Hujan Deras Mengintai hingga Awal Mei

Jum'at, 24 April 2015 - 09:13 WIB
Hujan Deras Mengintai hingga Awal Mei
Hujan Deras Mengintai hingga Awal Mei
A A A
SLEMAN - Hujan deras di sejumlah wilayah di DIY pada Rabu (22/4) malam sempat membuat banyak warga di bantaran sungai besar mengungsi karena banjir dengan ketinggian hingga satu meter.

Selain itu, terjangan air sungai juga membuat sejumlah jembatan terputus dan talud ambrol. Akibatnya, pemerintah daerah menderita kerugian hingga miliaran rupiah. Masyarakat pun diimbau tetap waspada mengingat potensi hujan besar, terutama di malam hari berpeluang terjadi hingga awal Mei 2015, sehingga bencana banjir bisa terjadi kembali.

Untuk wilayah Kabupaten Sleman, selain menyebabkan sungai meluap sehingga sejumlah daerah banjir, akses empat jembatan di Donokerto, Kecamatan Turi, terputus, yakni di Jembatan Mangut Pules Lor, Gondang Angin-Angin, Dam Dukuh, dan Gayam Gabukan. Putusnya jembatan mengganggu mobilitas warga dan perekonomian setempat.

Terlebih jembatan itu menjadi akses utama warga menuju ke pusat pemerintahan, pendidikan, dan perekonomian. Khususnya masyarakat yang ada di utara Jembatan Mangut Pules Lor. Sebab di selatan jembatan ada pasar, kantor kecamatan, Polsek, dan SMA serta SMP Turi.

Dengan putusnya jembatan ini, warga harus memutar melalui jalan desa sejauh tiga kilometer (km), baik dari arah selatan maupun utara. Dari selatan setelah perempatan lampu merah dekat Pasar Turi diarahkan ke timur menuju Pulowatu, Pakem. Untuk arus dari utara diarahkan ke kiri menuju perempatan Pasar Turi. Tapi itu pun hanya bagi kendaraan kecil.

Untuk truk dan bus tidak bisa melalui jalan desa itu. Karena itu, jika tidak segera diperbaiki dipastikan jalan alternatif yang menghubungkan Turi-Pakem tidak bisa digunakan saat arus mudik dan balik Lebaran tahun ini.

Kepala Desa Donokerto, Turi, Waluyo Jati mengatakan, perkiraan sementara kerugian akibat putusnya jembatan itu di luar Jembatan Mangut Pules Lor –menurut kewenangan Pemda DIY– mencapai Rp2,5 miliar lebih, terdiri dari infrastruktur Rp2 miliar dan pertanian Rp500 juta, terutama usaha perikanan. Sebab rata-rata di dekat sungai yang meluap itu merupakan kolam ikan.

“Kerugian itu belum lahan pertanian yang rusak. Untuk lahan pertanian yang rusak diperkirakan mencapai 250 hektare,” kata Waluyo saat berada di lokasi Jembatan Mangut Pules Lor, kemarin. Dengan putusnya Jembatan Gondang Angin-Angin, Dam Dukuh, dan Gayam Gabukan, maka kegiatan perekonomian warga lumpuh.

Sebab untuk pertanian rata-rata warga mengandalkan air dari sungai yang melewati jembatan terputus itu. Putusnya jembatan tentu mengganggu pasokan air pertanian. Apalagi sebenar lagi akan musim kemarau. “Untuk itu, kami minta pemerintah segera memperbaiki jembatan yang putus tersebut,” kata Waluyo.

Putusnya sejumlah jembatan, ungkap dia, karena sering juga dilalui kendaraan berat yang melebihi tonase, terutama truktruk yang mengangkut pasir. Hujan deras juga menyebabkan beberapa talud di wilayah Pakem ambrol, di antaranya Talud Glagah Ombo dan Cepet Purwobinangun serta Talud Jembatan Kalireso, Candibinangun, Pakem.

Sementara aliran Sungai Gajah Wong di wilayah Caturtunggal, Depok, meluap. Akibatnya, 48 rumah di Mrican Pringgodani dan 46 rumah di Grinjing Papringan, Caturtunggal, Depok, terendam air setinggi satu meter.

Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (DPPK) Sleman Ananta menambahkan, lahan pertanian berada di dekat alur sungai banyak yang terendam air. “Banyak air yang masuk ke lahan, padahal tanaman baru,” katanya.

Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan, karena jembatan merupakan akses utama, pihaknya berjanji segera memperbaik. “Semua fasilitas publik yang rusak segera diperbaiki,” kata bupati saat meninjau Jembatan Mangut Pules Lor yang putus.

Pada kesempatan sama, Anggota Komisi C DPRD Sleman Wawan Prasetyo mendesak pemkab menertibkan kendaraan yang melintasi jembatan putus itu. “Ini yang harus dilakukan, termasuk larangan truk-truk melewati di jalur alternatif di Turi maupun tempat lainnya,” ucap politikus PKB ini.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Julisetiono Dwi Wasito mengatakan, banjir terjadi karena luas sungai menyempit dan sampah yang menyumbat aliran sungai. “Potensi bencana banjir akan terus ada sampai akhir April atau awal Mei. Karena itu, kami mengimbau agar semua pihak waspada,” katanya.

Terpisah, meluapnya air di tiga sungai di Kota Yogyakarta, yaitu Sungai Code, Winongo, dan Gajah Wong, menimbulkan kerugian besar. Kerugian mencapai miliaran rupiah lantaran banyak talud ambrol disapu banjir.

Wakil Wali Kota Yogyakarta Imam Priyono mengungkapkan, berdasarkan perhitungan sementara, musibah yang terjadi pada Rabu malam itu menimbulkan kerugian Rp1 miliar lebih. “Kami sudah koordinasikan untuk distribusi bantuan dan menghitung total kerugian yang timbul,” ungkap Imam, kemarin.

Namun jumlah kerugian diperkirakan jauh lebih besar. Kepala Bidang Drainase dan Pengairan Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Kota Yogyakarta, Aki Lukman Nur Hakim, memastikan belum seluruh kerusakan terdata. Kerugian Rp1 miliar lebih baru untuk kerusakan di lima titik yang terdata di Kimpraswil.

Data itu masih belum termasuk data dari DPBD Kota Yogyakarta dan detail laporan lain dari daerah. “Kalau ditotal tentu angkanya bisa lebih besar,” katanya. Lukman menjelaskan, ke-14 titik kerusakan tidak terjadi pada talud yang jebol, tapi juga pada jalan inspeksi dan irigasi. Beberapa perbaikan yang bisa disegerakan, misalnya talud jebol di wilayah Purwokinanti, Pakulaman, yang sudah masuk penganggaran.

Percepatan perbaikan juga dilakukan terhadap saluran irigasi di wilayah Sorosutan. Ini karena aliran air sangat dibutuhkan untuk mengairi persawahan di Kota Yogyakarta maupun di Bantul. Koordinator Operasional DPBD Kota Yogyakarta Agus Winarto mengatakan, luapan air sungai berdampak pada 800-900 warga yang tinggal di bantaran sungai.

Warga sempat diungsikan ke lokasi lebih aman dan sebagian sudah kembali ke rumahnya. Ketinggian luapan air yang menggenangi rumah warga bervariasi, mulai dari sejengkal tangan hingga satu meter. Sementara setelah meluapnya aliran sungai, warga dibantu anggota TNI dari Kodim 0734 Yogyakarta bergotong royong membersihkan sisa-sisa kotoran di rumah dan lingkungannya.

Dandim 0734 Letkol Inf Renal A Sinaga mengatakan pihaknya mengerahkan seluruh prajurit untuk membantu warga. “Yang wilayahnya tidak terkena dampak juga dikerahkan untuk membantu daerah lain yang terdampak, terutama berada di sepanjang bantaran Code,” kata Dandim.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Vita Yulia pun mengimbau agar warga, terutama yang berada di bantaran sungai, untuk mewaspadai penularan leptospirosis. “Bisa saja, air kencing tikus membawa bakteri leptospira yang bisa menular ke warga,” katanya.

Empat Sungai “Mengamuk”

Sementara empat sungai di Kabupaten Bantul mengamuk akibat hujan deras yang mengguyur sejak pada Rabu sore hingga Kamis dini hari. Empat sungai itu masing-masing Sungaqi Code, Bedog, Winongo, dan Opak, meluap. Sungai tersebut tidak mampu menampung air hujan dan aliran dari hulu di Sleman.

