Siswi SMK Diduga Buat Laporan Palsu Perampokan

Siswi SMK Diduga Buat Laporan Palsu Perampokan
A
A
A
SEMARANG - Aa (18), siswi kelas 3 SMK Theresiana Semarang mengaku menjadi korban perampokan, Selasa (21/4/2015). Ia lantas mengadu ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Semarang.
Siswi berambut lurus tersebut melapor sekitar pukul 11.00 WIB. Di depan petugas, Aa mengaku dirampok seorang pria bersenjata pisau di depan sebuah mini market di Jalan Veteran Kota Semarang, satu jam sebelumnya.
Uang Rp2juta yang dibawanya dirampas pelaku."Saya ditodong pria bersenjata pisau. Disuruh serahkan uang, karena takut saya serahkan," katanya.
Ia mengaku insiden terjadi sesaat setelah berbelanja di mini market tersebut. Saat keluar mini market itulah, perampokan terjadi.
Dari situ, Aa mengaku langsung ke sekolahnya mengadu ke teman-temannya. Akhirnya, ditemani tiga siswi lain, Aa mengadu ke polisi.
Polisi yang menerima laporan bergerak cepat. Unit Identifikasi dan Olah TKP Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Semarang langsung meluncur ke Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Namun, kejanggalan muncul saat penyelidikan itu. Tidak ada saksi-saksi ataupun orang yang mengaku melihat kejadian tersebut.Tak hanya itu, saat dicek CCTV setempat, tidak didapati adanya kejadian perampokan.
Padahal, sesuai yang diceritakan pelapor, TKP itu akan terekam CCTV yang terpasang di depan mini market."Tidak ada indikasi perampasan itu. Sudah cek CCTV, tidak ada kejadian itu," kata salah satu petugas Polrestabes Semarang.
Dari sinilah, ada indikasi Aa membuat laporan palsu ke polisi. Namun, belum jelas apa motifnya. Polisi belum menerima laporan resmi, baru sebatas pengaduan.
Orang tuanya akan dipanggil agar bisa selesai kekeluargaan."Ada indikasi berbohong," tambah petugas itu.
Hingga sekitar pukul 13.00 WIB, beberapa siswi teman sekolah Aa tampak datang di Mapolrestabes Semarang. Mereka mengaku pada hari itu, ada perlombaan di sekolah dalam rangka peringatan Hari Kartini.
Apalagi mereka baru selesai Ujian Nasional (UN)."Uang yang hilang itu uang kas. Dari teman-teman," kata salah satu teman korban yang tak bersedia disebut identitasnya.
Siswi berambut lurus tersebut melapor sekitar pukul 11.00 WIB. Di depan petugas, Aa mengaku dirampok seorang pria bersenjata pisau di depan sebuah mini market di Jalan Veteran Kota Semarang, satu jam sebelumnya.
Uang Rp2juta yang dibawanya dirampas pelaku."Saya ditodong pria bersenjata pisau. Disuruh serahkan uang, karena takut saya serahkan," katanya.
Ia mengaku insiden terjadi sesaat setelah berbelanja di mini market tersebut. Saat keluar mini market itulah, perampokan terjadi.
Dari situ, Aa mengaku langsung ke sekolahnya mengadu ke teman-temannya. Akhirnya, ditemani tiga siswi lain, Aa mengadu ke polisi.
Polisi yang menerima laporan bergerak cepat. Unit Identifikasi dan Olah TKP Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Semarang langsung meluncur ke Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Namun, kejanggalan muncul saat penyelidikan itu. Tidak ada saksi-saksi ataupun orang yang mengaku melihat kejadian tersebut.Tak hanya itu, saat dicek CCTV setempat, tidak didapati adanya kejadian perampokan.
Padahal, sesuai yang diceritakan pelapor, TKP itu akan terekam CCTV yang terpasang di depan mini market."Tidak ada indikasi perampasan itu. Sudah cek CCTV, tidak ada kejadian itu," kata salah satu petugas Polrestabes Semarang.
Dari sinilah, ada indikasi Aa membuat laporan palsu ke polisi. Namun, belum jelas apa motifnya. Polisi belum menerima laporan resmi, baru sebatas pengaduan.
Orang tuanya akan dipanggil agar bisa selesai kekeluargaan."Ada indikasi berbohong," tambah petugas itu.
Hingga sekitar pukul 13.00 WIB, beberapa siswi teman sekolah Aa tampak datang di Mapolrestabes Semarang. Mereka mengaku pada hari itu, ada perlombaan di sekolah dalam rangka peringatan Hari Kartini.
Apalagi mereka baru selesai Ujian Nasional (UN)."Uang yang hilang itu uang kas. Dari teman-teman," kata salah satu teman korban yang tak bersedia disebut identitasnya.
(nag)