Main Ciluk Ba, Balita Tewas Tertutup Selimut
A
A
A
MEDAN - Kesedihan menda-lam dirasakan Simon Petrus Simanjuntak, 39; dan istrinya, Erniati Ginting, 42, begitu mengetahui anak mereka, Kezya Natani Elia Simanjutak, 2, meninggal karena wajahnya tertutup selimut saat bermain ciluk ba dengan pengasuhnya, Ria, 18, kemarin.
Keyza sebenarnya sempat dilarikan ke Klinik Medika untuk mendapatkan perawatan medis karena kekurangan oksigen. Namun, kondisinya terus memburuk hingga jiwanya tidak tertolong lagi. Tragedi itu terjadi di kediaman Simon, Jalan Djamin Ginting Gang Saudara Nomor 3, Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor. Kematian balita malang ini ditangani Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Utara (Sumut).
Penyidik dari unit perempuan dan anak (UPA) pun telah memeriksa Ria dan lima saksi lainnya yang dianggap tahu penyebab meninggalnya bayi tersebut. Untuk Ria, karena masih di bawah umur, harus didampingi kuasa hukum dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID).
“Korban meninggal diduga karena kehabisan oksigen. Pelaku sempat bermainmain dengan korban. Mungkin selimut yang dibuat pelaku untuk menutup korban itu yang menjadi penyebab korban tewas,” kata Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sumut, Komisaris Besar (Kombes) Pol Helfi Assegaf, kepada wartawan, kemarin.
Terpisah, Simon Petrus Simanjuntak mengatakan, selama ini sudah menganggap pelaku seperti anak kandungnya sendiri sehingga dipercaya menjaga anaknya, Kezya. Apalagi Simon sehari-hari disibukkan dengan pekerjaan menjual air mineral kemasan dan gas di depan Royal Sumatera, Jalan Djamin Ginting. Sementara istrinya bekerja di pabrik air mineral, Desa Daulu, Kabupaten Karo.
“Dia (Ria) ditemukan (alm) mertuaku dua tahun lalu di pool bus Sutra. Karena merasa kasihan, mertuaku membawa dia ke rumah kami. Paling tidak bisa menemani anak kami yang saa00t itu baru lahir,” ucapnya. Sementara itu, Ketua KPAID Sumut, Muslim Harahap, mengatakan, berdasarkan hasil autopsi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik Medan, korban tewas akibat kehabisan oksigen, sehingga jaringan otak dengan jantung berhenti.
“Tetapi, jika dilihat dari kejiwaan pelaku, perlu ditelaah dulu keterangannya kepada penyidik,” katanya. Pelaku sempat menuturkan aksi itu dilakukannya dengan sengaja. Sebab, beberapa waktu sebelumnya pelaku mengaku mendapat kekerasan dari orang tua korban.
“Kalau ternyata pelaku mengalami gangguan kejiwaan, tidak bisa diproses secara hukum. Apalagi pelaku juga pernah menjadi korban kekerasan. Kami meminta supaya kasus ini ditelaah lebih serius, termasuk kekerasan yang dialami pelaku juga perlu diusut,” ucapnya.
Frans marbun
Keyza sebenarnya sempat dilarikan ke Klinik Medika untuk mendapatkan perawatan medis karena kekurangan oksigen. Namun, kondisinya terus memburuk hingga jiwanya tidak tertolong lagi. Tragedi itu terjadi di kediaman Simon, Jalan Djamin Ginting Gang Saudara Nomor 3, Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor. Kematian balita malang ini ditangani Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Utara (Sumut).
Penyidik dari unit perempuan dan anak (UPA) pun telah memeriksa Ria dan lima saksi lainnya yang dianggap tahu penyebab meninggalnya bayi tersebut. Untuk Ria, karena masih di bawah umur, harus didampingi kuasa hukum dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID).
“Korban meninggal diduga karena kehabisan oksigen. Pelaku sempat bermainmain dengan korban. Mungkin selimut yang dibuat pelaku untuk menutup korban itu yang menjadi penyebab korban tewas,” kata Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sumut, Komisaris Besar (Kombes) Pol Helfi Assegaf, kepada wartawan, kemarin.
Terpisah, Simon Petrus Simanjuntak mengatakan, selama ini sudah menganggap pelaku seperti anak kandungnya sendiri sehingga dipercaya menjaga anaknya, Kezya. Apalagi Simon sehari-hari disibukkan dengan pekerjaan menjual air mineral kemasan dan gas di depan Royal Sumatera, Jalan Djamin Ginting. Sementara istrinya bekerja di pabrik air mineral, Desa Daulu, Kabupaten Karo.
“Dia (Ria) ditemukan (alm) mertuaku dua tahun lalu di pool bus Sutra. Karena merasa kasihan, mertuaku membawa dia ke rumah kami. Paling tidak bisa menemani anak kami yang saa00t itu baru lahir,” ucapnya. Sementara itu, Ketua KPAID Sumut, Muslim Harahap, mengatakan, berdasarkan hasil autopsi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik Medan, korban tewas akibat kehabisan oksigen, sehingga jaringan otak dengan jantung berhenti.
“Tetapi, jika dilihat dari kejiwaan pelaku, perlu ditelaah dulu keterangannya kepada penyidik,” katanya. Pelaku sempat menuturkan aksi itu dilakukannya dengan sengaja. Sebab, beberapa waktu sebelumnya pelaku mengaku mendapat kekerasan dari orang tua korban.
“Kalau ternyata pelaku mengalami gangguan kejiwaan, tidak bisa diproses secara hukum. Apalagi pelaku juga pernah menjadi korban kekerasan. Kami meminta supaya kasus ini ditelaah lebih serius, termasuk kekerasan yang dialami pelaku juga perlu diusut,” ucapnya.
Frans marbun
(bbg)