Hura-Hura Selepas UN
A
A
A
MEDAN - Seribuan siswa SMA/sederajat di Kota Medan meluapkan kegembiraannya setelah menyelesaikan Ujian Nasional (UN) dengan hura-hura kemarin.
Mereka mencorat-coret seragam sekolah serta berkonvoi di ja lan raya dengan mengendarai se peda motor dan mobil se hingga membuat macet lalu lintas. Bahkan, mereka berkonvoi hing ga sore hari seperti yang ter lihat di Jalan Kapten Muslim sekitar pukul 16.00 WIB ke marin. Puluhan siswa dari be berapa sekolah melintas de ngan berkendara sepeda motor tan pa memakai helm.
Mereka meng gunakan separuh badan ja lan sehingga membuat arus lalu lintas tersendat. Berdasarkan pantauan KORAN SINDO MEDAN , seperti tahun-tahun se be lumnya, selepas UN sekitar 1.000- an siswa da ri berbagai sekolah di an ta ra nya SMA Negeri 1 Medan, SMA Ne geri 2 Medan, SMA Negeri 4 Me dan, serta SMA Harapan 1 dan Harapan 2 Medan, lang sung berkumpul di Perumahan Ta man Setia Budi Indah 2 Jalan Ring road Medan.
Dengan gem bira ria mereka mencorat-coret seragam dan rambut temannya de ngan spidol maupun cat sem prot sambil berfoto-foto. Seorang siswa SMA Harapan 1 Medan, Tika mengatakan, ber kumpul di tempat itu selepas UN merupakan tradisi yang dilakukan kakak kelasnya.
“Kakak kelas kami yang sudah tamat pun datang ke sini dan ikut corat-coret,” ujarnya. Namun, keriangan siswa ini ber akhir sekitar dua jam kemudian karena personel Sa bhara dari Kepolisian Sektor Kota (Pol sekta) Medan Sunggal datang membubarkan mereka. Para siswa pun berpencar, ada yang melakukan konvoi di jalanan Kota Medan, ada pula pergi ke kawasan wisata pe man dian alam Sembahe dan Be ras tagi.
Sementara itu, ratusan siswa yang konvoi ken daraan bermotor kocar-kacir menghindari razia oleh polisi di beberapa ruas jalan di Kota Me dan kemarin. Rata-rata sis wa yang terjaring tidak mem bawa dokumen kendaraannya dan melanggar peratur an lalu lintas, seperti tidak meng gunakan helm dan berbon ceng ti ga orang.
Petugas Satlantas Polresta Me dan bertindak tegas dengan me nilang 52 siswa pengendara se peda motor yang tidak bisa mem perlihatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) dan memperlihat kan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) di seputaran Jalan Pulau Pinang, La pang - an Merdeka. Penertiban para siswa yang me lakukan konvoi ini dipimpin Per wira Unit (Panit) Patroli Peng awal (Patwal) Satlantas Pol resta Medan Inspektur Polisi Sa tu (Iptu) Rusbenny.
“Se banyak 32 sepeda motor tidak dileng kapi surat-surat sehingga di boyong ke kantor untuk diproses secara hukum. Kendaraan ini bisa diambil bila pemiliknya menunjukkan surat-surat. Pem bubaran konvoi terpaksa di lakukan karena para siswa tidak mematuhi rambu-rambu la lu lintas, ugal-ugalan, dan sebagainya,” ujarnya.
Selain di Jalan Pulau Pinang dan seputaran Lapangan Merdeka, polisi juga menjaga dan meng awal konvoi pelajar di kawa san Jalan Gagak Hitam/Ringroad. Sebab lokasi itu ke rap digunakan sebagai titik kum pul sebelum berkeliling me nuju tempat lain. Rusbenny menambahkan, mereka tak hanya menilang, tetapi juga memberi pemahaman agar para siswa lebih taat aturan saat berlalu lintas.
Sebenarnya Sat lantas Polresta Medan secara berkala berkunjung kesekolah-sekolah untuk me nyosialisasikan tertib lalu lintas kepa da pelajar. “Pada upacara bendera di sekolah setiap Senin, ka mi memberi pemahaman betapa pentingnya mematuhi ram bu demi keamanan dan keselamatan bersama,” kata dia. Orang tua juga diimbau senantiasa menasihati anak masing-masing agar tertib ber kendara di jalan raya. Dengan demikian jumlah kecelakaan lalu lintas bisa berkurang. Sejumlah siswa yang sepeda mo tornya diamankan petugas ber usaha memberi argumen agar mendapatkan keri nganan.
