94 Pelajar Beradu Gagasan di Widyatama
A
A
A
BANDUNG - Sebanyak 94 pelajar dari lima negara beradu gagasan seputar isu global di Universitas Widyatama, Kota Bandung kemarin. Kelima negara tersebut antara lain Indonesia, Singa pura, Filipina, India, dan Turki.
Mereka melakukan simulasi sidang PBB yang membahas persoalan dunia seperti minyak dunia, ISIS, krisis Syria, krisis ekonomi Eropa, dan Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Rektor Universitas Widyatama Islahuzzaman mengatakan, kegiatan bertajuk Bandung Mo del United Nations 2015 ini mengasah keberanian mahasiswa untuk berbicara ditingkat internasional.
Memberikan gagasan, mengaktualisasikan diri masing-masing, mengasah daya kritis, logis, dan lain-lain. “Manfaat lainnya, mahasiswa bisa meningkatkan jaringan. Tidak hanya Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Tapi ketingkat yang lebih luas lagi ke tingkat internasional,” ungkap Islahuzzaman saat ditemui diruangannya, kemarin.
Dia berharap, ajang debat ini diharapkan dapat membentuk mahasiswa yang berdaya saing, kritis, kreatif, dan berkarakter. Juga bisa mengasah kemampuan mahasiswa dalam debat dan public speaking. “Debat merupakan salah satu cara melatih keberanian dan aktualisasi diri bahwa mahasiswa juga mampu menjadi solusi terhadap permasalahan bangsa,” sambungnya.
Melalui kegiatan ini, kata dia, mahasiswa dapat menyampaikan gagasan dan pendapat tentang isu-isu penting saat ini. Bahkan mengajukan solusi terhadap berbagai permasalahan bangsa secara internasional. “Harapannya dari kegiatan ini bisa menghasilkan kontribusi menyiapkan lulusan yang unggul dan berkualitas mampu tampil sebagai pemimpin masa depan,” katanya.
Ditemui dilokasi acara, Sekretaris Umum Bandung Model United Nations 2015Galih Wahyu Jananuraga menerangkan, hasil kegiatan ini berupa rekomendasi yang dirangkum dari gagasan-gagasan peserta. Selesai acara yang berlangsung tiga hari Jumat (17/4) Minggu (19/4) ini, rekomendasi tersebut akan disampaikan kepada pihak terkait. “Topik-topik bahasannya sangat penting.
Seperti kasus Syria yang kita tahu merupakan kasus perang saudara yang secara statistik paling berdarah. Kemudian masalah ISIS sedang marak-maraknya. Begitu juga dengan topik lainnya,” katanya. Dia menekankan kegiatan debat ini pada diplomasi intrapersonal, bukan pada power politik yang mengadu kekuatan suara, tapi lebih menekankan pada persamaan persepsi.
Fauzan
Mereka melakukan simulasi sidang PBB yang membahas persoalan dunia seperti minyak dunia, ISIS, krisis Syria, krisis ekonomi Eropa, dan Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Rektor Universitas Widyatama Islahuzzaman mengatakan, kegiatan bertajuk Bandung Mo del United Nations 2015 ini mengasah keberanian mahasiswa untuk berbicara ditingkat internasional.
Memberikan gagasan, mengaktualisasikan diri masing-masing, mengasah daya kritis, logis, dan lain-lain. “Manfaat lainnya, mahasiswa bisa meningkatkan jaringan. Tidak hanya Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Tapi ketingkat yang lebih luas lagi ke tingkat internasional,” ungkap Islahuzzaman saat ditemui diruangannya, kemarin.
Dia berharap, ajang debat ini diharapkan dapat membentuk mahasiswa yang berdaya saing, kritis, kreatif, dan berkarakter. Juga bisa mengasah kemampuan mahasiswa dalam debat dan public speaking. “Debat merupakan salah satu cara melatih keberanian dan aktualisasi diri bahwa mahasiswa juga mampu menjadi solusi terhadap permasalahan bangsa,” sambungnya.
Melalui kegiatan ini, kata dia, mahasiswa dapat menyampaikan gagasan dan pendapat tentang isu-isu penting saat ini. Bahkan mengajukan solusi terhadap berbagai permasalahan bangsa secara internasional. “Harapannya dari kegiatan ini bisa menghasilkan kontribusi menyiapkan lulusan yang unggul dan berkualitas mampu tampil sebagai pemimpin masa depan,” katanya.
Ditemui dilokasi acara, Sekretaris Umum Bandung Model United Nations 2015Galih Wahyu Jananuraga menerangkan, hasil kegiatan ini berupa rekomendasi yang dirangkum dari gagasan-gagasan peserta. Selesai acara yang berlangsung tiga hari Jumat (17/4) Minggu (19/4) ini, rekomendasi tersebut akan disampaikan kepada pihak terkait. “Topik-topik bahasannya sangat penting.
Seperti kasus Syria yang kita tahu merupakan kasus perang saudara yang secara statistik paling berdarah. Kemudian masalah ISIS sedang marak-maraknya. Begitu juga dengan topik lainnya,” katanya. Dia menekankan kegiatan debat ini pada diplomasi intrapersonal, bukan pada power politik yang mengadu kekuatan suara, tapi lebih menekankan pada persamaan persepsi.
Fauzan
(bbg)