Alun-alun Kota Pekalongan Dapat Poin Terendah
A
A
A
PEKALONGAN - Alun-alun Kota Pekalongan mendapat nilai terendah dalam penilaian tahap pertama Adipura 2015.
Ruang publik paling besar di Kota Pekalongan ini terlihat semrawut, kotor, gersang, dan tak sedap dipandang. Seorang warga bernama Exy Maulana, 26, mengungkapkan, awalnya alun-alun Kota Pekalongan masih terlihat bersih dan hijau. Namun dari tahun ke tahun mulai kotor. “Saat saya kecil masih bisa menikmati alun-alun. Kalau pas capek bisa nongkrong di situ. Tapi sekarang seperti gersang. Ditambah lagi banyak pedagang kaki lima, baik di trotoar maupun di tengah alun-alun di hari-hari tertentu,” ungkapnya.
Pemkot terkesan membiarkan kondisi alun-alun tersebut. Karena itu, Exy Maulana tidak heran alun-alun mendapat penilaian terendah. “Seharusnya alun-alun bisa ditata lebih rapi lagi. Banyak contohnya didaerah lain, misalnya seperti di Purwokerto, juga masih banyak lagi. Saya lihat tempat sampah di sana juga sangat jarang,” ucapnya.
Dalam penilaian, Alun-alun mendapat 66,30 poin. Selain alun-alun, terendah kedua adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Degayu yang mendapat 70,28 poin. Selain dua tempat tersebut, ada beberapa kawasan lain yang juga mendapatkan perhatian karena mendapatkan nilai rendah, yakni kawasan pertokoan Jalan Resimen dengan nilai 70,56, pertokoan di Jalan Gajah mada 70,72, dan pertokoan Jalan Merdeka 71,17.
Wali Kota Pekalongan Basyir Ahmad meminta seluruh SKPD membenahi kebersihan di lingkungannya. Dia akan mempertimbangkan usulan penindakan bagi masyarakat yang membuang sampah sembarangan. “Saya minta seluruh SKPD untuk berperan aktif dalam kebersihan, minimal di lingkungannya masing-masing,” ucapnya.
Kabid Persampahan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Heru Sukamto mengaku akan melakukan pembenahan TPA Dega yu sehingga bisa menampung lebih banyak. “Teknologi yang ada akan kami kembangkan. Saat ini TPA Degayu memang baru bisa diolah menjadi gas, ke depan akan kita kembangkan menjadi tenaga listrik. Jadi akan kami optimalkan,” ujarnya.
Prahayuda febrianto
Ruang publik paling besar di Kota Pekalongan ini terlihat semrawut, kotor, gersang, dan tak sedap dipandang. Seorang warga bernama Exy Maulana, 26, mengungkapkan, awalnya alun-alun Kota Pekalongan masih terlihat bersih dan hijau. Namun dari tahun ke tahun mulai kotor. “Saat saya kecil masih bisa menikmati alun-alun. Kalau pas capek bisa nongkrong di situ. Tapi sekarang seperti gersang. Ditambah lagi banyak pedagang kaki lima, baik di trotoar maupun di tengah alun-alun di hari-hari tertentu,” ungkapnya.
Pemkot terkesan membiarkan kondisi alun-alun tersebut. Karena itu, Exy Maulana tidak heran alun-alun mendapat penilaian terendah. “Seharusnya alun-alun bisa ditata lebih rapi lagi. Banyak contohnya didaerah lain, misalnya seperti di Purwokerto, juga masih banyak lagi. Saya lihat tempat sampah di sana juga sangat jarang,” ucapnya.
Dalam penilaian, Alun-alun mendapat 66,30 poin. Selain alun-alun, terendah kedua adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Degayu yang mendapat 70,28 poin. Selain dua tempat tersebut, ada beberapa kawasan lain yang juga mendapatkan perhatian karena mendapatkan nilai rendah, yakni kawasan pertokoan Jalan Resimen dengan nilai 70,56, pertokoan di Jalan Gajah mada 70,72, dan pertokoan Jalan Merdeka 71,17.
Wali Kota Pekalongan Basyir Ahmad meminta seluruh SKPD membenahi kebersihan di lingkungannya. Dia akan mempertimbangkan usulan penindakan bagi masyarakat yang membuang sampah sembarangan. “Saya minta seluruh SKPD untuk berperan aktif dalam kebersihan, minimal di lingkungannya masing-masing,” ucapnya.
Kabid Persampahan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Heru Sukamto mengaku akan melakukan pembenahan TPA Dega yu sehingga bisa menampung lebih banyak. “Teknologi yang ada akan kami kembangkan. Saat ini TPA Degayu memang baru bisa diolah menjadi gas, ke depan akan kita kembangkan menjadi tenaga listrik. Jadi akan kami optimalkan,” ujarnya.
Prahayuda febrianto
(ftr)