“Pak, setahun sekali ka mi seperti ini. Jangan tilang ya pak. Ini sepeda motor orang tua sa ya,” kata seorang siswi sambil mengiba. “Pak, saya kan bawa STNK ke napa tetap ditilang,” kata se orang siswa SMA Negeri 5 Jalan Pelajar Medan. Namun, petugas tetap bersikukuh dan meminta siswa mengurus kendaraan itu di kantor polisi ke esok an hari, yang tentu dengan me lengkapi surat-surat ken daraan.
Sebenarnya untuk meredam eu foria siswa seusai meng hadapi UN dengan aksi hura-hura itu telah diingatkan kepala sekolah masing-masing ber da sarkan imbauan dari Kepala Dinas Pen didikan Sumut Masri. Para sis wa untuk melakukan hal lebih bermanfaat bagi adik kelasnya atau warga sekitar. Misalnya, menyumbangkan seragam ser ta buku-buku kepada yang le bih membutuhkan. “Bisa juga meng adakan bakti sosial untuk se kolah atau masyarakat sekitar,” ujar Masri.
Seperti yang dilakukan sejumlah siswa SMA Negeri 2 Me - dan yang mengumpulkan se ra - gamnya disumbangkan kepada sis wa kurang mampu dan peng - ungsi letusan Gunung Si na - bung di Kabupaten Karo. “Se luruh siswa jumlahnya 430 orang, menyumbangkan seragamnya ke pada siswa kurang mampu dan pengungsi Sinabung,” ujar Ke pala SMA Negeri 2 Medan, Sutrisno, kemarin.
Tidak hanya seragam SMA, se ragam pramuka juga turut disum bangkan. Para siswa yang ber baris di halaman sekolah, satu per satu meletakkan seragam itu ke tumpukan yang selanjutnya dilipat rapi dan dikemas. Siswa SMA Negeri 1 Sei Rampah Serdangbedagai juga di - min ta membawa seragam se ko - lah saat mengambil ijazah nanti. Langkah ini, menurut Kepala Di nas Pendidikan (Disdik) Joni Wal ker Manik, untuk men cegah aksi corat-coret seragam.
“Enggak jadi coret-coretnya ka rena tadi diumumkan kami ha rus membawa seragam sekolah ketika mengambil ijazah. Ka tanya buat disumbangkan,” ung kap Dwy Andini Putri, siswa ke las XII IPS di SMA itu. Pengamat pendidikan, Musyohito Solin, sangat men dukung tindakan tegas petugas kepolisian kepada para siswa yang me lakukan konvoi di jalan raya. Ti dak hanya mengganggu kelancaran arus lalu lintas, tetapi mem bahayakan orang lain dan sis wa itu sendiri.
“Tentu yang dilakukan para sis wa itu bukan mencerminkan sikap seorang pelajar. Aksi coratcoret seragam dijadikan pe lajar kita sebagai sebuah tra disi, tapi alangkah baiknya jika se ragam itu disumbangkan ke pada yang membutuhkan, misal nya ke pengungsi Sinabung,” ujarnya. Dari pengalamannya, dia menceritakan, di sebuah sekolah ada satu kegiatan setelah ujian berakhir. Saat itu seorang kepala sekolah menyarankan agar corat-coret dilampiaskan ke kain putih. Tapi, apa yang terjadi, justru sang kepala sekolah diejek.
Padahal itu adalah ke giatan yang menurutnya sangat baik daripada me lakukan konvoi di jalanan. “Nah ini bukan peran guru saja, tetapiperanorangtuaha rus mencegah bagaimana su paya siswa kita ini enggak ber kon voi di jalan seusai ujian. Tentu ini sudah menyimpang. Hal membhayakan lagi mereka ber konvoi sam pai ke luar kota. Memang saya perhatikan aksi ini sudah mulai berkurang. Ar tinya, banyak ju ga siswa meng anggap aksi corat-coret dan konvoi dijalanan tidak lagi me narik lagi, Saya harap ke depan enggak ada lagi aksi se - perti ini,” tutur Solin.
