Gedung Merdeka Jadi Fragmen Sejarah

Minggu, 26 April 2015 - 09:54 WIB
Gedung Merdeka Jadi...
Gedung Merdeka Jadi Fragmen Sejarah
A A A
BANDUNG - Ribuan warga Kota Bandung dan sekitarnya memadati ruas Jalan Asia Afrika, tepatnya di depan Gedung Merdeka. Mereka terpukau setelah menyaksikan video mapping bertajuk 1955: The New Asia and Africa, tadi malam.

Tadi malam, Gedung Merdeka di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung berubah menjadi layar raksasa yang menampilkan fragmen se jarah Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 yang mulai diputar te pat pukul19.00 WIB. Video mapping berdurasi 25 menit persembahan Sembilan Matahari itu, dibuka dengan se buah visual efek berupa kepulan asap sebagai simbol berakhirnya pe rang dunia kedua yang diikuti la hirnya perang dingin antara dua kutub, barat dan timur yang di wakili dua negara adidaya, Ame rika dan Uni Soviet (Rusia).

Bunyi dentuman tembakan dari siaran radio yang dipe r de ngar kan pada zamannya, mem ba wa ribuan telinga warga se olah menjadi saksi meletusnya perang China daratan dan Korea pa da Tahun 1953. Dalam fragmen itu di je las kan, perang China-Korea me maksa negara-negara Asia dan Af rika untuk ber peran aktif da lam men cip takan per damaian du nia dengan tercetusnya se buah ide untuk me nye lenggarakan KAA di Gedung Merdeka Kota Bandung pada 1955.

Konferensi ini diawali de ngan Konferensi Colombo yang dihadiri oleh lima kepala negara pencetus yang salah sa tunya dari Indonesia, Presiden RI pertama Ir Soekarno. Video mapping juga menampilkan penggalan-penggalan pe san visual sejarah, mulai dari ke sadaran un tuk mengingat bah wa Kota Bandung menjadi pu sat sejarah KAA dan per lunya merawat Gedung Mer de ka sebagai saksi sejarah dan sim bol lahirnya KAA. Selain itu, juga pesan tentang esensi la hirnya KAA bagi terciptanya per damaian du nia, di an ta ra nya, perdamaian, ke setaraan, dan solidaritas di antara negara-negara Asia Afrika.

Video mappingyang ber du rasi 25 me nit itu, klimaknya di tu tup dengan sebuah tayangan pi dato dari pre siden Soekarno. So sok Soekarno melakukan si kap hormat di ba lik jendela yang diikuti dengan taburan ker tas merah putih. Pantauan KORAN SINDO, ribuan warga Kota Bandung dan sekitar nya telah memadati Ja lan Asia Af rika sejak siang. Mereka ingin me nyaksikan vi deo mapping ber ajuk 1955: The New Asia and Africa de ngan vi sual effect dan animasi 3D. An trean kendaraan me adati Jalan Tamblong, Natuna, Naripan, Veteran, dan Otto Iskandardin ata (Otista).

Kepala Kreatif Sembilan Matahari Adi Panuntut me nga takan, penayangan video map pingbertajuk 1955: The New Asia and Africaini, sengaja di - tam pilkan di Gedung Merdeka Ban - dung agar semangat so li da ri tas negara-negara di Asia-Af rika me nye - mangati seluruh ma syarakat. Selain itu, juga mem beri pemahaman kepada war ga bahwa peranan In do nesia, khususnya Kota Ban dung, sangat penting di mata du nia.

“Gedung Merdeka harus secara krearif kami man faatkan atas nilai sejarah yang dikandungnya,” kata Adi Pa nun tut di sela-sela penyangan video mappingkemarin. Menurut Adi, KAA se harusnya menjadi stand point (titik awal) untuk bersikap lebih te gas dan lebih keras untuk mem provokasi pemimpin-pe mimpin dunia agar tercipta per da maian.

“Ma syarakat dunia harus melihat kita di sini,” ungkap Adi. Dia mengaku, pembuatan video mappingKAA ini memakan waktu satu bulan dan di kerjakan oleh 30 tenaga kreatif. Tahun ini, Sembilan Matahari tengah menggarap video map ping yang akan ditayangkan di Is tana Merdeka, Jakarta dan Gedung Sate untuk tema pe ri ng a tan kemerdekaan In do ne sia. “Kami juga mendapat undangan ke Moskow, Rusia un tuk gelaran yang sama,” tutur dia.

Karnaval Asia-Afrika

Sebelum pemutaran video map ping, kawasan Jalan Asia Af rika telah dipadati ribuan war ga yang menyaksikan Karnaval Asia Afrika 2015. Meski hu jan sempat mengguyur, tapi tak membuat masyarakat pergi. Mereka tidak ingin melewatkan momen dan menjadi saksi me riahnya karnaval dalam rang ka memperingati 60 tahun KAA.

Trotoar sepanjang Jalan Asia Afrika penuh sesak oleh penonton sejak pagi hari. Sulit menemukan celah untuk hilir mud ik. Suguhan karnaval Asia Af - rika 2015 memang sangat meriah. Terlebih lagi karena banyak utusan dari negara sehabat turut serta. Ka bid Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dis bupar) Kota Bandung Kenny De wi Kaniasari, sebanyak 20 de legasi negara Asia-Afrika, 10 dae rah di Indonesia, 40 kategori perorangan, dan 20 ke lompok komunitas jadi peserta Kar naval Asia Afrika 2015.

