tidak hanya mengangkut barang dagangan, tapi menghalau pedagang yang bertahan di kawasan itu. “Kami tidak bisa lagi duduk di lapak kami berjualan. Kami diusir, kawan-kawan kami yang melawan dipukuli,” kata pedagang di Jalan Seram bernama Mamak Ella Tarigan sambil menangis.
Sikap represif petugas membuat pedagang bersama Mamak David yang berjualan di Jalan Seram jatuh pingsan. Dia dilarikan rekan-rekannya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan untuk mendapatkan perawatan.
Pedagang dan kuli bongkar muat di kawasan itu menutup jalan akses di setiap persimpangan menuju ke lapak mereka berjualan. Sebanyak 21 orang diduga sebagai provokator ditangkap petugas Kepolisian Resor Kota (Polresta) Medan.
Lia anggia nasution/ Dody ferdiansyah
(ftr)