Disdik Kumpulkan Rekapitulasi Pelaksanaan
Satu dari dua metode UN 2015 untuk tingkat SMA/sederajat, yakni UN paper based test (PBT) tingkat SMA berakhir kemarin. Sementara UN berbasis computer based test (CBT) masih akan berlanjut pada Senin (21/4) dan Selasa (22/4) mendatang. Pantauan UN terakhir di sejumlah sekolah di Medan, tidak jauh berbeda dibanding UN hari per tama ( Senin, 13/4) dan kedua (Selasa, 14/4).
Kepala Disdik Sumut Masri mengatakan, belum menerima laporan terkait pelanggaran atau ke sa lahan yang terjadi pada UN PBT mau pun CBT hari ketiga. “Kami masih menunggu laporan pelak sanaan UN CBT dan PBT dari ka bupaten/kota,” katanya di sela-sela mendampingi Wakil Gubernur Sumut Tengku Erry Nur adi memantau pelaksanaan UN di beberapa sekolah di Medan, kemarin. Masri menyebutkan, secara umum pelaksanaan UN berbasis CBT di Sumut berjalan lancar.
Jika ada laporan peserta gagal karena tidak bisa login , masih dalam jumlah kecil dan bisa di lakukan ujian susulan satu pekan setelah ujian utama. Hal menarik, pelaksanaan UN SMA dan sederajat tahun 2015 juga diikuti 40 siswa berkebutuhan khusus atau difabel ter diri atas penyandang tunanetra dan tunwicara di sembilan se kolah luar biasa (SLB) yang ada di Sumut.
Dua di antaranya penyandang tunawicara ber nama Mitty Shella Ardani dan Ahmad Hambali Lubis mendapat mo tivasi dari Tengku Erry Nuradi dengan mengunjungi mereka di SLB Negeri Pembina tingkat provinsi bagian E di Jalan Karya Medan. Koordinator UN Sumut August Sinaga menyebutkan, se la ma ti ga hari pelaksanaan UN PBT untuk SMA/sederajat, setiap hari seluruh lembar jawaban ujian nasional (LJUN) dimasuk kan ke amplop dan disegel.
Setelah itu, Disdik kabupa ten/kota meng irimkan ke Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Negeri Medan (Uni med) untuk selanjutnya dipindai.
Erdian wirajaya/ dody ferdiansyah/ syukri amal/ kadri boy tarigan/ riza pinem
Mereka mencorat-coret seragam sekolah serta berkonvoi di ja lan raya dengan mengendarai se peda motor dan mobil se hingga membuat macet lalu lintas. Bahkan, mereka berkonvoi hing ga sore hari seperti yang ter lihat di Jalan Kapten Muslim sekitar pukul 16.00 WIB ke marin. Puluhan siswa dari be berapa sekolah melintas de ngan berkendara sepeda motor tan pa memakai helm.
Mereka meng gunakan separuh badan ja lan sehingga membuat arus lalu lintas tersendat. Berdasarkan pantauan KORAN SINDO MEDAN , seperti tahun-tahun se be lumnya, selepas UN sekitar 1.000- an siswa da ri berbagai sekolah di an ta ra nya SMA Negeri 1 Medan, SMA Ne geri 2 Medan, SMA Negeri 4 Me dan, serta SMA Harapan 1 dan Harapan 2 Medan, lang sung berkumpul di Perumahan Ta man Setia Budi Indah 2 Jalan Ring road Medan.
Dengan gem bira ria mereka mencorat-coret seragam dan rambut temannya de ngan spidol maupun cat sem prot sambil berfoto-foto. Seorang siswa SMA Harapan 1 Medan, Tika mengatakan, ber kumpul di tempat itu selepas UN merupakan tradisi yang dilakukan kakak kelasnya.
“Kakak kelas kami yang sudah tamat pun datang ke sini dan ikut corat-coret,” ujarnya. Namun, keriangan siswa ini ber akhir sekitar dua jam kemudian karena personel Sa bhara dari Kepolisian Sektor Kota (Pol sekta) Medan Sunggal datang membubarkan mereka. Para siswa pun berpencar, ada yang melakukan konvoi di jalanan Kota Medan, ada pula pergi ke kawasan wisata pe man dian alam Sembahe dan Be ras tagi.
Sementara itu, ratusan siswa yang konvoi ken daraan bermotor kocar-kacir menghindari razia oleh polisi di beberapa ruas jalan di Kota Me dan kemarin. Rata-rata sis wa yang terjaring tidak mem bawa dokumen kendaraannya dan melanggar peratur an lalu lintas, seperti tidak meng gunakan helm dan berbon ceng ti ga orang.