“Total 1.000 orang jadi peserta karnaval yang mengambil tema kos tum dan perkusi ini,” kata Kenny di sela-sela karnaval, kemarin. Karnaval dibuka oleh pasukan Kavaleri TNI yang menunggang kuda dilengkapi ben dera negara-negara dari Asia-Afrika. Diikuti Pas kibraka Kota Bandung dan di su sul Wali Ko ta Bandung Ridwan Kamil dan Menteri Pariwisata Arief Yah ya menaiki Bus Bandros. Ridwan Kamil, Arief Yahya, dan rombongan lantas turun dari bus di depan Gedung PLN dan memilih untuk berjalan ka ki menuju panggung yang berlokasi di halte Alun Alun Ban dung.

Saati tiba di panggung, orang no mor satu di Kota Ban dung itu me nyaksikan parade dari negara-negara peserta KAA, seperti India, Srilanka, Bangladesh, Tiongkok, Viet nam, Korea Se latan, dan Belgia. Mereka menunjukkan pakaian adat dan kesenian masing-ma sing. Setelah itu, parade di lanjutkan dari perwakilan daerah Kediri, Sumatera Barat, Sumatera Se latan, Bali, dan Yogyakarta. Se lain melintasi jalan, mereka ju ga diberi kesempatan untuk unjuk kebolehan selama dua me nit di depan Wali Kota dan Menteri.

Rangkaian ditutup de - ngan parade dari para re la wan yang berjumlah mencapai 10.000 orang. Seusai acara, Menteri Pariwi sata Arief Yahya menilai karnaval KAA sebagai kegiatan luar biasa. Pemerintah pusat pun akan memberikan hadiah se bagai imbalan. “Bandung keren, warganya keren, wali kotanya juga keren. Hanya Bandung yang bisa melaksanakan ke giatan seperti ini. Saya deklarasikan bahwa Karnaval KAA akan menjadi event internasional ta hunan,” tutur Arief.

Wali Kota Bandung Ridwan Ka mil mengatakan, kegiatan se rupa di tahun depan akan dimeriahkan seluruh peserta KAA. “Ini merupakan sejarah, war ga Bandung kompak. Ta hun depan akan lebih gebyar, le bih panjang, dan lebih me riah,” kata Emil. Menurut Emil, melalui kegiatan peringatan KAA di Kota Ban dung, terlahir semangat baru dan tumbuh rasa cinta warganya terhadap kota ber juluk Parijs van Java ini. “Di Bandung, lahir semangat mencintai kota. Lihat saja sejak per tama per siapan (KAA), tum buh ke bersamaan lewat gotong ro yong. Ini (karnaval) hadiah buat warga. Ki ta move(bergerak) untuk lebih baik lagi,” kata Emil.

Semarak

Sebuah panser hijau bersenjata lengkap milik pasukan Belanda melaju. Diikuti regu infanteri bersenjata laras panjang. Mereka waspada menjaga per tahanan dari serangan musuh. Tiba-tiba, dari belakang me nyerbu sejumlah pejuang bang sa Indonesia.

Dilengkapi senjata api dan sen jata tajam mereka mengusir penjajah. Mereka me nem bak dan sesekali melemparkan bom. Dengan bermodalkan tekat kuat disertai kekompakan, akhirnya musuh pun takluk. Teriakan histeris warga yang me nyaksikan adegan ter sebut terdengar. Suara tem ba kan dan bom dibuat senyata mung kin. Ade gan lempar-lem pa ran petasan dalam simulasi perang te pat berada dekat penonton. Pertunjukan simulasi perang tersebut diperlihatkan oleh perwakilan Museum Manda la Wangsit Siliwangi pada kegiatan kirab budaya dan komunitas dalam rangka me meriahkan peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60.

Kegia tan ini diselenggarakan oleh Museum KAA. Diawali iringan musik marching band Gerakan Pramuka Kwar tir Cabang Kota Bandung, kirab budaya dan komunitas ini dimulai sekitar pukul 11.00. Ratusan peserta berjalan menyusuri sepanjang jalan Asia Afrika disaksikan ribuan pasang mata. Mereka unjuk kebolehan di de pan panggung kehormatan yang berada tepat di depan gedung Bank BRI Asia Afrika.

Selain yang bersimulasi perang, ada juga rombongan sepeda antik lengkap dengan pakaian lawasnya. Siswa siswi dari beberapa se kolah juga hadir. Museum Kids Care Community, Koloni Senapan SMA-SMP Pelita Nusantara Bandung, dan Stamford Sch ool tak mau ke tinggalan. Ist itut Seni Budaya Indonesia me nampilkan beberapa kesenian.

Kirab ini memang terlepas da ri parade Asia Afrika siang ha rinya, yang mayoritasnya di ikuti warga asing. Tapi sejumlah mahasiswa asing yang te ngah menempuh pendidikan di sejumlah universitas di Ban dung tetap ikut iring-iringan. Mereka ada yang belajar di Unpad, UPI, Unpas, dan Tel-U.

“Kami harap kegiatan semacam ini ditangkap sebagai po tensi pariwisata. Selain tentunya turut memberikan kontribusi terhadap berputarnya eko nomi,” kata Kepala MKAA Tho mas Siregar.

Nur azis/ fauzan/ mochamad solehudin
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8345 seconds (0.1#10.140)