Wong Palembang Selamat dari Gempa Nepal

Senin, 27 April 2015 - 11:35 WIB
Wong Palembang Selamat...
Wong Palembang Selamat dari Gempa Nepal
A A A
PALEMBANG - Gempa dahsyat 7,8 skala richter di Nepal dan getaran terasa hingga India dan Bangladesh Sabtu (25/4) mengakibatkan ribuan korban tewas.

Beruntung sejumlah WNI termasuk salah satunya Wong Palembang yang tengah berkunjung ke negara itu selamat. Wong Palembang itu adalah Agustina, 34, warga Jalan Swadaya RT 49/14 Pakjo Palembang. Wanita yang biasa disapa Tina ini berkunjung ke Nepal dengan tujuan mendaki Gunung Everes. Dia dikabarkan pamit dengan orang tuanya beberapa hari sebelum bencana itu terjadi.

Guru Bahasa Inggris di SMP Muaralakitan Musirawas ini memang biasa pergi ke luar negeri untuk travelling yang menjadi hobinya. Setelah gempa dan pemberitaan muncul di berbagai media kemarin, orang tua dan keluarga Tina sempat cemas dan takut. Apalagi berulang kali dilakukan, alumnus UMP ini tetap tidak bisa di hubungi. Bahkan beberapa teman–teman masa sekolahnya dulu sempat mengira teman baiknya itu telah pergi untuk selamanya.

Berulangkali ditelepon selalu gagal, yang membuat keluarga cemas. “Alhamdulillah, semalam dedek(sapaan keluarga kepada Agustina) sudah bisa dihubungi abangnya dari Bandung via WhatSapp. Saya pun lega mendengar kabar anak kami baik-baik saja,” kata Sulasmi, 57, ibunda Tina kepada KORAN SINDO PALEMBANG, yang berkunjung kemarin.

Sulasmi menuturkan, kepergian Agustina ke Nepal dalam rangka liburan tanpa ada agenda tertentu. Dia pergi sejak Selasa (21/4) sempat mampir ke Malaysia, sebelum terbang ke Nepal. Karena dia (Agustina) memang sering jalan-jalan ke luar negeri untuk menghibur dirinya. “Pekerjaannya sekarang guru Bahasa Inggris di salah satu SMP Muaralakitan, Mura. Jadi, karena hobi bahasa Inggris, dia memang sejak dulu suka jalan-jalan ke luar. Pas pertama tiba di Nepal dia juga sem pat membagikan foto-fotonya di sana dan juga saling komunikasi,” tambahnya.

Mendengar kabar gempa di Nepal, lanjut Sulasmi, dirinya sempat shock berat dan mencemaskan keberadaan anaknya tersebut. Apalagi gempa dahsyat tersebut sudah menelan seribu lebih korban jiwa.

“Setelah dihubungi kemarin malam, Dedek bilang ke kami kalau dirinya baik-baik saja. Kemudian katanya, tempatnya sekarang jauh dari pusat gempa, tapi semua jaringan listrik putus itulah yang menyebabkan lost kontak. Dan akhirnya ia bisa dihubungi. Kami bersyukur dan merasa senang,” ungkapnya penuh syukur.

Agustina pergi seorang diri dari Palembang, dan bertemu kenalan lamanya. “Yang saya ketahui dia pertama kali ke sana, tapi saya lupa juga. Yang jelas Dedek sudah sering pergi ke luar, seperti, Jepang, Beijing, Malaysia, dan Hongkong. Mendengar dia selamat, saya sudah mempunyai nazar sebagai rasa syukur saya,” ucapnya.

Mengintip account facebook miliknya yang diberi nama Agustina Soleh, Agustina alias Tina Alias Dedek telah memberikan kabar bahwa dia baik – baik saja di Nepal. Di account facebook tersebut tertulis “Halo Alhamdulillah kabar di sini baek2. Iyo dari kemaren sampe hari ini masih beberapa kali gempa susulan. 2 hari yg lalu kami di Kathmandu (ibu kota Nepal), pusat gempa. Bahkan tadi pun sempat gempa 2 kali. Skrg sudah di hotel.”

Seperti diberitakan, gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,8 sr mengguncang wilayah Nepal, yang dirasakan juga oleh India dan Bangladesh Sabtu (24/4) siang. Pihak berwenang mengatakan ribuan orang tewas. Jumlah korban tewas dan terluka akibat gempa terhebat sejak 1934 diperkirakan terus bertambah seiring proses pencarian korban. Gempa itu juga merobohkan menara Dharara, menara bersejarah abad 19 di ibu kota Nepal, Kathmandu, dan memicu salju longsor di Gunung Everest.

Ada sejumlah laporan kerusakan di berbagai wilayah di kawasan Himalaya setelah gempa dengan episentrum 80 kilometer di timur kota terbesar kedua di Nepal, Pokhara. Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Nepal Laxmi Prasad Dhakal, dikutip kantor berita AFP mengatakan, gempa yang terjadi sekitar pukul 11.20 waktu setempat kemarin merupakan gempa terbesar yang menerjang Nepal dalam 81 tahun.

Gempa kemarin juga mengakibatkan kerusakan di sejumlah negara bagian di India dan Bangladesh. Pejabat pariwisata Nepal Gyanendra Shrestha menjelaskan, sedikitnya 10 orang tewas akibat salju longsor yang dipicu gempa yang menerjang Base Camp Everest untuk para pendaki gunung tertinggi di dunia tersebut. “Korban tewas telah ditemukan, diperkirakan ada warga asing dan sherpa,” ujarnya.

“Kami mencoba menghitung jumlah korban lukaluka. Di sana mungkin ada lebih 1.000 orang saat terjadi longsor,” kata Shrestha. Kepala Biro Nepal AFP Ammu Kannampilly turut merasakan kekacauan yang terjadi setelah gempa dan salju longsor. Dia melaporkan longsor tidak me mungkinkan bagi helikopter mencapai daerah tersebut.