Petugas Satlantas Polresta Me dan bertindak tegas dengan me nilang 52 siswa pengendara se peda motor yang tidak bisa mem perlihatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) dan memperlihat kan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) di seputaran Jalan Pulau Pinang, La pang - an Merdeka. Penertiban para siswa yang me lakukan konvoi ini dipimpin Per wira Unit (Panit) Patroli Peng awal (Patwal) Satlantas Pol resta Medan Inspektur Polisi Sa tu (Iptu) Rusbenny.
“Se banyak 32 sepeda motor tidak dileng kapi surat-surat sehingga di boyong ke kantor untuk diproses secara hukum. Kendaraan ini bisa diambil bila pemiliknya menunjukkan surat-surat. Pem bubaran konvoi terpaksa di lakukan karena para siswa tidak mematuhi rambu-rambu la lu lintas, ugal-ugalan, dan sebagainya,” ujarnya.
Selain di Jalan Pulau Pinang dan seputaran Lapangan Merdeka, polisi juga menjaga dan meng awal konvoi pelajar di kawa san Jalan Gagak Hitam/Ringroad. Sebab lokasi itu ke rap digunakan sebagai titik kum pul sebelum berkeliling me nuju tempat lain. Rusbenny menambahkan, mereka tak hanya menilang, tetapi juga memberi pemahaman agar para siswa lebih taat aturan saat berlalu lintas.
Sebenarnya Sat lantas Polresta Medan secara berkala berkunjung kesekolah-sekolah untuk me nyosialisasikan tertib lalu lintas kepa da pelajar. “Pada upacara bendera di sekolah setiap Senin, ka mi memberi pemahaman betapa pentingnya mematuhi ram bu demi keamanan dan keselamatan bersama,” kata dia. Orang tua juga diimbau senantiasa menasihati anak masing-masing agar tertib ber kendara di jalan raya. Dengan demikian jumlah kecelakaan lalu lintas bisa berkurang. Sejumlah siswa yang sepeda mo tornya diamankan petugas ber usaha memberi argumen agar mendapatkan keri nganan.
“Pak, setahun sekali ka mi seperti ini. Jangan tilang ya pak. Ini sepeda motor orang tua sa ya,” kata seorang siswi sambil mengiba. “Pak, saya kan bawa STNK ke napa tetap ditilang,” kata se orang siswa SMA Negeri 5 Jalan Pelajar Medan. Namun, petugas tetap bersikukuh dan meminta siswa mengurus kendaraan itu di kantor polisi ke esok an hari, yang tentu dengan me lengkapi surat-surat ken daraan.
Sebenarnya untuk meredam eu foria siswa seusai meng hadapi UN dengan aksi hura-hura itu telah diingatkan kepala sekolah masing-masing ber da sarkan imbauan dari Kepala Dinas Pen didikan Sumut Masri. Para sis wa untuk melakukan hal lebih bermanfaat bagi adik kelasnya atau warga sekitar. Misalnya, menyumbangkan seragam ser ta buku-buku kepada yang le bih membutuhkan. “Bisa juga meng adakan bakti sosial untuk se kolah atau masyarakat sekitar,” ujar Masri.
Seperti yang dilakukan sejumlah siswa SMA Negeri 2 Me - dan yang mengumpulkan se ra - gamnya disumbangkan kepada sis wa kurang mampu dan peng - ungsi letusan Gunung Si na - bung di Kabupaten Karo. “Se luruh siswa jumlahnya 430 orang, menyumbangkan seragamnya ke pada siswa kurang mampu dan pengungsi Sinabung,” ujar Ke pala SMA Negeri 2 Medan, Sutrisno, kemarin.
Tidak hanya seragam SMA, se ragam pramuka juga turut disum bangkan. Para siswa yang ber baris di halaman sekolah, satu per satu meletakkan seragam itu ke tumpukan yang selanjutnya dilipat rapi dan dikemas. Siswa SMA Negeri 1 Sei Rampah Serdangbedagai juga di - min ta membawa seragam se ko - lah saat mengambil ijazah nanti. Langkah ini, menurut Kepala Di nas Pendidikan (Disdik) Joni Wal ker Manik, untuk men cegah aksi corat-coret seragam.
