Ada Temuan Inspektorat di Aspal Jalan Gandasari
A
A
A
SUBANG - Pekerjaan pengaspalan (lapen) jalan Tanjungjaya Desa Gandasari Kecamatan Cikaum, Subang, yang dibiayai dana bantuan gubernur tahun anggaran 2014 sebesar Rp100 juta, menjadi temuan Inspektorat Daerah.
Pasalnya, pekerjaan pengaspalan jalan direalisasikan tidak sesuai jadwal atau melewati tahun anggaran 2014. Dimana, seharusnya pekerjaan dirampungkan tahun 2014, tapi kenyataan baru direalisasikan awal tahun 2015.
"Iya, pengaspalan jalan ini harusnya dikerjakan 2014, tapi baru bisa dilaksanakan Januari 2015. Memang gak sesuai jadwal, pengerjaannya melewati tahun anggaran. Makanya sempat menjadi temuan inspektorat," kata Sekretaris Desa Gandasari, Kecamatan Cikaum Asep Sunarso.
Asep mengaku tidak tahu persis penyebab keterlambatan pelaksanaan pekerjaan lapen jalan penghubung Kampung Tanjungjaya Desa Gandasari dengan Kampung Bakan Gombong Desa Mekarsari tersebut.
"Setahu saya, saat itu alat berat untuk mengerjakan jalan sedang dipakai desa lain. Alat beratnya kan pinjam dari kecamatan. Makanya pekerjaan terlambat dilaksanakan," tuturnya.
Dalam kegiatan pengaspalan yang didanai gubernur senilai Rp100 juta itu, Asep mengaku tidak ikut campur, kecuali sebatas pembuatan administrasi laporan pertanggungjawaban atau LPj. Sebab, secara teknis, kegiatan tersebut dilaksanakan oleh pihak LPM (Lembaga Pengabdian Masyarakat) dan Kades.
"Cuma uang bantuan gubernur cairnya lewat rekening bendahara desa. Saat ini, pembuatan LPj-nya udah beres, meskipun jadi temuan inspektorat," katanya.
Selanjutnya dia menyebut, dari total satu kilometer panjang jalan yang di aspal lapen itu, terdapat sisa atau kelebihan dana. Sisa dana ini digunakan pihak desa untuk memerbaiki gorong-gorong rusak.
Sementara itu, sejumlah warga Cikaum mengeluhkan kurang maksimalnya kualitas hasil pekerjaan pengaspalan jalan tersebut.
Pasalnya, baru dua bulan tuntas dikerjakan, jalan itu sudah kembali rusak, berlubang, lapisan aspal terkelupas dan material pasirnya berceceran.
"Bahkan, di beberapa bagian badan jalan udah tumbuh rerumputan. Kayaknya proses pengerjaannya kurang baik," tutur Yadi, warga Cikaum.
Aktivis anti korupsi Subang Wawan Setiawan, menduga, realisasi bantuan gubernur dengan kualitas hasil pekerjaan yang tidak maksimal, tidak hanya terjadi di Gandasari.
Tapi juga ditengarai terjadi di desa-desa lain wilayah Cikaum maupun di luar Cikaum.
"Tapi, pekerjaan bantuan gubernur yang jadi temuan inspektorat baru di Gandasari ini. Sebab, realisasinya melewati tahun anggaran," pungkas Wawan
Pasalnya, pekerjaan pengaspalan jalan direalisasikan tidak sesuai jadwal atau melewati tahun anggaran 2014. Dimana, seharusnya pekerjaan dirampungkan tahun 2014, tapi kenyataan baru direalisasikan awal tahun 2015.
"Iya, pengaspalan jalan ini harusnya dikerjakan 2014, tapi baru bisa dilaksanakan Januari 2015. Memang gak sesuai jadwal, pengerjaannya melewati tahun anggaran. Makanya sempat menjadi temuan inspektorat," kata Sekretaris Desa Gandasari, Kecamatan Cikaum Asep Sunarso.
Asep mengaku tidak tahu persis penyebab keterlambatan pelaksanaan pekerjaan lapen jalan penghubung Kampung Tanjungjaya Desa Gandasari dengan Kampung Bakan Gombong Desa Mekarsari tersebut.
"Setahu saya, saat itu alat berat untuk mengerjakan jalan sedang dipakai desa lain. Alat beratnya kan pinjam dari kecamatan. Makanya pekerjaan terlambat dilaksanakan," tuturnya.
Dalam kegiatan pengaspalan yang didanai gubernur senilai Rp100 juta itu, Asep mengaku tidak ikut campur, kecuali sebatas pembuatan administrasi laporan pertanggungjawaban atau LPj. Sebab, secara teknis, kegiatan tersebut dilaksanakan oleh pihak LPM (Lembaga Pengabdian Masyarakat) dan Kades.
"Cuma uang bantuan gubernur cairnya lewat rekening bendahara desa. Saat ini, pembuatan LPj-nya udah beres, meskipun jadi temuan inspektorat," katanya.
Selanjutnya dia menyebut, dari total satu kilometer panjang jalan yang di aspal lapen itu, terdapat sisa atau kelebihan dana. Sisa dana ini digunakan pihak desa untuk memerbaiki gorong-gorong rusak.
Sementara itu, sejumlah warga Cikaum mengeluhkan kurang maksimalnya kualitas hasil pekerjaan pengaspalan jalan tersebut.
Pasalnya, baru dua bulan tuntas dikerjakan, jalan itu sudah kembali rusak, berlubang, lapisan aspal terkelupas dan material pasirnya berceceran.
"Bahkan, di beberapa bagian badan jalan udah tumbuh rerumputan. Kayaknya proses pengerjaannya kurang baik," tutur Yadi, warga Cikaum.
Aktivis anti korupsi Subang Wawan Setiawan, menduga, realisasi bantuan gubernur dengan kualitas hasil pekerjaan yang tidak maksimal, tidak hanya terjadi di Gandasari.
Tapi juga ditengarai terjadi di desa-desa lain wilayah Cikaum maupun di luar Cikaum.
"Tapi, pekerjaan bantuan gubernur yang jadi temuan inspektorat baru di Gandasari ini. Sebab, realisasinya melewati tahun anggaran," pungkas Wawan
(nag)