Selamat di 4.850 Mdpl, Jadi Relawan Bencana

Selasa, 28 April 2015 - 10:16 WIB
Selamat di 4.850 Mdpl, Jadi Relawan Bencana
Selamat di 4.850 Mdpl, Jadi Relawan Bencana
A A A
Empat pendaki senior asal Mahasiswa Pecinta Alam Kedokteran (Mapadoks) Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, yang sedang mendaki di Pegunungan Himalaya selamat dari gempa melanda Nepal pada Sabtu (25/4) lalu.

Keempat pendaki senior Mapadoks itu, yakni dr. Ahmad Novel, dr. Meinardi, dr. Eko Prasetyo, dan dr. Prabudi. Mereka melakukan perjalanan bersama Cecilia Vita, anggota kelompok pecinta alam Wanadri, Bandung. “Mereka itu berangkat pas Unissula ada kegiatan wisuda (17/4) lalu. Kami bersyukur bisa menerima kabar bahwa mereka semua selamat. Sekalipun mereka sudah alumni, mereka tetap keluarga kami (Unissula).

Semoga bisa segera kembali ke Tanah Air dengan selamat,” ujar Humas Unissula, Nurcholis, kemarin. Mapadoks, kata dia, merupakan organisasi kemahasiswaan yang memiliki berbagai prestasi, baik di lingkup nasional dan internasional. “Sekalipun dari mereka sudah senior (alumnus), mereka tetap menjalin hubungan baik dan erat dengan para juniornya di Mapadoks,” katanya.

Salah satu senior Mapadoks Unissula, dr. Nauval Marta Kusuma menyebutkan, pada hari yang sama seusai terjadi gempa, pihaknya sudah berkomunikasi dengan para pendaki melalui jejaring sosial Whatsapp . “Iya kami berkomunikasi melalui grup di Whatsapp,” katanya.

Nauval mengatakan, keberangkatan keempat pendaki itu ke pegunungan Himalaya bertujuan merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-31 Mapadoks Unissula sekaligus berencana menancapkan bendera Mapadoks di Puncak Mount Everest.

“Kami menerima kabar selamat itu sekitar pukul 22.00 WIB Sabtu (25/4), saat posisi mereka berada di Lobuche. Setelah itu tak ada komunikasi lagi, baru Seninnya alumni Unissula yang di Nepal, yakni dr. Gunadi pada Senin (27/4), mengabarkan mereka semua dalam keadaan sehat,” ujarnya.

Sebelumnya, pihak Mapadoks memang sempat mencaricari kabar mereka melalui daftar nama-nama warga negara Indonesia (WNI) pada data di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), namun belum berhasil. “Sabtu (25/4) malam seusai kejadian gempa kami sempat mengontak ‘hotline’ kemenlu. Namun tidak bisa,” ujarnya.

Dari kabar melalui Whatsapp yang diterima keempat pendaki itu, juga mengirimkan rekaman video ucapan selamat ulang tahun Mapadoks saat mereka berada di ketinggian 3.800 meter di atas permukaan laut (mdpl). “Lalu kirim video lagi saat mereka berada di ketinggian 4.500 mdpl saat mencapai Tengboche dan video terakhir yang dikirim ketika mereka sampai di Lobuche yang memiliki ketinggian 4.850 mdpl.

Dan video itu juga sudah diunggah ke Youtube ,” ucapnya. Nauval menambahkan, dari kabar paling terakhir diterima Mapadoks, selain kabar keadaan selamat dari para pendaki itu, juga kabar tentang diperbantukannya para pendaki itu menjadi relawan medis bagi para korban gempa di negara yang berbatasan dengan India dan China itu.

“Pagi tadi (kemarin), dr. Gunadi mengabarkan kondisi mereka baik dan turut memberikan bantuan medis di sana,” ungkapnya. Sementara tiga warga negara Indonesia yang tengah mendaki di Nepal hingga kemarin belum diketahui keberadaannya. Tim Crisis Center Taruna Hiking Club (THC) mengaku hingga kemarin belum bisa berkomunikasi dengan anggotanya tersebut.

Ketiga anggota THC yang pergi ke Nepal untuk pendakian ke Yalateak dan Naya Kanga, yakni Jeroen Hehuwat, Kadek Andana, dan Alma Parahita. Mereka bertolak dari Indonesia menuju Nepal sejak 19 April. Saat kejadian, mereka sudah berada di Langtang Village untuk persiapan proses acclimatization sebelum meneruskan perjalanan ke Khyangin Gompa. “Kontak terakhir mereka, mereka sudah belum sampai di Kuanyang belum ke tempat pendakiannya, tapi kemudian ada gempa di sana,” ujar perwakilan THC Grahito Handaru.

Ant /Susilo himawan
Semarang
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5052 seconds (0.1#10.140)