“Enggak jadi coret-coretnya ka rena tadi diumumkan kami ha rus membawa seragam sekolah ketika mengambil ijazah. Ka tanya buat disumbangkan,” ung kap Dwy Andini Putri, siswa ke las XII IPS di SMA itu. Pengamat pendidikan, Musyohito Solin, sangat men dukung tindakan tegas petugas kepolisian kepada para siswa yang me lakukan konvoi di jalan raya. Ti dak hanya mengganggu kelancaran arus lalu lintas, tetapi mem bahayakan orang lain dan sis wa itu sendiri.
“Tentu yang dilakukan para sis wa itu bukan mencerminkan sikap seorang pelajar. Aksi coratcoret seragam dijadikan pe lajar kita sebagai sebuah tra disi, tapi alangkah baiknya jika se ragam itu disumbangkan ke pada yang membutuhkan, misal nya ke pengungsi Sinabung,” ujarnya. Dari pengalamannya, dia menceritakan, di sebuah sekolah ada satu kegiatan setelah ujian berakhir. Saat itu seorang kepala sekolah menyarankan agar corat-coret dilampiaskan ke kain putih. Tapi, apa yang terjadi, justru sang kepala sekolah diejek.
Padahal itu adalah ke giatan yang menurutnya sangat baik daripada me lakukan konvoi di jalanan. “Nah ini bukan peran guru saja, tetapiperanorangtuaha rus mencegah bagaimana su paya siswa kita ini enggak ber kon voi di jalan seusai ujian. Tentu ini sudah menyimpang. Hal membhayakan lagi mereka ber konvoi sam pai ke luar kota. Memang saya perhatikan aksi ini sudah mulai berkurang. Ar tinya, banyak ju ga siswa meng anggap aksi corat-coret dan konvoi dijalanan tidak lagi me narik lagi, Saya harap ke depan enggak ada lagi aksi se - perti ini,” tutur Solin.
Disdik Kumpulkan Rekapitulasi Pelaksanaan
Satu dari dua metode UN 2015 untuk tingkat SMA/sederajat, yakni UN paper based test (PBT) tingkat SMA berakhir kemarin. Sementara UN berbasis computer based test (CBT) masih akan berlanjut pada Senin (21/4) dan Selasa (22/4) mendatang. Pantauan UN terakhir di sejumlah sekolah di Medan, tidak jauh berbeda dibanding UN hari per tama ( Senin, 13/4) dan kedua (Selasa, 14/4).
Kepala Disdik Sumut Masri mengatakan, belum menerima laporan terkait pelanggaran atau ke sa lahan yang terjadi pada UN PBT mau pun CBT hari ketiga. “Kami masih menunggu laporan pelak sanaan UN CBT dan PBT dari ka bupaten/kota,” katanya di sela-sela mendampingi Wakil Gubernur Sumut Tengku Erry Nur adi memantau pelaksanaan UN di beberapa sekolah di Medan, kemarin. Masri menyebutkan, secara umum pelaksanaan UN berbasis CBT di Sumut berjalan lancar.
Jika ada laporan peserta gagal karena tidak bisa login , masih dalam jumlah kecil dan bisa di lakukan ujian susulan satu pekan setelah ujian utama. Hal menarik, pelaksanaan UN SMA dan sederajat tahun 2015 juga diikuti 40 siswa berkebutuhan khusus atau difabel ter diri atas penyandang tunanetra dan tunwicara di sembilan se kolah luar biasa (SLB) yang ada di Sumut.
Dua di antaranya penyandang tunawicara ber nama Mitty Shella Ardani dan Ahmad Hambali Lubis mendapat mo tivasi dari Tengku Erry Nuradi dengan mengunjungi mereka di SLB Negeri Pembina tingkat provinsi bagian E di Jalan Karya Medan. Koordinator UN Sumut August Sinaga menyebutkan, se la ma ti ga hari pelaksanaan UN PBT untuk SMA/sederajat, setiap hari seluruh lembar jawaban ujian nasional (LJUN) dimasuk kan ke amplop dan disegel.
Setelah itu, Disdik kabupa ten/kota meng irimkan ke Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Negeri Medan (Uni med) untuk selanjutnya dipindai.
Erdian wirajaya/ dody ferdiansyah/ syukri amal/ kadri boy tarigan/ riza pinem
(ars)