Puluhan Siswa Gagal UN CBT

Rabu, 15 April 2015 - 09:51 WIB
Puluhan Siswa Gagal...
Puluhan Siswa Gagal UN CBT
A A A
MEDAN - Puluhan siswa dari 20 sekolah di Sumatera Utara (Sumut) berbasis computer based test (CBT) gagal mengikuti Ujian Nasional (UN) karena tidak bisa masuk (log in) pada lembar ujiannya meski memiliki kata sandi (password).

Koordinator UN Dinas Pendidikan (Disdik) Sumut August Sinaga mengatakan, dari total 5.745 peserta UN, puluhan di antaranya gagal log in sehingga harus mengikuti ujian susulan sepekan setelah pelaksanaan UN utama.

Berdasarkan laporan diterimanya, puluhan siswa SMK Al Washliyah 2 Perdagangan, Serdangbedagai (Sergai), dan satu siswa SMKN 1 Binjai, gagal mengikuti UN CBT. “Kalau jumlah masih akan kami pastikan, tapi tidak tertutup kemungkinan dari sekolah lainnya juga mengalami hal serupa. Beberapa sekolah masih sebatas menginformasikan kepada kami melalui telepon, belum ada pengaduan resmi padahal Disdik Sumut membuka posko pengaduan,” katanya didampingi Kepala Seksi (Kasi) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Disdik Sumut, Sagino di kantornya, kemarin.

Namun, pada pelaksanaan hari kedua UN secara umum masih berjalan lancar tanpa ada masalah berarti. Kendati ada kekurangan soal maupun lembar jawaban komputer (LJK) dapat diatasi dengan naskah soal dan LJUN cadangan. Dia juga berharap UN akan berakhir hari ini, Rabu (15/4), berjalan baik dan lancar. Kepala SMK Tritech Medan Suprianto menyebutkan, pada pelaksanaan UN hari pertama Senin (13/4), seorang peserta tidak bisa log in karena password yang dimasukkan tak bisa sinkronisasi.

Tidak hanya itu, ada 20 siswa dalam satu ruangan harus diberikan waktu tambahan 30 menitkarenajaringaninternetdi komputernya mengalami gangguan atau koneksi melambat. Menurut dia, dari 386 peserta UN CBT di sekolahnya, seorang di antaranya tidak bisa mengikuti UN utama karena sedang sakit dan akan diganti dengan ujian susulan. “Ujian pada hari kedua, sampai saat ini masih lancar, belum ada ditemukan kendala,” katanya.

Terpisah, Kepala Disdik Simalungun, Parsaulian Sinaga mengatakan, hingga hari kedua pelaksanaan UN dari 9.592 peserta, sebanyak 42 siswa dipastikan tidak lulus ujian karena tidak hadir tanpa pemberitahuan. Adapun peserta yang tidak datang karena sakit akan mengikuti UN susulan pada 20-22 April mendatang. Kapolres Simalungun Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Heri Sulesmono menambahkan, belum menerima laporan ada masalah ataupun gangguan dalam pelaksanaan UN.

Kepala SMK Tunas Jaya, Simalungun, Elfrida Damanik mengatakan, siswinya bernama Rospita Juliwati Siregar yang tidak bisa mengikuti UN lantaran dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan karena penyakit lambung masih bisa mengikuti UN susulan pada 20- 24 April 2015. “Kami sudah menyurati Disdik Simalungun dan siswi jurusan perkantoran itu masih bisa mengikuti UN susulan, apabila kondisinya sudah memungkinkan. Tapi, dia harus membawa surat rujukan dari rumah sakit tempatnya dirawat sebagai bukti bahwa dia dalam keadaan sakit,” ujar Elfrida saat membesuk Rospita, kemarin.

Sekretaris Panitia UN Sumut, Erni Mulatsih mengatakan, belum bisa mengetahui dan memberikan data tingkat kehadiran peserta didik pada hari pertama UN. Sebab terlebih dahulu harus direkapitulasi dari pengawas ujian dan pihak sekolah. Dia juga belum menerima laporan soal ujian yang sulit dijawab siswa. “Saya rasa tidak ada soal yang rumit untuk dijawab, kalau siswa belajar dengan tekun,” ujarnya.

Ketua Panitia UN Medan Masrul Basri mengungkapkan, sejauh ini belum ada pihak sekolah mengeluhkan pelaksanaan UN terganggu karena pemadaman listrik. “Semuanya lancar dan kita berharap sampai hari terakhir tetap lancar dan sukses,” katanya. Sementara sejumlah siswa justru mengaku lebih suka pelaksanaan UN dengan berbasis CBT karena dinilai lebih praktis dan tidak memakan waktu dibandingkan ujian berbasis paper based test (PBT).

“Saya lebih suka pakai komputer, enggak susah dan cepat selesai,” kata Dedi, siswa SMK Dwi Warna Medan. Dia mengungkapkan, kelemahan lain dari ujian berbasis kertas soal adalah pensil yang sering tidak terbaca saat dipindai. Lain hal dengan UN CBT, karena setiap jawaban pasti tercatat dan terdata sebagai jawaban dari peserta ujian.

Pelaksanaan UN sistem CBT memang dilaksanakan lebih lama ketimbang UN sistem PBT. Sebab UN sistem PBT lebih cepat, hanya tiga hari karena setiap hari mata pelajaran yang diujikan ada dua. Seperti kemarin, untuk SMA/Madrasah Aliah (MA) IPS mengujikan mata pelajaran Matematika dan Sosiologi, sementara untuk IPA Matematika dan Biologi. Untuk UN CBT mengujikan mata pelajaran Matematika.