Ratusan rumah terendam dan ratusan kepala keluarga (KK) pun terpaksa mengungsi, meskipun tidak lama. Dari pantauan BPBD Bantul setidaknya ada 17 titik yang dilalui sungai tersebut. Hujan yang mengguyur di wilayah Sleman sekitar pukul 14.00 WIB dan di Bantul mulai pukul 19.00 WIB, memaksa ratusan warga angkat kaki sambil membawa barang-barang dari rumahnya.

Tumini, warga Pandean menceritakan, hujan deras mulai pukul 19.00 WIB dan air mulai terlihat meninggi sekitar pukul 21.00 WIB. Karena terlihat naik, warga memindahkan barang-barangnya dan mengungsi ke tempat lebih aman. Sekitar pukul 22.00 WIB, ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa dan terus meninggi. “Sekitar pukul 01.00 WIB mulai surut,” ujarnya.

Camat Sewon Kwintarto mengatakan, di wilayahnya ada sejumlah tempat terpantau banjir. Salah satunya di Dusun Pandeyan dan Dusun Ngoto, Desa Bangunharjo, yang dilalui Sungai Code. Di wilayah ini, ada 50 rumah dari RT 03, RT 04, RT 05, dan RT 06, yang terendam. Selain di Ngoto dan Pandean, banjir juga menggenangi Dusun Sorogenen, Desa Timbulharjo.

Di dusun ini ada sekitar enam rumah yang penghuninya mengungsi karena air masuk ke permukiman setinggi paha orang dewasa. “Di wilayah kami Sungai Winongo juga meluap di Dusun Bandung Ngaglik, Desa Pendowoharjo,” tutur Kwintarto.

Dari catatan BPBD Bantul, Sungai Code meluap di Dusun Pandean dan Ngoto, Desa Bangunharjo; Dusun Jejeran, Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret, dengan 180 rumah terendam air 30 cm. Sungai Code juga meluap di Dusun Cembing, Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, setinggi 30 cm.

Sementara Sungai Bedog meluap di beberapa titik, seperti di Dusun Kalipucang, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, dengan 20 rumah terendam. Sementara di Dusun Tirto Wetan ada 25 rumah dan di Dusun Sembungan ada 15 rumah kemasukan air setinggi 50 cm. “Sungai Bedog juga meluap di Dusun Jogonalan Lor dan merendam tujuh rumah,” tutur Staf Data Pusat Pengendalian Operasi BPBD Bantul Sulasmiasih.

Sementara Sungai Winongo meluap di Dusun Pacetan, Desa Pendowoharjo. Di Dusun Miri, Desa Pendowoharjo, luapannya merendam 20 rumah setinggi 1 meter serta 40 petak kolam ikan.

Sungai ini juga meluap di Dusun Butuh, Desa Patalan, Dusun Paker dan Dusun Sorok, Desa Mulyodadi, Kecamatan Bambanglipuro. Sungai Opak meluap di Dusun Karanggayam, Desa Pleret, merendam SD Karanggayam dan merusak jembatan penghubung Dusun Balong-Karanggayam. Selain itu, jalan sepanjang 10 meter di dekat jembatan baru Tegalrejo ambles.

Gangguan Cuaca, Intensitas Hujan Meningkat

Wilayah DIY seharusnya sudah memasuki musim kemarau. Namun, adanya hujan lebat kemarin akibat muncul daerah tekanan udara rendah di Samudra Hindia, tepatnya di tenggara Pulau Jawa, sehingga memicu peningkatan intensitas hujan di Yogyakarta selama tiga hingga lima hari ke depan.

Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Yuda Tintana mengatakan, di lokasi itu gangguan cuaca jangka pendek juga terjadi di atas DIY, yakni munculnya daerah tekanan udara rendah dan pertemuan angin di atas Pulau Jawa. Ini memicu peningkatan pembentukan awan hujan sehingga berpotensi meningkatkan curah hujan.

Saat hujan deras pada Rabu malam, kata dia, saat itu curah hujan mencapai 129 milimeter per hari. “Intensitas curah hujan yang sama atau setidaknya lebih dari 50 milimeter per hari masih berpotensi terjadi selama gangguan cuaca berlangsung,” katanya.

Dia menjelaskan, karakteristik hujan yang turun adalah turun dengan sangat deras, tapi durasinya singkat dan biasanya disertai angin serta petir. Hujan terjadi pada rentang waktu sore hingga malam.

Priyo setyawan/Ridho hidayat/Sodik/Erfanto linangkung/Ridwan anshori
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6787 seconds (0.1#10.140)