Pendaki asal Romania Alex Ga van yang saat itu berada di lokasi kejadian menyatakan, melalui Twitter bahwa terjadi longsoran salju dalam skala besar dan banyak orang berada di gunung tersebut. “Berlari untuk menyelamatkan nyawa dari tenda saya. Base camp Everest mengalami gempa bumi kemudian salju longsor,” tulisnya di Twitter.

Pendaki lain Daniel Mazur menjelaskan, base camp Everest mengalami kerusakan parah dan timnya terperangkap di sana. “Mohon doakan untuk semua orang,” tulisnya di Twitter. Pada April 2014 lalu juga terjadi salju longsor di atas base camp di Gunung Everest dan menewaskan 16 pemandu asal Nepal. April menjadi saat paling ramai di Everest sebelum hujan dan awan menerjang gunung tersebut pada akhir bulan depan.

Nasib 17 WNI di Nepal Belum Jelas

Sebanyak 17 warga negara Indonesia (WNI) di Nepal belum diketahui nasibnya menyusul gempa bumi yang melanda negara itu pada Sabtu (18/4) lalu. Jumlah korban tewas akibat gempa berkuatan 6,7 Skala Richter itu kemarin sudah lebih dari 2.352 orang. Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, mengungkapkan 17 dari 34 WNI yang berada di Nepal dipastikan selamat.

“Sementara sisanya (17 WNI) masih akan terus dilakukan upaya pencarian,” kata Iqbal kemarin. Terkait upaya pencarian, Konsul Kehormatan Indonesia di Kathmandu terus me monitor dan melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait di Nepal. Menurut Iqbal, Indonesia tidak memiliki Kedutaan Besar di Nepal, sehingga upaya pencarian informasi WNI ditangani oleh KBRI di Dhaka, Bangladesh, melalui Konsul Kehormatan Indonesia di Kathmandu.

Iqbal kemudian merinci keberadaan 34 WNI di Nepal tersebut. Menurut dia, 18 WNI menetap di Nepal dan 16 orang sedang berkunjung ke negara itu sebagai wisatawan. “Ada juga sejumlah WNI yang sedang melakukan pendakian ke Gunung Everest,” tutur Iqbal. Meski begitu, jumlah WNI yang belum diketahui kabarnya bisa terus berubah.

“Saya mengimbau agar masyarakat yang mengetahui keluarga atau teman WNI yang tengah berada di Nepal agar menyampaikan informasi kepada Kemlu,” katanya. Pihak Kem lu juga akan terus mengontak WNI di Nepal dan aktif memantau status laporan dari keluar ga di Indonesia.

Korban Terus Bertambah

Jumlah korban gempa di Nepal terus bertambah. AFP melaporkan lebih dari 2.352 orang tewas akibat gempa. Gempa ini men jadi bencana terburuk dalam 80 tahun terakhir di negara tersebut. Bencana itu menghancurkan sebagian wilayah negara yang terletak di pegunungan Himalaya. “Jumlah korban luka 6.239 orang,” demikian keterangan Pusat Operasi Darurat Nasional Nepal.

Mereka memprediksi jumlah korban tewas terus bertambah. Juru bicara Kepolisian Nasional Nepal Singh Bam mengungkapkan aparat keamanan menempat kan semua semua aparat untuk melakukan pencarian dan penyelamatan. Helikopter dikirim ke wilayah pedalaman. “Kita juga melakukan penyelamatan di gedung yang hancur,” katanya.

Operasi penyelamatan semakin sulit karena fasilitas komunikasi yang belum pulih. Banyak rumah sakit yang hancur juga menyulitkan untuk pengobatan war ga yang terluka. “Listrik padam, sistem komunikasi tidak aktif dan rumah sakit penuh. Tidak ada lagi ruang untuk menyimpan jenazah,” kepala Oxfam Australia, Helen Szoke.

Ratusan warga yang terluka terpaksa harus dirawat di jalanan. Sepanjang Sabtu malam, gempa susulan masih dirasakan warga Nepal. Satu gempa yang cukup besar dirasakan menjelang fajar pada Minggu (kemarin). “Saya tidak bisa tidur, bagaimana kita bisa tidur? Terjadi banyak gun cangan sepanjang (Sabtu) malam. Kita hanya bisa berdoa agar bisa kembali pulang ke rumah,” kata Nina Shrestha, pegawai bank berusia 34 tahun.

Dia tinggal bersama dengan ratusan orang di jalanan di distrik Tudhikhel, Kathmandu, Nepal. Gempa bumi itu juga mengakibat kan longsoran salju di Puncak Everest yang menimpa kamp pendaki dan menewaskan sedikit nya 18 orang pada Sabtu lalu. Seorang eksekutif Google Dan Fredinburg merupakan salah satu korban tewas. Fredinburg sedang mendaki puncak gunung tertinggi di dunia itu bersama tiga pegawai Google yang lain ketika tertimpa salju longsor. ‘’Seluruh temannya selamat,’’ kata Lawrence You, dalam pernyataan resmi pe rusahaan.

Fredinburg merupakan kepala divisi penelitian Mountain View —yang berpusat di California. Dia menderita luka parah di bagian kepala akibat tertimpa longsor. “Semangat dan jiwanya akan tetap hidup bersama kita,” tulis Megan, kerabatnya, di Instagram. Fredinburg merupakan pendaki berpengalaman dan saat itu sedang mendaki Everest bersama perusahaan Jagged Globe, yang mengatur kegiatan tersebut.

cr-1/Syarifudin/ Andika hendra m/ant
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1064 seconds (0.1#10.140)