Pada hari kedua UN, Wali Kota Medan Dzulmi Eldin kembali meninjau pelaksanaan UN di SMA Negeri 4 Jalan Gelas dan SMK Negeri 9 Jalan Patriot Medan untuk memastikan pelaksanaan UN berjalan lancar dan aman. “Sejauh ini belum ada laporan terjadi kecurangan. Kita berharap UN tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu,” kata Eldin di SMA Negeri 4 Medan. Kepala SMAN 4 Medan Ramly menjelaskan, lima siswa dari 452 peserta UN di sekolahnya tidak bisa mengikuti ujian.

Tiga dari lima siswa tersebut telah meninggal karena sakit dan dua lagi sedang mengikuti program pertukaran pelajar selama setahun di Prancis dan Italia. “Kedua siswa yang mengikuti pertukaran pelajar dianggap tidak lulus dan harus mengulangi UN tahun depan. Sebab mereka selama setahun penuh tidak mengikuti pelajaran. Kedua siswa itu pun sudah mengetahui konsekuensi yang diterima dengan mengikuti program pertukaran pelajar tersebut,” ujarnya.

Kaki Diamputasi, Ujian di Atas Matras

Fander Alvena, 17, siswa SMA Negeri I, Sayurmatinggi, Tapanuli Selatan (Tapsel), mengikuti UN di lantai beralaskan sebuah matras karena kaki kanannya diamputasi akibat kecelakaan beberapa pekan lalu. Siswa yang bertempat tinggal di Desa Aek Parupuk, Kecamatan Tanah Tombangan (Tantom), itu tidak bisa duduk di kursi seperti teman-temannya.

Akibatnya, panitia ujian menambah jumlah pengawas yang dikhususkan untuk mengawasi Fander di ruang tersendiri. Dalam ujian kemarin, dia tampak kesulitan mengisi lembar jawaban karena kakinya masih dibalut perban. Gerakannya juga terlihat tidak bebas karena kakinya belum sembuh. Seusai ujian Fander mengatakan, meski kehilangan satu kakinya, namun semangatnya menjalani UN tidak hilang.

Apabila lulus nanti, dia akan mendaftar ke salah satu perguruan tinggi di Kota Padangsidimpuan. Kepala SMA Negeri I Sayurmatinggi, Mukty Hidayatulloh menjelaskan, mereka mengutamakan kenyamanan Fander dalam mengikuti UN. “Dia tidak bisa duduk di kursi, maka kami buat di atas matras,” ujarnya.

Soal UN Bocor di Internet

Naskah soal ujian nasional (UN) untuk jurusan IPA diduga bocor di internet. Dari penyelidikan yang dilakukan Federasi Guru Indonesia (FSGI), bocoran soal tersebut persis dengan soal yang diujikan.

Sekjen Federasi Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mengungkapkan, temuan tersebut berdasar laporan seorang guru IPA di Jakarta ke posko FSGI. Retno menuturkan, dua hari sebelum UN berlangsung, guru itu menemukan tautan “Ayo Belajar UN 2015” di https://drive.google.com/folder view?id=0ByCf0ZC2K5Qzfl9FS 2ISM18zcU91N2ZUaGdTdHR 2cDE4MUgxMWMTV3FoRIIp VFNo0TN5ZDg&usp=sharing.

“Begitu tautan itu dibuka, ada lima naskah soal dengan lima paket soal. Guru itu pun mengunduh 30 soal itu tanpa tahu bahwa itu adalah naskah soal asli. Tapi sekarang link itu sudah ditutup,” ungkapnya ketika ditemui di SMA 2 Jakarta, lokasi Presiden Jokowi blusukan UN kemarin.

Kepala Sekolah SMA 3 Jakarta itu menuturkan, guru itu mengira naskah soal Bahasa Inggris, Matematika, Bahasa Indonesia, Kimia, dan Biologi dalam bentuk PDF yang dicetaknya itu hanyalah kisi-kisi soal biasa. Namun ketika guru itu menjadi pengawas pada UN hari pertama, dia terkejut karena soal-soal yang dia cetak dari link di atas adalah soal yang diujikan.

Retno memperkirakan, soal yang beredar gratis di internet itu sudah menyebar ke manamana. Sebab ada laporan dari siswa beberapa sekolah swasta seperti SMA Regina Pacis yang mengaku berlatih dengan soal yang bocor tersebut. “Temuan ini akan segera dikirim ke Kemendikbud agar dapat diselidiki lebih lanjut. Kami heran siapa yang sengaja mengunggah 30 soal UN jurusan IPA tersebut secara gratis,” katanya.

Dia lantas menuturkan, selama empat tahun FSGI membuat posko, laporan kecurangan cenderung menurun. Namun masih ada laporan jual beli naskah soal yang dihargai Rp14 juta-20 juta.

“Lalu juga ada laporan modus oknum yang menyuap pemindai jawaban UN di kampus yang ditunjuk pemerintah agar dapat dimanipulasi dengan membayar Rp6 juta-12 juta,” ungkapnya.

Syukri amal/ lia anggia nasution/ ricky hutapea/ siti amelia / neneng zubaidah
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0922 seconds (0.1#10.140)