25 Petani Cirebon Ikut Sekolah Iklim
A
A
A
CIREBON - Sebanyak 25 petani di Desa Leuwidingding, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, memperoleh pelatihan mengenai iklim melalui Sekolah Lapangan Iklim (SLI) Tahap 3 Jawa Barat.
Dengan mengenal iklim, diharapkan produksi padi meningkat dari sebelumnya. Pengenalan iklim bagi petani dila kukan dengan menggunakan alat ukur curah hujan (ombrometer). “Mereka diajari soal iklim dan menyesuaikan diri kegiatan menanam dengan iklim karena iklim kan tak bisa di perkirakan. Berbeda dengan tanah, bibit, pupuk, yang kondisinya subur dan tersedia,” jelas Deputi Bidang Klimatologi BMKG Widada Sulistia, kemarin.
Pelatihan bagi petani merupakan tahap tiga dari tiga tahap yang diagendakan dalam kegiatan tersebut. Sebelum praktik langsung dengan petani, sebut dia, sebelumnya dilakukan pemahaman tentang iklim kepada ins tansi pemerintah terkait se- Jabar maupun kota/kabupaten serta melatih para penyuluh pertanian. Dikatakannya, saat ini sudah sekitar 500 penyuluh pertanian se-Jabar yang memperoleh pendidikan mengenai iklim.
Untuk ombrometer sendiri, BMKG sudah memasang di sekitar 800 titik se-Jabar, yang diletakkan pada sawah-sawah warga. Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Bogor Dedi Sucahyono Sosaidi mengungkapkan, dari jumlah ombrometer tersebut sekitar 600 unit di antaranya aktif dan sisanya rusak. Khusus di Kabupaten Cirebon sendiri, terdapat sekitar 30 unit ombrometer, salah satunya di Desa Leuwidingding.
“Rata-rata ombrometer yang di pasang masih manual. Adapula yang digital, tapi jumlahnya tak banyak, termasuk di Leuwidingding ini,” ujar dia. Melalui sekolah iklim inilah, pe tani di Kecamatan Lemahabang ditarget meningkatkan pro duksi padi dari sebelumnya se kitar 5 ton/ha menjadi 8 ton/ha. Para petani sendiri dibagi dalam empat kelompok dan mengikuti sekolah iklim sepuluh hari sekali.
Kegiatan diisi dengan melakukan pengamatan mau pun diskusi bersama penyuluh pertanian dari BP3K dan BMKG, didampingi babinsa. “Di Kabupaten Cirebon, sekolah iklim ini merupakan yang pertama,” ungkapnya. Sementara itu, Kepala BP3K Kecamatan Lemahabang Suparso menerangkan, ombrometer telah dipasang sejak 2013 dan bermanfaat mengetahui iklim.
Saat ini, para petani di Desa Leuwidingding sendiri tengah mencoba menggunakan sistem tandur (tanam) jajar legowo 2. Sistem Itu dikatakan dia, berupa sis tem optimalisasi radiasi matahari yang akan mem pengaruhi produksi tanaman. Pada sistem ini, padi ditanam dengan jarak 30x15x50 cm, di Kecamatan Lemahabang sendiri diketahui total lahan tanam seluas 440 hektare.
Erika lia
Dengan mengenal iklim, diharapkan produksi padi meningkat dari sebelumnya. Pengenalan iklim bagi petani dila kukan dengan menggunakan alat ukur curah hujan (ombrometer). “Mereka diajari soal iklim dan menyesuaikan diri kegiatan menanam dengan iklim karena iklim kan tak bisa di perkirakan. Berbeda dengan tanah, bibit, pupuk, yang kondisinya subur dan tersedia,” jelas Deputi Bidang Klimatologi BMKG Widada Sulistia, kemarin.
Pelatihan bagi petani merupakan tahap tiga dari tiga tahap yang diagendakan dalam kegiatan tersebut. Sebelum praktik langsung dengan petani, sebut dia, sebelumnya dilakukan pemahaman tentang iklim kepada ins tansi pemerintah terkait se- Jabar maupun kota/kabupaten serta melatih para penyuluh pertanian. Dikatakannya, saat ini sudah sekitar 500 penyuluh pertanian se-Jabar yang memperoleh pendidikan mengenai iklim.
Untuk ombrometer sendiri, BMKG sudah memasang di sekitar 800 titik se-Jabar, yang diletakkan pada sawah-sawah warga. Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Bogor Dedi Sucahyono Sosaidi mengungkapkan, dari jumlah ombrometer tersebut sekitar 600 unit di antaranya aktif dan sisanya rusak. Khusus di Kabupaten Cirebon sendiri, terdapat sekitar 30 unit ombrometer, salah satunya di Desa Leuwidingding.
“Rata-rata ombrometer yang di pasang masih manual. Adapula yang digital, tapi jumlahnya tak banyak, termasuk di Leuwidingding ini,” ujar dia. Melalui sekolah iklim inilah, pe tani di Kecamatan Lemahabang ditarget meningkatkan pro duksi padi dari sebelumnya se kitar 5 ton/ha menjadi 8 ton/ha. Para petani sendiri dibagi dalam empat kelompok dan mengikuti sekolah iklim sepuluh hari sekali.
Kegiatan diisi dengan melakukan pengamatan mau pun diskusi bersama penyuluh pertanian dari BP3K dan BMKG, didampingi babinsa. “Di Kabupaten Cirebon, sekolah iklim ini merupakan yang pertama,” ungkapnya. Sementara itu, Kepala BP3K Kecamatan Lemahabang Suparso menerangkan, ombrometer telah dipasang sejak 2013 dan bermanfaat mengetahui iklim.
Saat ini, para petani di Desa Leuwidingding sendiri tengah mencoba menggunakan sistem tandur (tanam) jajar legowo 2. Sistem Itu dikatakan dia, berupa sis tem optimalisasi radiasi matahari yang akan mem pengaruhi produksi tanaman. Pada sistem ini, padi ditanam dengan jarak 30x15x50 cm, di Kecamatan Lemahabang sendiri diketahui total lahan tanam seluas 440 hektare.
Erika lia
(ftr)