Digadang Jadi Barometer Dunia Kreatif
A
A
A
YOGYAKARTA - Lantunan lagu berjudul Di Tato mengawali performa grup musik Shaggy Dog dalam gelaran outdoor pameran clothing bertajuk The Parade di Jogja Expo Center (JEC) Minggu (12/4) malam.
Tak sedikit penonton yang bergoyang dan menikmati musik yang dibawakan oleh band asal Yogyakarta ini. Dengan membawa musik bergenre ska, reggae, jazz, swing, dan rock, yang kemudian disebut dengan gaya musik Doggy Stylee itu mampu menghibur ratusan penonton yang memadati halaman JEC. Meski gerimis tak menyurutkan para penggemarnya untuk tetap menikmati musik yang dibawakan oleh Heru, Richard, Raymond, Bandizt, Lilik, dan Yoyo’ itu.
Sedikitnya delapan lagu dibawakan oleh band yang dibentuk pada 1 Juni 1997 ini. Selain Di Tato, ada From The Doc, Rudy Story, Doggy Doggy, Kembali Berdansa, Jalan-Jalan, Kere Hore, dan Sayidan. Di lagu terakhir, mereka berkolaborasi dengan seniman Hasoe dan penyanyi cantik Riris.”Yang penting kita kumpul di sini oke! Tepuk tangan buat The Parade 2015,” ucap Heri, vokalis Shaggy Dog kepada audiens.
Pertunjukan band ini sekaligus menutup gelaran outdoorpameran clothing bertajuk The Parade 2015. Setelah sebelumnya tampil pula band Rocket Rockers, Captain Jack, Endank Soekamti, NAIF, White Shoes & The Couples Company, FSTVLST, Bravesboy, Rancak Arcade, Sound of Paradise, Jogja Hiphop Foundation (JHF), dan lainnya, yang turut menghibur penonton lewat aksi pertunjukannya di panggung indoormaupun outdoor.
The Parade, yakni ajang yang menjadi barometer dunia kreatif dan kewirausahaan muda mandiri serta tempat berkumpulnya puluhan ribu masyarakat muda dan para pelaku kreatif di Yogyakarta, juga dimeriahkan dengan kehadiran sekitar 100 clothing label serta puluhan komunitas kreatif dari Yogyakarta, Bandung, Malang, dan Solo.
Lewat tema Manufacturing Identity, gelaran yang diprakarsai dan diselenggarakan oleh Kreatif Independen Clothing Kommunity (KICK) Yogyakarta tersebut, disajikan sebagai sebuah pernyataan sikap dari anak muda terhadap perkembangan zaman saat ini. “Tema Manufacturing Identityyang diusung adalah sebuah pernyataan sikap anak muda terhadap zaman. Di mana kelenturan seni, daya tahan kreasi, perkembangan teknologi, dan roda industri menjadi bagian di dalamnya,” kata Ari Wulu, salah satu Board Committee The Parade 2015.
Di samping ajang clothing exhibitondan community gatheringterkemuka di Yogyakarta, The Parade 2015 juga menggandeng sejumlah komunitas seperti komunitas skateboard, bmx, tamiya 4WD, tattoo, crafting, fotografi, leather, robot, urban indie toys, aeromodelling, airsoft gun, dan soundcloudyk.
Bahkan untuk mewadahi para muda kreatif unjuk karya, The Parade 2015 juga mengadakan beberapa kompetisi. Yakni Dancing Competition, Acoustic Competition, Jingle Competition, Design Competition, dan Band Festival. Kompetisi-kompetisi tersebut diadakan untuk menyalurkan kreativitas teman-teman muda Yogyakarta saat ini, sekaligus memberikan sebuah peluang membentuk identitas baru.
“Dengan berbagai kegiatan dan aktivitas tersebut The Parade 2015 ini diharapkan mampu meningkatkan semangat berbagi untuk mendorong kepekaan kreatif dan berkarya menumbuhkan rasa cinta karya anak-anak bangsa,” kata dia.
Siti estuningsih
Tak sedikit penonton yang bergoyang dan menikmati musik yang dibawakan oleh band asal Yogyakarta ini. Dengan membawa musik bergenre ska, reggae, jazz, swing, dan rock, yang kemudian disebut dengan gaya musik Doggy Stylee itu mampu menghibur ratusan penonton yang memadati halaman JEC. Meski gerimis tak menyurutkan para penggemarnya untuk tetap menikmati musik yang dibawakan oleh Heru, Richard, Raymond, Bandizt, Lilik, dan Yoyo’ itu.
Sedikitnya delapan lagu dibawakan oleh band yang dibentuk pada 1 Juni 1997 ini. Selain Di Tato, ada From The Doc, Rudy Story, Doggy Doggy, Kembali Berdansa, Jalan-Jalan, Kere Hore, dan Sayidan. Di lagu terakhir, mereka berkolaborasi dengan seniman Hasoe dan penyanyi cantik Riris.”Yang penting kita kumpul di sini oke! Tepuk tangan buat The Parade 2015,” ucap Heri, vokalis Shaggy Dog kepada audiens.
Pertunjukan band ini sekaligus menutup gelaran outdoorpameran clothing bertajuk The Parade 2015. Setelah sebelumnya tampil pula band Rocket Rockers, Captain Jack, Endank Soekamti, NAIF, White Shoes & The Couples Company, FSTVLST, Bravesboy, Rancak Arcade, Sound of Paradise, Jogja Hiphop Foundation (JHF), dan lainnya, yang turut menghibur penonton lewat aksi pertunjukannya di panggung indoormaupun outdoor.
The Parade, yakni ajang yang menjadi barometer dunia kreatif dan kewirausahaan muda mandiri serta tempat berkumpulnya puluhan ribu masyarakat muda dan para pelaku kreatif di Yogyakarta, juga dimeriahkan dengan kehadiran sekitar 100 clothing label serta puluhan komunitas kreatif dari Yogyakarta, Bandung, Malang, dan Solo.
Lewat tema Manufacturing Identity, gelaran yang diprakarsai dan diselenggarakan oleh Kreatif Independen Clothing Kommunity (KICK) Yogyakarta tersebut, disajikan sebagai sebuah pernyataan sikap dari anak muda terhadap perkembangan zaman saat ini. “Tema Manufacturing Identityyang diusung adalah sebuah pernyataan sikap anak muda terhadap zaman. Di mana kelenturan seni, daya tahan kreasi, perkembangan teknologi, dan roda industri menjadi bagian di dalamnya,” kata Ari Wulu, salah satu Board Committee The Parade 2015.
Di samping ajang clothing exhibitondan community gatheringterkemuka di Yogyakarta, The Parade 2015 juga menggandeng sejumlah komunitas seperti komunitas skateboard, bmx, tamiya 4WD, tattoo, crafting, fotografi, leather, robot, urban indie toys, aeromodelling, airsoft gun, dan soundcloudyk.
Bahkan untuk mewadahi para muda kreatif unjuk karya, The Parade 2015 juga mengadakan beberapa kompetisi. Yakni Dancing Competition, Acoustic Competition, Jingle Competition, Design Competition, dan Band Festival. Kompetisi-kompetisi tersebut diadakan untuk menyalurkan kreativitas teman-teman muda Yogyakarta saat ini, sekaligus memberikan sebuah peluang membentuk identitas baru.
“Dengan berbagai kegiatan dan aktivitas tersebut The Parade 2015 ini diharapkan mampu meningkatkan semangat berbagi untuk mendorong kepekaan kreatif dan berkarya menumbuhkan rasa cinta karya anak-anak bangsa,” kata dia.
Siti estuningsih
(ftr)