Komunitas Galang Dana di Twitter, Dedi Tersinggung
A
A
A
PURWAKARTA - Bupati Purwakarta geram karena mendapati sebuah komunitas di media sosial yang menggalang dana untuk membuatkan perpustakaan mini gratis di SD II Tanjung sari, Desa Tanjung Sari, Kecamatan Pondok Salam, Kabupaten Purwakarta.
Dedi menilai, penggalangan dana tersebut sangat memalukan. Sebab, Pemkab Purwakarta memiliki anggaran untuk membuat perpustakaan. “Saya kaget saat menemukan ada penggalangan dana oleh komunitas di Purwakarta di twitter,” ujar Dedi kemarin. Pihaknya langsung memanggil kordinator komunitas yang berinisiatif menggalang dana di media sosial tersebut. Pihaknya me larang keras segala macam bentuk penggalangan dana. Apalagi, yang berhubungan dengan fasilitas di sekolah negeri.
Sebab, sampai saat ini pemerintah masih mampu untuk membantu memenuhi fasilitas pendi dikan. “Terus terang, saya tersinggung dengan adanya komunitas yang menggalang dana, untuk sumbangan sekolah,” tegas dia. Apalagi, Dedi mengatakan, penggalangan dana yang di lakukan komunitas di media sosial itu, sebelumnya tak berkoordinasi dengan pemkab. Mereka tidak tahu pemerintah memiliki dana yang cukup untuk membangun perpustakaan. Penggalangan dana tersebut untuk membeli buku karena memiliki gagasan bagus, bupati kemudian memberikan sumbangan sebesar Rp15 juta dari uang pribadinya.
“Sebenarnya, perpustakaan tersebut telah memiliki buku, yak ni, buku-buku pelajaran yang berasal dari DAK pusat. Akan tetapi, untuk buku nonfiksi memang masih minim. Karena itu, bantuan tersebut akan dibelikan buku-buku nonfiksi. Seperti, buku dongeng atau pun buku yang memotivasi siswa untuk berbuat lebih baik,” tambah dia.
Dedi menambahkan, sebenarnya sah-sah saja jika ada komu nitas yang ingin mengumpulkan dana. Tapi, sebut dia, sebaiknya dilakukan untuk kepentingan lain yang lebih penting. “Masih banyak tempat lain yang membutuhkan infaq karena SD itu tanggung jawab kami dan kami punya cukup dana untuk membiayainya,” pungasnya.
Didin jalaludin
Dedi menilai, penggalangan dana tersebut sangat memalukan. Sebab, Pemkab Purwakarta memiliki anggaran untuk membuat perpustakaan. “Saya kaget saat menemukan ada penggalangan dana oleh komunitas di Purwakarta di twitter,” ujar Dedi kemarin. Pihaknya langsung memanggil kordinator komunitas yang berinisiatif menggalang dana di media sosial tersebut. Pihaknya me larang keras segala macam bentuk penggalangan dana. Apalagi, yang berhubungan dengan fasilitas di sekolah negeri.
Sebab, sampai saat ini pemerintah masih mampu untuk membantu memenuhi fasilitas pendi dikan. “Terus terang, saya tersinggung dengan adanya komunitas yang menggalang dana, untuk sumbangan sekolah,” tegas dia. Apalagi, Dedi mengatakan, penggalangan dana yang di lakukan komunitas di media sosial itu, sebelumnya tak berkoordinasi dengan pemkab. Mereka tidak tahu pemerintah memiliki dana yang cukup untuk membangun perpustakaan. Penggalangan dana tersebut untuk membeli buku karena memiliki gagasan bagus, bupati kemudian memberikan sumbangan sebesar Rp15 juta dari uang pribadinya.
“Sebenarnya, perpustakaan tersebut telah memiliki buku, yak ni, buku-buku pelajaran yang berasal dari DAK pusat. Akan tetapi, untuk buku nonfiksi memang masih minim. Karena itu, bantuan tersebut akan dibelikan buku-buku nonfiksi. Seperti, buku dongeng atau pun buku yang memotivasi siswa untuk berbuat lebih baik,” tambah dia.
Dedi menambahkan, sebenarnya sah-sah saja jika ada komu nitas yang ingin mengumpulkan dana. Tapi, sebut dia, sebaiknya dilakukan untuk kepentingan lain yang lebih penting. “Masih banyak tempat lain yang membutuhkan infaq karena SD itu tanggung jawab kami dan kami punya cukup dana untuk membiayainya,” pungasnya.
Didin jalaludin
(ftr)